Headlines
Loading...
Oleh. Sri Ratna Puri

Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi. Semua makhluk yang bernyawa, akan mengalami kematian dengan waktu yang dirahasiakan. Tanpa tahu kapan dan di mana kematian akan datang, wallahualam. 

Kematian, bisa jadi musibah bagi umat Islam. Yaitu, kematian yang menimpa pada ulama. Sebagaimana Rasulullah saw, bersabda: 
“Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).

Matinya ulama, dibarengi tercabutnya ilmu agama dari bumi. Padahal, posisi ulama adalah pewaris risalah nabi. Maka, wajar kematiannya diibaratkan kebocoran dan padamnya cahaya bintang. 

Kematian bisa menjadi penghilang bala, ketika kematian itu datang pada manusia yang semasa hidupnya merugikan manusia, menciptakan berbagai masalah dan tidak berguna. Seperti pada kematian musuh-musuh Islam, baik zaman awal risalah kenabian diturunkan, sampai penegakkan hukum Islam dan masa perjuangan mengembalikan kehidupan Islam. Misalnya saja, kematian yang menimpa para pemimpin kafir Qurays, pemimpin Isriwil, dll.. 

Kematian juga bisa berupa jalan pertolongan Allah Swt, bagi para Nabi yang sudah tidak berdaya menghadapi penolakan umatnya. Seperti matinya kaum ingkar nabi Nuh, 'Ad, Tsamud, Sodom, Fir'aun. 

Kematian harus kita persiapkan. Bukan dengan mengumpulkan banyak harta, banyak anak, banyak hewan ternak, karena harta tak bisa dibawa mati. Kalau orang-orang mengira itu semua bisa menyelamatkannya di akhirat, itu salah besar. Karena dalam Al-Qur'an disampaikan:
"Harta benda dan anak-anak mereka sedikit pun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka." ( QS Ali Imran ayat 10).

Bagi seorang muslim, kematian adalah pintu menuju fase kehidupan akhirat yang panjang. Bukan hanya sebatas alam barzah atau alam kubur, lalu selesai. Masih ada hari Kiamat, hari Kebangkitan, ada pengumpulan di Padang Mahsyar, Hari Perhitungan, Hari Penimbangan Amal, Hari Pembalasan, dan masih banyak fase lainnya. 

Maka, jangan takut mati, karena mati itu pasti. Takutlah ketika kita belum mempersiapkan bekal untuk pulang ke akhirat. Bekal amal salih, karena mengaitkan amal kita dengan mengharap rida dari Allah Swt. Kematian dengan persiapan yang maksimal, akan menjadikan jiwa-jiwa tenang, dan ketika berpulang akan mendapatkan imbalan kebahagiaan yang kekal . 
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam posisi suka dan disukai. Maka bergabunglah dengan hamba-hamba –Ku dan masuklah ke dalam surga Ku”. (QS Al-Fajr ayat 27-30).

Mari kita persiapkan kematian, agar selamat di kehidupan yang akan datang. Jangan sampai ketika kematian datang, kita tergolong pada kelompok orang merugi.

Baca juga:

0 Comments: