Oleh. Sri Suratni
Sahabat, kita sering mengucapkan, mendengar dan menginginkan untuk mendapatkan keberkahan baik dalam umur, keluarga, usaha, harta benda, dan lain-lain. Kita perlu memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan keberkahan itu dan bagaimana memperolehnya.
Kalau kita kaji dengan sebenarnya apakah melalui ilmu bahasa Arab atau dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnah, kita akan menemukan bahwa kata al barokah memiliki kandungan dan pemahaman yang luas dan agung. Secara bahasa, al barokah bermakna berkembang, bertambah, dan kebahagiaan. Menurut imam an Nawawi rahimahullah bahwa asal makna keberkahan adalah kebaikan yang banyak dan abadi.
Allah Swt. berfirman :
بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
Artinya : "Negerimu adalah) negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun". [QS. Saba`/34:15].
Melalui ayat di atas Allah menggambarkan tentang negeri Saba` sebelum mengalami kehancuran dikarenakan kekufuran mereka kepada Allah Swt. .
Dalam Al-Qur`an, Allah Swt. telah menjelaskan kisah bangsa Saba’, suatu negeri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal saleh, maka mereka dilingkupi dengan keberkahan. Para ulama ahli tafsir mengisahkan, kaum wanita Saba` tidak perlu bersusah-payah memanen buah-buahan di kebun mereka. Untuk mengambil hasil kebunnya, hanya dengan menaruh keranjang di atas kepala, lalu berjalan di kebun, maka buah-buahan yang telah masak akan berjatuhan memenuhi keranjangnya, tanpa harus memetik atau mendatangkan pekerja untuk memanennya.
Agar memperoleh keberkahan baik dalam kehidupan secara umum maupun dalam upaya penghasilan secara khusus, setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi.
Pertama, beriman kepada Allah Swt. Syarat utama dan yang terpenting untuk mendapatkan rezeki yang berkah adalah dengan merealisasikan keimanan kepada Allah Swt.
Sebagaimana firman Allah berikut :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya : "Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". [QS. al-A’râf/7:96].
Demikianlah balasan Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, dan sekaligus sebagai penjelas bahwa orang yang kufur kepada Allah Swt. tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup.
Salah satu bentuk realisasi keimanan kepada Allah Swt. yang berkenaan dengan penghasilan yaitu bahwa dia meyakini dan menyadari rezeki apapun yang diperoleh adalah karunia dan kemurahan dari Allah Swt, bukan karena jerih payah atau keahlian dirinya. Dan yakin bahwa Allah telah menentukan kadar rezeki setiap hamba-Nya semenjak dia masih berada dalam kandungan ibunya.
Realisasi bentuk keimanan kepada Allah Swt. yang lain berkaitan dengan rezeki, ialah kita senantiasa menyebut nama Allah saat akan menggunakan salah satu kenikmatannya, misalnya saat akan menghadapi hidangan/makanan.
Rasulullah saw. bersabda :
عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كان يَأْكُلُ طَعَاماً في سِتَّةِ نَفَرٍ من أَصْحَابِهِ فَجَاءَ أعرابي فَأَكَلَهُ بِلُقْمَتَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا إِنَّهُ لَوْ كَانَ ذَكَرَ اسْمَ اللَّهِ لَكَفَاكُمْ. رواه أحمد والنَّسائي وابن حبان
Artinya : "Dari Sahabat ‘Aisyah Radhiyallahu anha, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu saat sedang makan bersama enam orang sahabatnya, tiba-tiba datang seorang arab Badui, lalu menyantap makanan beliau dalam dua kali suapan (saja). Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Ketahuilah seandainya ia menyebut nama Allah (membaca Basmallah, Pen.), niscaya makanan itu akan mencukupi kalian". [HR Ahmad, an-Nasâ`i dan Ibnu Hibbân].
Demikianlah peranan iman kepada Allah Swt. yang direalisasikan dengan menyebut nama-Nya ketika hendak menggunakan suatu kenikmatan, sehingga mampu mendatangkan keberkahan pada hartanya.
Bila kita perhatikan pada diri dan negeri kita, maka kita bisa menemukan buktinya. Kebanyakan dari kita setiap kali mendapatkan suatu keberhasilan, maka membuat kita lupa daratan, dan beranggapan bahwa keberhasilan tersebut karena kehebatan kita. Dan sebaliknya, setiap terjadi kegagalan atau bencana, maka kita beranggapan alam sebagai penyebabnya, dan kita melupakan Allah Swt.
Jika kita berasumsi demikian, maka mustahil Allah Swt. akan memberikan keberkahan dalam kehidupan kita. Dan ternyata pola pikir semacam ini yang telah menyebabkan Qarun mendapatkan azab dari Allah Swt. dengan ditelan bumi.
Allah Swt. berfirman:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا
Artinya : "Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak harta kumpulannya". [QS. Al-Qashas/28:78].
Kedua, amal saleh. Amal saleh adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan syariat yang dituntunkan Rasulullah saw. Itulah hakikat ketakwaan yang menjadi syarat datangnya keberkahan.
Allah Swt. menceritakan tentang Ahlul Kitab yang hidup pada zaman Nabi saw.
Sebagaimana firman Allah berikut :
وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُواْ التَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيهِم مِّن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ رَّبِّهِمْ لأكَلُواْ مِن أَرْجُلِهِم
Artinya : "Dan sekiranya mereka benar-benar menjalankan Taurat, Injil dan (Al-Qur`an) yang diturunkan kepada mereka, niscaya mereka akan mendapatkan makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka". [QS Al-Mâidah/5:66].
Menurut penjelasan para ulama tafsir, bahwa yang dimaksud dengan “mendapatkan makanan dari atas dan dari bawah kaki”, adalah Allah Swt. akan melimpahkan bagi mereka rezeki yang berlimpah dari langit dan dari bumi, yang membawa kecukupan dan berbagai kebaikan, tanpa susah payah, letih, lelah, dan tanpa adanya tantangan atau berbagai hal yang mengganggu ketentraman hidup mereka.
Adapun apabila seorang hamba enggan untuk beramal saleh atau lebih cenderung untuk berbuat kemaksiatan, maka yang dia peroleh adalah kesengsaraan dan kemelaratan dalam kehidupannya.
Rasulullah saw. bersabda :
(إن الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ) رواه أحمد وابن ماجة والحاكم وغيرهم
Artinya : "Sesungguhnya seseorang dapat saja tercegah dari rezekinya akibat dari dosa yang ia kerjakan". [HR Ahmad, Ibnu Mâjah, al-Hâkim, dll].
Dari hadis tersebut dapat kita pahami bahwa kemaksiatan dan perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia menyebabkan terhalangnya diperoleh rezeki dan keberkahan dari Allah Swt.
Semoga kita termasuk hamba Allah yang senantiasa dalam keimanan dan selalu menjalankan amal saleh. Dengan begitu semoga Allah Swt. mendatangkan keberkahan dalam setiap rezeki yang diberikan-Nya. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.
0 Comments: