Headlines
Loading...
Oleh. Muflihah S.

Seseorang yang terbiasa menulis, apa pun bentuknya dan di mana saja menulisnya, baik itu di kertas ataupun di media, mungkin hanya sedikit yang mengerti, bahwa tulisan itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Ini terbukti dari banyaknya tulisan-tulisan yang tidak berfaedah yang berseliweran di berandaku. Baik itu menghujat orang lain, ataupun curhatan perasaan hatinya yang dianggap untuk meluahkan perasaannya malah justru menambah dosa. Astaghfirullah.

Di era digitalisasi seperti saat ini, yang memang kecanggihan teknologinya sudah sedemikian rupa, manusia pun berlomba-lomba untuk mengejar kenikmatan dunia. Hingga seolah-olah mereka tidak lagi menengok tujuan utamanya untuk apa mereka diciptakan. Banyak pula orang yang bisa menulis, tetapi tidak digunakan untuk menulis sesuatu hal yang bermakna dan berfaedah.

Dari sini saya selalu bersyukur dan tak hentinya selalu mengucapkan hamdalah. Mungkin dulu saat saya pertama kali mengenal FB, WhatsApp, dan sejenisnya, saya juga belum tahu konsekuensinya. Tidaklah dimungkiri mungkin juga saya akan sama, memposting dan menulis suatu hal yang mungkin tidak ada gunanya. Menulis untuk meluahkan perasaan hati atau uneg-uneg, dengan harapan ada perhatian dari yang baca atau hanya sekedar untuk hiburan semata atau bahkan bisa jadi untuk mencari-cari perhatian orang-orang dan lain sebagainya.

Alhamdulillah. Maha baiknya Allah yang telah memahamkan saya terlebih dahulu sebelum saya berani menorehkan pena, menulis di mana pun saya menulisnya. Karena ternyata pena itu sangatlah tajam.

Dan apa yang sudah kita tulis tidak bisa kita hapus di hadapan Allah ta'ala, meskipun kita itu telah menghapusnya. Karena mungkin juga sudah banyak yang membacanya, mengamalkannya, ataupun menyebarluaskannya dan beredar di dunia maya.

Itulah betapa pentingnya mengetahui bahayanya sebuah tulisan yang banyak mendatangkan kemudharatan. Jadi, alhamdulillah saya dipertemukan dengan orang-orang yang selalu menulis kebaikan, selalu istikamah menulis untuk menyampaikan keindahan Islam, memahamkan umat, melawan tulisan-tulisan yang sesat menyesatkan.

Di sisi lain, begitu banyak kerikil-kerikil kecil yang menghadang. Karena tulisan berisi nasehat itu banyak yang tidak suka, padahal menulis nasehat itu tujuan utamanya adalah untuk diri sendiri. Pahitnya sebuah nasehat,  memang akan terasa pahitnya buat yang menginginkan kesehatan setelah meminumnya. Dan terasa pahitnya sebuah nasehat itu karena ada penyakit di dalam dirinya yang memang harus diobati.
Nasehat itu adalah obat. Telan saja, jangan dirasakan pahitnya tetapi ambil manfaatnya.

Baginda kita Nabi Muhammad saw. adalah orang yang paling senang dengan nasehat, padahal Nabi Muhammad adalah rasul yang mulia manusia yang paling sempurna pun begitu sangat suka sekali dengan nasehat.
Begitu juga semua sahabat-sahabatnya.

Tulisan yang berfaedah yang berisikan motivasi, nasehat dan ada manfaatnya, kelak tulisan itu akan menjadi saksi di hadapan Allah aza wa jalla. Apa yang sudah kita torehkan di dunia ini menjadi jejak-jejak yang akan menjadi saksi kita di hari tidak ada lagi persaksian manusia.

Sudah pasti ada makna di balik setiap penciptaan Allah ta'ala. Allah yang terlebih dahulu menciptakan pena sebelum manusia menjadi bukti betapa pentingnya sebuah pena atau catatan.

Sebelum Allah Swt. menciptakan manusia, Allah Swt. sudah terlebih dahulu menciptakan pena (qalam). Meski pun tidak dimungkiri para ulama telah berbeda pendapat dan terjadi perdebatan hangat tentang siapa makhluk Allah yang pertama kali diciptakan.
Namun diantara perdebatan itu di antaranya adalah air, arsy dan qalam (pena).

Al Imam Thabrani rahimahullah berkata;
"Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena. Lalu Dia berfirman kepadanya : 'Tulislah! Maka sejak saat itu terciptalah segala sesuatu. Tulislah segala yang akan terjadi sampai hari kiamat."

Dari Ubadah bin as-Shamit, ia berkata,
"Aku mendengar Rasulullah shalallahu'alaihi wassallam bersabda, 'Makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-qalam (pena), lalu Dia berkata kepada pena tersebut, 'Tulislah. 'Pena berkata, 'Apa yang aku tulis?' Allah berkata, 'Tulislah apa yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi hingga hari kiamat." (HR. Ahmad)

Dari sinilah kita punya tujuan yang pasti,
untuk apa kita menulis? Untuk apa kita menggoreskan pena. Karena tujuan menulis adalah untuk akhirat tentu kita akan berhati-hati ketika akan menulis apa pun.
Dan akan tahu tulisan kita membuktikan bahwa kita tidak diam saja ketika melihat kemungkaran. Tulisan kita kelak akan menjadi saksi bahwa kita sudah menggoreskan pena menyebarkan kebaikan lewat aksara.
Semoga semakin banyak umat yang paham dan tidak menyukai kemaksiatan, dan tahu bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja.

Jadi, bergerak dan menulislah sesuatu hal-hal yang berfaedah dan berorientasi hanya untuk menulis kebaikan.

Wallahualam bissawab.

Baca juga:

0 Comments: