Headlines
Loading...
Challenge Motivasi

Oleh. Eka Suryati 

Tekad itu merupakan tindakan mengambil keputusan secara pasti dan tegas. Tekad merujuk pada niat dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu dengan penuh kesungguhan dan keteguhan. Tekad dikaitkan dengan niat yang tulus dalam melakukan amal baik dan mengikuti perintah Allah. Ini mencakup komitmen untuk menghadapi tantangan, menjalankan kewajiban agama, serta berusaha keras dalam mencapai tujuan yang diridai oleh Allah. Tekad juga melibatkan sikap konsisten dan penuh keazaman untuk tetap pada jalan yang benar, meskipun menghadapi berbagai kesulitan.

Kalau bertekad harus sedikit atau berani nekat. Tekad yang kuat itu seperti menjalani perjalanan panjang dengan penuh keyakinan dan doa. Ketika kita memiliki niat yang baik dan tekad yang mantap, harus berani mengambil langkah, meski tantangan terasa berat. Ingatlah, seperti dalam hadis yang mengajarkan bahwa "Barang siapa yang menunjukkan jalan kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya," jadi jangan takut untuk berusaha dengan sepenuh hati. Terkadang, tindakan berani dengan niat yang tulus itu seperti membuka pintu rezeki dan kemudahan dari Allah. Seperti pepatah Arab yang mengatakan, "Barang siapa tidak berani, tidak akan mendapatkan," maka ambillah langkah tersebut dengan penuh keyakinan, dan percayalah bahwa Allah akan menuntunmu menuju hasil yang terbaik.

Pada setiap pencapaian diri, dibutuhkan tekad yang kuat agar mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Mungkin sedikit kisahku bisa menjadi gambaran, betapa suatu tekad bisa mengalahkan kemustahilan yang terjadi, semuanya tentu saja hanya dengan izin Allah. Saat itu, bisa dibilang adalah saat diri belum memahami sepenuhnya tuntunan Islam, di mana bekerja menjadi target setelah menyelasaikan masa-masa sekolah. Yang ingin ditekankan dalam kisah ini adalah cerita tentang sebuah tekad yang besar. 

Adalah saat itu, bekerja, menjadi seorang ASN menjadi hal yang diinginkan di kotaku. Jika bisa menjadi seorang abdi negara, maka seakan-akan kisah sukses sudah tergapai. Saat itu menjadi seorang pegawai negeri tidaklah mudah, bukan hanya butuh kecerdasan, lebih dari itu butuh sesuatu untuk memuluskannya. Sedikit banyak sudah memahami bahwa uang sogokan untuk bekerja tidak diperbolehkan, maka berbilang tahun aku tak pernah ada keinginan untuk melamar menjadi abdi negara tersebut. Pernah mencoba, tapi memang terkalahkan oleh sistem yang ada.

Lalu, pada saat itu, di saat masih kuliah, ada sebuah penerimaan PNS, aku ikut melamarnya. Entah apa yang mendorongku saat itu, aku bertekad untuk ikut tes penerimaan CPNS. Teman-teman ada yang melamar ke kabupaten lain agar peluang diterima lebih besar. Karena keadaan tidak memungkinkan untuk melamar di kabupaten lain, aku tetap melamar dari kabupaten kotaku. Mereka yang menyayangkan dan mengatakan bahwa aku menyia-nyiakan sebuah peluang, karena di kotaku untuk menjadi PNS sudah ada jalur-jalur khusus agar bisa diterima (menyogok maksudnya). Tapi tekadku sudah bulat, dengan modal keinginan yang kuat aku tetap melamar CPNS di kotaku. Pada saat pengumuman pertama, aku diterima, banyak yang kaget, saudara pun sampai bilang, _ngasih_ uang berapa ke panitia, dan dengan siapa? Aku cuma bilang, ini hadiah dari Allah, karena memang aku cuma mengandalkan-Nya. Kawan-kawan yang melamar di kabupaten lain justru tidak ada yang diterima. Lalu aku ikut seleksi kedua. Ada yang meragukan, karena katanya permainan belum usai. Aku tetap bertekad ikut dan pada akhirnya diterima menjadi CPNS di kotaku. Aku bersyukur sekali saat itu, sebab tanpa harus menyogok dan jauh dari orang tua aku bisa bekerja, membantu meringankan beban orang tua.

Itulah sedikit cerita tentang tekad yang kuat mengalahkan kemustahilan yang dipikirkan manusia. Prosesnya yang menjadi pelajaran agar tidak gampang menyerah pada suatu keadaan. Seperti yang terjadi saat ini, di mana kita sudah merdeka selama 79 tahun, namun kemerdekaan yang kita rasakan belumlah kemerdekaan yang hakiki. Kita merdeka secara fisik, tak ada penjajahan, namun secara ekonomi dan sistem kita masih terjajah. Kita belum bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Banyak kebobrokan yang terjadi, mulai dari pemilihan seorang pemimpin sampai pada saat pemimpin itu memimpin baik daerah maupun pusat.

Bagaimana tidak, bisakah seorang pemimpin memikirkan rakyatnya setelah ia terpilih, jika pada saat proses pemilihan ia harus mengeluarkan puluhan, ratusan miliar bahkan triliunan. Secara logika gaji seorang kepala daerah selama lima tahun memimpin ketika dikumpulkan tak akan bisa menutupi biaya operasional pada saat ia melakukan kampanye. Lalu apa yang akan ia lakukan setelah terpilih, memikirkan rakyatnya? Rasanya rakyat terlalu berlebihan berharap seperti itu pada seorang pemimpin yang terpilih karena mengeluarkan uang yang terlalu banyak. Perlu tekad yang kuat untuk mengubah sistem yang ada.

Untuk itu perlu kesadaran yang mendasar, bahwa setiap manusia pasti akan mati, dan akan dimintai pertangungjawabannya kelak di akhirat. Tekad yang kuat untuk kembali pada ajaran yang hakiki, ajaran Islam yang benar membuat kita harus bekerja keras agar hal itu dapat terwujud. Perlu perubahan yang mendasar, yaitu sebuah perubahan sistem. Berproseslah, jangan takut untuk memulai, sebab Allah melihat proses yang kita lakukan. Bertekadlah menjadi hamba Allah, bukan hamba-hamba yang lain. [Ni]

Kotabumi, 12 Agustus 2024

Baca juga:

0 Comments: