Headlines
Loading...
Oleh. Sri Ratna Puri

Syukur. Kata yang sederhana, tapi kadang susah untuk bisa merealisasikannya. Bahkan, banyak manusia yang merasa kebalikannya. Merasa kurang dan kurang, padahal rezekinya sudah Allah cukupkan. 

Ada beberapa faktor penyebab orang lupa bersyukur. Pertama: Standar kebahagiaan yang salah. Ini disebabkan pola pikir dan sikap yang berlandaskan manfaat. Ini disebut sebagai pondasi hidup yang sekuler kapitalis   Misalnya: bahagia bila bisa mewujudkan angan-angan memiliki hunian, kendaraan, jabatan, jumlah dijit mengular di bank, dan lain-lain. Ketika hal itu tidak ada, tak ada pula rasa bahagia. Sehingga, lupa mensyukuri keadaannya. 

Kedua: Fokus pada kebahagiaan yang dinilai sebagai sesuatu yang disyukuri, sedangkan kesengsaraan, kesempitan, kesedihan dianggap sebagai kerugian atau bahkan azab. Padahal, kebahagiaan dan kesempitan merupakan keadaan yang keduanya bisa jadi ujian. 

Kembali pada syukur. Syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya: "rasa terima kasih kepada Allah.". Rasa terima kasih kepada Allah bisa dengan ucapan, hati dan perbuatan. 

Allah Swt., memberi imbalan keberkahan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersyukur, serta memberi azab hamba-Nya yang kufur atau mengingkari nikmat atau rezeki yang telah Allah beri. Seperti yang tertuang dalam firman Allah, di QS Ibrahim ayat 7, yang artinya," Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih."

Tentu kita menginginkan hidup dipenuhi keberkahan, karena keberkahan itu berarti bertambah-tambahlah kebaikan, dan semoga kita bisa terhindar dari azab yang Allah ancamkan. Aamin

Perlu diingat, bahwa nikmat atau rezeki, tak semata-mata  bersifat materi. Diberi kesehatan, dilapangkan hati, dimudahkan segala urusan, dihindarkan dari mara bahaya, dikumpulkan dengan keluarga, diberi teman yang sama-sama bervisi-misi memperjuangkan kembalinya kehidupan dalam naungan Islam, itu adalah rezeki. Patut kita syukuri. 

Sedangkan, bila kita sedang mengalami ujian kehidupan dengan kesempitan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Ini pun bisa kita syukuri. Karena ketika kita sadari kelemahan yang ada pada diri, lalu meminta kepada Allah yang Maha Pemberi. Sejatinya inilah wujud syukur yang seharusnya dimiliki. Jadi, marilah belajar bersyukur, agar hati Allah merasa terhibur. [ry].

Baca juga:

0 Comments: