Headlines
Loading...
Oleh. Neni Arini 

Di dalam Islam menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Mulai dari kita bayi sampai kita kembali ke liang lahat.
Seperti dalam sebuah hadits Rasulullah,
"Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, waktunya adalah dari buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur" (H.R. Ibnu Majah)

Tetapi sayangnya kondisi saat ini banyak sekali kaum muslimin yang enggan untuk belajar ilmu agama.  Ilmu agama saat ini menjadi hal yang tidak penting untuk dipelajari. Berbeda dengan ilmu dunia, orang sampai mau berkorban apa saja untuk meraihnya. 

Inilah manusia, kita mau bersabar untuk belajar dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi demi mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak. Sehingga umur, waktu, harta yang kita miliki kita korbankan untuk mengejar ilmu dunia. Bahkan, ada yang menuntut ilmu sampai ke luar negeri mereka mau berkorban segalanya demi meraih ilmu dunia sampai harus meninggalkan keluarga. Lalu bagaimana dengan ilmu agama? Pernahkah terpikirkan untuk menseriusi sama halnya mengejar ilmu dunia? Bahkan mirisnya ada yang memikirkannya saja tidak, apalagi serius dalam mempelajarinya.
Padahal menuntut ilmu agama adalah kewajiban yang melekat atas setiap diri kita, apa pun latar belakang profesi dan pekerjaan kita.

Mempelajari ilmu dunia itu boleh-boleh saja.  Mempelajari ilmu duniawi itu tergantung pada tujuannya. Apabila digunakan dalam kebaikan, maka baik. Dan apabila kita gunakan dalam kejelekan, maka hasilnya jelek. 

Ilmu Islam itu luas. Ada ilmu tentang akidah dan tauhid, sehingga kita menjadi seorang muslim yang berakidah dan mentauhidkan Allah Swt. dengan benar dan terhindar dari hal yang merusak aqidah atau bahkan membatalkan keislaman kita. Ada lagi ilmu keimanan kita kepada Allah, malaikat, Rasul, kitab, hari akhir serta qadha dan qadar.

Islam juga memberikan ilmu yang harus kita pelajari terkait keharaman,  hukum bermuamalah dan ilmu-ilmu lainnya.
Yang jelas apa pun latar belakang pekerjaan dan profesi kita, kita wajib untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam yang datang sebagai bentuk syariat dari Allah untuk kita amalkan.

Menuntut ilmu dan berdakwah itu bukan menjadi kewajiban bagi para ustaz atau ustazah saja, tetapi ini berlaku bagi semua muslimin.

Jadi jangan sampai kita menjadi orang yang sangat pandai tentang seluk-beluk ilmu dunia dengan segala permasalahannya, namun lalai terhadap ilmu agama. Betapa meruginya kita ketika tidak tahu ilmu untuk kelak kita berpulang pada-Nya.

Tujuan kita menuntut ilmu janganlah menjadi sebuah ketuntasan kecerdasan. Tetapi bagaimana ketika ilmu itu penuh berkah dan manfaat. Idealnya, bertambah ilmu bertambah pula kebaikannya. Kehidupan yang di laluinya selalu penuh syukur, sehingga membuat dirinya semakin bijaksana, semakin mendekatkan diri pada ketaatan kepada Allah.
Menjalani hidup pun menjadi lebih tenang, dan senantiasa menjadikan dirinya penuh manfaat baik bagi diri ataupun orang lain.

Keberkahan ilmu harus dimulai dengan niat yang lurus dan benar. Jadi niatnya menuntut ilmu itu untuk mencari keridaan Allah dan mencari kehidupan akhirat.

Keberkahan ilmu ditentukan juga oleh sikap penuntut ilmu dan orang tuanya terhadap ilmu dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut, yaitu guru. Az-Zarnuji mengatakan, “Ketahuilah, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat ilmu yang bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati keagungan guru.”

Dalam tradisi keilmuan Islam, ta'dzim kepada Guru menjadi menjadi kunci kejayaan peradaban Islam.

Untuk itu marilah kita senantiasa memohon kepada Allah Swt. agar diberikan kesempatan dan semangat untuk menuntut ilmu, 
diberikan limpahan kekuatan dan kemampuan untuk mengamalkannya serta  berusaha untuk menyampaikannya kepada orang lain. 
Sehingga  menjadi amalan yang tiada putus meski ajal telah menjemput. Aamiin. 

Wallahualam bissawab.

Baca juga:

0 Comments: