Headlines
Loading...
Oleh. Sri Suratni  

Khadijah binti khuwailid, sosok wanita panutan yang memiliki kepribadian yang mengagumkan, baik secara fisiknya yang rupawan juga memiliki kecerdasan yang luar biasa sehingga menghantarkan beliau menjadi saudagar wanita yang sukses di Makkah pada waktu itu. Tersemat julukan ratu Makkah pada diri beliau. 

Khadijah terlahir dari pasangan suami-istri Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Zaidah, pada tahun 68 sebelum Hijriyah.  Beliau berasal dari kabilah bani Asad dari suku Quraisy yang terpandang. 

Semenjak kecilnya Khadijah tumbuh sebagai gadis cantik, anggun, dan cerdas serta tidak menyembah berhala. Ibunya meninggal tahun 570 Masehi dan disusul ayahnya 10 tahun kemudian. Khadijah dan saudara-saudaranya mendapat bagian warisan masing-masing dari harta peninggalan kedua orang tuanya. Harta warisan peninggalan kedua orang tuanya oleh Khadijah digunakan sebagai modal usaha karena dia merasa cocok dalam urusan perniagaan. 

Untuk pertama kalinya Khadijah menikah dengan Abu Halal An-Nabasy bin Zurarah. Usia pernikahan mereka tidak berlangsung lama karena suami beliau meninggal dunia. Ketika itu usia Khadijah masih 20 tahun. Dengan berstatus janda Khadijah mengasuh anaknya seorang diri. Abu Halah meninggalkan dua orang anak dan harta yang banyak. Jadilah Khadijah sebagai single parents bagi anak-anaknya. Beliau menjadi wanita tangguh yang mandiri. 

Khadijah tidak larut dalam kesedihan, beliau sadar bahwa harus bekerja keras untuk menghidupi anak-anaknya dan memberikan kasih sayang yang cukup kepada mereka. Dengan harta warisan suaminya beliau memperluas koneksi dagang. 

Tidak berselang lama sekitar beberapa tahun kemudian, seorang laki-laki bernama Atiq bin Aidz Al Mahzumi datang melamar Khadijah. Pernikahan yang kedua ini, mereka dikaruniai seorang anak perempuan. Lagi-lagi takdir Allah Subhanahu wa taala memisahkan mereka. Suami kedua beliau meninggal dunia. 

Dengan demikian, tanggung jawab Khadijah dalam membesarkan anak bertambah. Walaupun begitu beliau tetap sabar, tabah, dan tidak pernah meratapi keadaannya. Beliau terus melangkah ke depan. 

Beliau berjanji kepada anak-anaknya dan berkata, "Demi tuhan yang menciptakan langit dan bumi, aku ibumu akan terus berusaha merawat kalian dengan baik tanpa kurang materi dan kasih sayang. Ketahuilah nak, Ibu sangat mencintai kalian semua."
 
"Kami juga sangat mencintai engkau wahai Ibu, terima kasih Ibu."

Khadijah sadar betul bahwa tidak mudah mengurus bisnis dan anak-anak yang masih kecil sendirian. Di keheningan malam beliau selalu berdoa agar dipertemukan dengan sosok laki-laki yang pantas menjadi pendampingnya. 

Bisnis Khadijah berjalan lancar dan semakin sukses. Hubungan beliau dengan para bawahannya berjalan baik. Khadijah menganggap mereka yang bekerja padanya seperti keluarga kedua. 

Sebuah kafilah dagang yang berangkat dari Makkah dengan 1000-2500 ekor unta yang diiringi 100-300 orang sehingga dibutuhkan agen dagang atau pemimpin yang amanah, memiliki tekad dan keberanian yang tangguh dalam memimpin perjalanan. Khadijah cukup memantau dari rumah, tidak perlu pergi keluar untuk pekerjaannya. Tugasnya adalah mengatur strategi dagang, waktu keberangkatan, tempat tujuan dan barang apa saja yang akan dijual. Kemampuannya dalam berdagang semakin bagus dan meningkat. Hartanya semakin banyak. Pelataran dekat bangunan Ka'bah dan pasar terbesar di Madinah menjadi miliknya. Oleh karenanya, penduduk Makkah menjulukinya sebagai ratu Quraisy atau ratu Makkah. 

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: