Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Ahtar 
(Anggota Komunitas Setajam Pena)

Sungguh keji, serangan kejam Zionis Israel pada penduduk Gaza terus berlanjut. Faktanya, wilayah Gaza selatan yang diklaim sebagai zona kemanusiaan yang aman, ternyata hanya omong kosong. Bahkan, hingga Agustus 2024 zona kemanusiaan Rafah menyusut menjadi 35 km²atau 9,5 persen total wilayah Gaza. Padahal, sebagian wilayah dari 3,5 persen itu hanya mencangkup area pertanian, layanan dan komersial yang kemudian mempersempit ruang warga sipil berlindung. (m.antaranews.com, 25/08/2024).

Ironisnya, berkurangnya zona aman itu semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Karena warga sipil memiliki tempat yang lebih kecil untuk melarikan diri dari aksi biadab Israel tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa sekitar 60 persen obat-obatan esensial dan 83 persen pasokan medis di Gaza telah habis. Sejak Oktober lalu Israel telah memutus pasokan listrik di Gaza, menghentikan penghentian bahan bakar untuk proses pengiriman, menghentikan pasokan air, komunikasi, makanan, pasokan medis, hingga berujung menutup perbatasan. (m.antaranews.com, 25/08/2024)

Mengapa Terus Terjadi?

Perang Palestina Zionis yang terjadi di Gaza dan sekitarnya bukan sekadar kejahatan kemanusiaan. Bukan pula sekadar serangan balasan Zionis akibat serangan Hamas 7 Oktober 2023 lalu. Sejatinya, serangan Zionis di Palestina adalah agenda perang ideologi, penjajahan terstruktur, tersistematis, dan masif dilakukan. Zionis tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan negara adidaya. Zionis adalah anak emas yang dipelihara oleh negara pengemban negara Ideologi Kapitalisme yakni Amerika Serikat. (rmol.id, 8/05/2021).

Zionis memang sengaja ditanam di wilayah Timur Tengah sebagai sumber masalah. Upaya itu dilakukan untuk menjadikan AS menguasai Timur Tengah. Jadi dapat dikatakan bahwa penjajah sesungguhnya di Gaza adalah Amerika Serikat. Karena bagi negara imperial kapitalisme, penjajahan adalah perkara yang mutlak.

Syekh Taqiyuddin an Nabhani dalam kitabnya Nidzamul Islam bab Qiyadah Fikriyah menjelaskan bahwa metode (thariqah) berkuasanya Ideologi Kapitalisme adalah penjajahan. Maka tidak heran Amerika Serikat terang-terangan memberikan dukungan kepada Zionis. Mulai dari dana hingga senjata untuk menjajah Gaza. 

Negara adidaya AS memiliki kepentingan untuk berkuasa di dunia terutama di negara kaum muslimin yang kaya. Penjajahan pasti menyebabkan kenestapaan di wilayah yang dijajah. Sebagai bukti, serangan Zionis di Palestina sejak 7 Oktober 2023 saja telah menewaskan lebih dari 40.200 warga Palestina. Yang mana sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak. Serta lebih dari 93 ribu luka-luka. Data tersebut belum termasuk serangan Zionis sejak tahun 1948. 

AS menggunakan zionis untuk memerangi Palestina. Meskipun kadang di negara Muslim yang lain AS menggunakan tangannya sendiri. Seperti saat menyerang Irak dan Afghanistan hingga membuat keduanya hancur. Serangan itu membuat lebih dari 1,4 juta rakyat Irak tewas. 

Bagaimana Islam Menghadapi Kebiadaban Ini?

Penerapan kapitalisme telah membawa kesengsaraan yang mendalam bagi umat manusia. Ideologi ini telah membuat terbunuhnya jutaan jiwa di seluruh dunia. Ini menjadi bukti bahwa sistem kapitalisme adalah sistem yang jahat. Bahkan sistem ini dapat membawa pengaruh pada negeri-negeri muslim untuk tidak peduli pada saudara seakidahnya.

Lebih dari itu mereka menjadi "iron dome" sejati bagi penjajah Zionis. Mereka membiarkan dan memberikan dukungan pada AS untuk menjajah negeri kaum Muslimin. Seperti halnya Mesir, mereka membangun tembok pembatas dalam dan tinggi di perbatasan Rafah. Hingga akhirnya terjadi tragedi mengerikan yang bertajuk "All Eyes on Rafah", Mesir tidak bergeming. Bahkan para pemimpin di negeri-negeri muslim lainnya telah terlibat dalam pembunuhan saudara mereka sendiri. Mereka hanya diam dalam kondisi seperti ini. 

Inilah gambaran betapa dahsyatnya sistem kapitalisme merusak persatuan negeri-negeri muslim. Jadi, genosida yang terjadi di Gaza sejatinya adalah perang Islam melawan  kapitalisme. Yang menjadi musuh kapitalisme sendiri sejatinya adalah Islam beserta para individu yang mengembannya. Sayangnya Islam baru diemban oleh sebagian individu saja. Sebaliknya, belum ada negara yang mengemban ideologi Islam. 

Perang melawan ideologi kapitalisme hanya dilakukan oleh individu Palestina dan kelompok perlawanan saja. Dikarenakan tidak ada negara yang mengemban ideologi Islam. Meski demikian AS, Zionis, dan dunia telah dipermalukan oleh ketabahan Muslim Palestina. Jika ideologi Islam yang masih diemban oleh individu saja mampu mempermalukan mereka, maka bayangkan jika ideologi Islam diemban oleh negara.

Ideologi Islam yang harus diemban oleh negara adalah hukum syari'at Islam. Serta penerapannya akan membawa kemaslahatan. Karena itu ketika negara akan menerapkan syariat Islam secara kafah. Maka kaum Muslimin akan hidup dalam keamanan dan kemuliaan. 

Ketika ada penjajah seperti AS dan Zionis, negara Khil4f4h akan menyerukan jihad untuk membebaskan kaum Muslimin. Karena itulah syariatnya, sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al Baqarah ayat 190. Tidak hanya itu seruan jihad adalah upaya negara Khil4f4h melindungi kaum Muslimin dari segala mara bahaya akibat penerapan ideologi kapitalisme. 

Rasulullah saw ketika menjadi kepala negara di Madinah pernah menghukum beberapa bani Yahudi di Madinah yang telah melanggar perjanjian piagam Madinah. Mereka diperangi hingga diusir Rasulullah Saw. Namun saat ini, Khil4f4h belum terwujud kembali.

Untuk itu, dibutuhkan kesadaran di tengah umat untuk mengembalikan kesadaran tentang mengembalikan kembali kehidupan Islam yang telah dibangun Rasulullah di Madinah. Maka dari itu, dibutuhkan peran kelompok dakwah Islam ideologis. Islam ideologis yaitu sebuah kelompok yang mengikuti metode dakwah Rasulullah. Mereka menyadarkan dan membimbing umat untuk menempuh thariqah syar'i dalam melanjutkan kembali kehidupan Islam yang pernah dibangun oleh Rasulullah saw. 

Wallahualam bissawab.

Baca juga:

0 Comments: