Headlines
Loading...
Oleh. Sri Ratna Puri

Jangan mengaku hebat. Jangan sesumnar kuat. Apalagi telah berdaulat, kalau masih tunduk pada tuntutan sebatas dunia. Bercita-cita jadi orang yang kuasa, orang kaya, punya apa-apa, tapi sejatinya sebagai orang tak berdaya. Yang ada, diperbudak dunia. 

Ustaz Budi Azhari Lc, menyampaikan dalam salah satu ceramahnya, bahwa para sahabat Rasul saw, tidak ada satu pun yang berharap atau bercita-cita jadi orang kaya. Karena apa? Karena para sahabat tidak tunduk pada dunia. Cita-cita mereka sudah melebihi dunia. Yaitu akhirat sana. Surga. Dan ini, adalah bentuk kemandirian yang sejati. 

Ada satu rahasia yang menjadi kunci di mana para sahabat berhasil mandiri. Yakni keyakinan total, ketaatan total dan penerimaan total terhadap risalah yang Rasulullah saw, emban. Bahkan dalam Al-Qur'an, diabadikan. 
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS An-Nur ayat 51)

Meski kita dapati, beragam latar belakang kehidupan para sahabat sebelum masuk Islam. Ada yang berasal dari keluarga sangat kaya, cukup berada dan kurang harta, bahkan banyak dari hamba sahaya. Tapi semua kalangan, bisa mencapai kepada wujud kemandirian. Seperti Mus'ab bin Umair r.a., Julaibib r.a. dan Bilal bin Rabbah r.a. 

Artinya, itu menunjukkan bahwa kita pun  punya kesempatan untuk bisa mencapai kemandirian yang sama. Tinggal sekarang, kita harus mau berusaha menapaki kembali jalan yang dilalui para sahabat. Menjadikan Rasulullah saw, sebagai satu-satunya teladan dalam kehidupan. Menerima dan melaksanakan semua aturan yang Rasulullah bawa. Karena itu yang Allah Swt, perintahkan kepada umat manusia. 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisa ayat 59) 

Maka, mari belajar Islam dari sekarang, melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggal apa yang Allah Swt, larang. Dengan itu semua, semoga kita bisa meraih kunci kemandirian. Amin. Wallahualam. [My]

Baca juga:

0 Comments: