Headlines
Loading...
Oleh. Ira Siti Rojanah

Memiliki anak yang saleh salihah berkepribadian Islam adalah impian setiap orang tua. Namun, membentuk anak bersyakhsiyah Islami tidaklah mudah. Tidak semudah membalikan telapak tangan. Tidak bisa instan. 

Ya, membuat mie instan saja masih perlu proses panjang apalagi membentuk kepribadian anak. Butuh waktu yang tidak sebentar. 

Mulai sejak dini anak perlu dikenalkan, diajari, dicontohkan, dipahamkan, dan diberi teladan yang baik oleh orangtuanya. Mulai dari bangun tidur, dibiasakan membaca doa, dibiasakan ke kamar mandi sendiri, diajarkan merapihkan tempat tidur sendiri, mandi sendiri, berpakaian dengan rapi sendiri, mengambil makan hingga mencuci piring setelah selesai makan sendiri. Pembiasaan-pembiasaan kecil seperti ini adalah bentuk ikhtiar orangtua untuk melatih kemandirian anak, agar tidak selalu bergantung pada orang tua. 

Lebih luas lagi anak harus dilatih untuk bertanggungjawab, misal  bekas mainan yang berantakan diajari untuk merapikan sendiri, beri kesempatan kepada anak untuk melakukan pekerjaan dapur seperti memotong sayuran, membuang sampah, menyapu bahkan jika sudah mampu bantu mengepel dan mencuci bajunya sendiri. 

Melibatkan anak dalam urusan perumahtanggaan bukanlah untuk meringankan tugas orangtua tapi semata untuk membentuk kepribadiannya, pribadi yang mandiri. 

Pun pula dalam hal ibadah, jika laki-laki anak dilatih dan dibiasakan untuk salat berjamaah di mesjid, belajar menjadi iman salat jika bersama teman atau adiknya untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan. 
Jika perempuan, dibiasakan untuk menutup aurat sejak dini, sambil terus difahamkan wajibnya menutup aurat, agar kelak jika sudah balig terbiasa sendiri tak perlu di suruh lagi. 

Dalam membentuk kepribadian anak peran orang tua sangat besar. Orang tua harus terus belajar, jangan berhenti di tengah tantangan. Di sini kepemimpinan orang tua yang harus dimainkan terutama ibu. 
Orang tua harus berani tangguh, berani memimpin, dan berani terbaik. Ini pula yang harus ditularkan kepada anak. Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah sebagaimana Firman Allah Swt.:

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisa : 9) 

Semoga Allah mudahkan ikhtiar kita dalam membentuk kepribadian Islami, pribadi yang mandiri yang bangga dengan identitasnya menjadi seorang muslim sejati.

Wallahualam bissawab.

Kuningan, 13 Agustus 2024

Baca juga:

0 Comments: