Headlines
Loading...
Oleh. Eka Suryati 

Keadaan yang damai adalah dambaan setiap insan. Hati yang damai, rumah tangga yang damai, kehidupan bertetangga yang damai, pasti sangat diinginkan oleh kita semua. Damai, kala kata itu terdengar di indera pendengaran kita, maka rasanya menyejukkan hati. Kedamaian adalah awal dari perdamaian. Bagaimana mungkin ada perdamaian jika tak ada suasana damai yang melingkupinya.

Menciptakan kedamaian dan perdamaian dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga tentu harus diupayakan oleh setiap individu yang menghuninya. Keluarga yang harmonis akan menciptakan suasana rumah tangga yang aman, nyaman dan sejahtera, sehingga kedamaian akan terwujud. Perdamaian antara individu yang menghuni rumah biasanya sangat ditentukan oleh seorang Kepala Keluarga yang menjadi pemimpin. Semua sisi kehidupan di rumah tangga tidak terlepas dari sentuhan kepemimpinan seorang suami bagi istrinya atau seorang ayah bagi anak-anaknya. 

Kepala Keluarga  yang baik adalah pemimpin yang memahami hak dan kewajibannya dengan baik. Untuk memahami hak dan kewajibannya, kepala keluarga harus memahami ajaran Islam dengan baik dan benar. Islam sebagai ideologi dalam segala aspek kehidupan harus benar-benar diterapkan seorang Kepala Keluarga. Ucapan, perbuatan dan tingkah lakunya akan ditiru oleh anak-anaknya. Kebijaksanaannya akan membuat keputusan yang keluar untuk keluarga menjadi baik, sehingga perdamaian di lingkup keluarga akan terjadi.

Dengan adanya contoh teladan dari orang tua yang  baik, maka akan lahir anak-anak yang saleh dan salihah. Anak-anak seperti itu akan membuat ketenangan bagi orang tuanya. Ia tak akan menyusahkan, tak akan membuat onar di lingkungan tempat tinggal. Tak akan membuat masalah di sekolahnya. Adem bukan hati orang tua yang memiliki anak-anak yang taat pada Allah, menjalankan semua yang diperintahkan agamanya. Kekacauan tak akan terjadi, sudah tentu kedamaian dan perdamaian terwujud secara nyata. 

Lingkup kecil keluarga yang baik akan mempengaruhi keadaan di lingkungan masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari keluarga yang baik, menciptakan masyarakat yang aman, makmur dan sejahtera. Secara teori dan fakta hal ini akan mempengaruhi kehidupan yang lebih luas, yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Ah, andai semua orang patuh pada hukum-hukum yang diturunkan Allah melalui Al-Qur'an, masyarakat, bangsa dan negara yang adil dan makmur tentu segera dapat terwujud. Contoh terbaik peradaban telah pernah ada, menjadi contoh sepanjang sejarah. Peradaban itu adalah generasi emas peradaban Islam. Tak ada yang bisa menutupinya,  sejarah tak bisa dibohongi, hanya bisa ditutup-tutupi sementara, setelah itu akan terbongkar juga fakta yang sebenarnya. 

Islam itu memang diturunkan bagi kemaslahatan umat manusia, bukan hanya untuk umat Islam. Islam rahmatan lil alamin, jadi hukum-hukumnya adalah universal, cocok untuk semua, berlaku di manapun. Al-Qur'an memang kitab suci umat Islam, namun bagi orang yang mau berpikir, Al-Qur'an itu sangat bersesuaian dengan fitrah manusia. Banyak sudah para ilmuan yang sudah membuktikan kebenaran Islam, keistimewaan Al-Qur'an dan kebaikan sunah yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Adalah aneh tapi nyata, jika kita yang diciptakan Allah, seolah-olah lebih mengerti tentang dirinya dari pada Allah yang telah menciptakannya. Hendak terjebak seperti orang Nasranikah kita, atau seperti orang Yah*di, yang seakan-akan Allah tak berdaya, mereka yang lebih hebat? Lihatlah kekacauan sistem yang terjadi ketika kendali tak dipegang umat Islam. Kerusakan di mana-mana, tatanan hidup rusak. Perdamaian hanyalah isapan jempol. Dalam QS. Al-Baqarah Ayat 120 Allah menerangkan, yang artinya, "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)." Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah."

Kini semua terbukti, pertolongan Allah jauh dari kita, karena sedikit demi sedikit kita memang sudah mengikuti mereka, di setiap sendi kehidupan kita, bahkan kita seolah-olah mengakui jika mereka lebih hebat dari kita. Dalam segala hal kita di bawah kendali mereka. Hal itu memang yang diharapkan mereka, pecahnya persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam terkotak-kotak dalam kepentingan masing-masing.

Jauh sekali dari peradaban emas saat Islam memegang kendali. Saat tatanan bermasyarakat dan bernegara berdasarkan syariat Islam. Kemakmuran di mana-mana, masyarakat yang adil makmur terjadi secara merata. Mengapa? Karena pemimpinnya benar-benar taat, akan takut jika rakyat yang dipimpinnya tidak sejahtera, ada pertanggungjawaban kelak di akhirat. Dalam tatanan Islam yang berkembang saat itu, pemimpin itu jika susah, dia dahulu yang akan susah, dia takut rakyatnya menderita, karena siksa yang pedih akan menimpanya jika pemimpinnya senang, rakyatnya menderita. Sebaliknya dia akan belakangan dalam kesenangan, jika semua yang dipimpinnya sudah senang, barulah ia akan mengecap kesenangan juga.

Mustahilkah itu terjadi saat ini? Tidak mustahil jika setiap individu taat pada Allah, meneladani Rasulullah dan mempedomani Al-Qur'an secara menyeluruh, berhukum pada Islam yang kafah, menyeluruh, bukan mengambil sebagian, lalu meninggalkan bagian lainnya, berdasarkan hawa nafsunya saja.

"Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).

Jika ingin perdamaian kembali lagi, kembalilah pada Allah, taatlah pada-Nya. Pelajari Al-Qur'an, jadikan sebagai pedoman hidup, terapkan dalam semua kehidupan kita.

Kotabumi, 20 Agustus 2024

Baca juga:

0 Comments: