Headlines
Loading...
Oleh. Sri Suratni  

Sahabat, pernahkah terbayang seandainya kehidupan kita saat ini diliputi dengan kehidupan yang makmur?
Ya, ketika mendengar atau membaca dan mengucapkan kata makmur yang tebersit dalam pikiran kita adalah suasana kehidupan yang berkecukupan, aman dan sejahtera. Alangkah indahnya suasana yang demikian. Pastinya setiap kita menginginkan dan mendambakan kehidupan yang berkecukupan, terpenuhi semua yang dibutuhkan sehingga hidup menjadi aman dan sejahtera.  

Tatkala kehidupan kita berkecukupan, serba ada dan semua tersedia alangkah bahagia dan nikmatnya menjalani kehidupan yang demikian. Kita tidak perlu bersusah payah untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Kita tidak perlu banting tulang siang dan malam hanya untuk mencari penghidupan yang layak. Kita tidak perlu menjadikan kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala karena susahnya mengais rezeki. 

Semua yang dibutuhkan dalam kehidupan sudah tersedia dan tercukupi. Kebutuhan pokok dan mendasar seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan sangat mudah diusahakan dan dipenuhi. MasyaAllah beruntung dan indahnya menempuh kehidupan yang semua serba dijamin sedemikian rupa. Siapa yang tidak ingin menjalani kehidupan yang demikian? 

Dalam kehidupan individu, masyarakat dan negara yang makmur menjanjikan keselamatan dan kebahagiaan setiap warga negaranya. Suasana yang demikian sangat mendukung terciptanya suasana keimanan penuh dengan ketakwaan kepada Allah. Masing-masing individu kaum muslimin bisa totalitas dalam menjalankan syariat Islam tanpa khawatir dan pusing memikirkan segala sesuatu untuk menopang kehidupannya. 

Para suami berbondong-bondong memenuhi masjid di setiap waktu salat tiba. Tidak cemas akan perniagaan yang ditinggalkan sejenak, tidak khawatir kerugian dalam perdagangan, dan lain-lain. Para istri totalitas dalam mengurus anak dan rumah tangga. Tanpa berbagi tugas dengan suami di luar rumah untuk membantu mendongkrak perekonomian keluarga. Anak-anak  terurus dengan baik dan rumah tangga juga tertata, teratur sebagaimana seharusnya. Para istri tidak khawatir tatkala melepaskan suami bekerja mencari nafkah di luaran sana. Laki-laki dan wanita terjaga akhlak dan interaksinya. Mereka menutup aurat di manapun berada baik di pasar, di tempat kerja, di tempat menuntut ilmu, di rumah sakit dan di tempat-tempat umum lainnya. 

Semua itu akan terwujud ketika keimanan masing-masing individu muslim terjaga dan terkondisi dengan baik. Ketakwaan kepada Allah menjadi landasan setiap muslim dalam berucap dan bertingkah laku. Masing-masing keluarga menjaga keselarasan dan keharmonisan keluarganya dan masyarakatnya. Kesalehan secara kolektif terwujud dengan amal makruf dan nahi mungkar yang mereka jalankan.

Pertanyaannya, pernahkah kaum muslimin mangalami kehidupan yang makmur, aman dan sejahtera? Jawabannya: pernah. 

Mari sejenak kita bernostalgia untuk mengenang jasa dari kepemimpinan salah seorang Kh4lif4h yang terkenal dalam sejarah peradaban Islam yaitu Umar bin Abdul Aziz. Beliau merupakan keturunan dari Kh4lif4h kedua yakni Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz juga dijuluki Umar kedua. 

Pada masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, beliau mengutus seorang petugas pengumpul zakat, Yahya bin Said memungut zakat ke Afrika. Di saat akan membagikan zakat tersebut, Yahya tidak menemukan satu orang miskin pun yang berhak menerima  zakat.

Kehidupan rakyatnya berkecukupan dan makmur. Kemakmuran rakyat ketika itu, tidak hanya di Afrika saja, tetapi juga merata di seluruh wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam, seperti Irak dan Basrah.

Kh4lif4h Umar bin Abdul Aziz melalui suratnya memerintahkan Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak, untuk membayarkan semua gaji dan hak rutin di provinsi Irak tersebut. Ternyata  masih ditemukan uang yang banyak di dalam kas Baitul Mal.

Kh4lif4h Umar juga memerintahkan untuk membayarkan utang bagi mereka yang terlilit utang. Bahkan sampai-sampai Kh4lif4h Umar memerintahkan Abdul Hamid untuk membayarkan mahar para lajang yang ingin menikah. 

Beliau juga memerintahkan untuk memberikan modal kepada orang-orang yang biasa membayar jizyah dan kharaj agar mereka mampu mengolah tanahnya. 

Demikianlah gambaran realitas keberhasilan Umar bin Abdul Aziz dalam memakmurkan rakyatnya. Kemakmuran yang sangat luar biasa. Hal tersebut sebagaimana jaminan dari Allah Swt. bahwa manakala pemimpin dan rakyat bertakwa kepada-Nya, maka Allah Swt akan menurunkan keberkahan dan kesejahteraan. 

Allah Swt. berfirman : 

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Artinya "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Al-A'raf : 96). 

Berkaca dari kehidupan kaum muslimin yang makmur pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, maka hal demikian bukan tidak mungkin bisa kita wujudkan di masa yang akan datang. Mari kita mengajak semua kaum muslimin untuk kembali kepada syari'at Islam yang kafah. Menyeru manusia agar berhukum kepada hukum yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tinggalkan sistem kapitalis demokrasi yang terbukti rusak dan gagal dalam menciptakan kehidupan yang makmur dan sejahtera. 

Wahai kaum muslimin sudah saatnya kita   kembalilah kepada sistem pemerintahan Islam yang terbukti mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia di berbagai belahan dunia. Takbir!

Baca juga:

0 Comments: