Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S Leman

Pertama kalinya aku mengenal dunia literasi tentu saat sekolah dan kuliah dulu. Kegemaran membaca dan menulis sudah dimulai saat aku di sekolah dasar (SD). Masih kuingat resume atau resensi buku pertamaku di perpustakaan sekolah yakni buku berjudul "Terompah Usang yang Sudah Dijahit." 

Mengapa aku hobi membaca dan menulis? Aku hobi membaca dan menulis karena perpustakaan adalah salah satu tempat mainku yang aku sukai. Sejak kecil aku sering ke perpustakaan daerah yang dekat dengan tempat tinggalku. Aku suka berjalan kaki bersama kakakku atau kakak-kakak putra-putri Pak Dhe ke perpustakaan untuk membaca buku dan bertemu Pak Dhe. Ya, membaca buku sambil jajan makanan di sana. Kebetulan Pak Dhe ku Kepala Perpustakaan Wilayah di Semarang saat itu. 

Kegemaran membaca buku tumbuh dari perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah. Banyak buku yang sudah kubaca saat SD dulu. Kegemaran membaca berlanjut terus hingga SMP dan SMA. Aku selalu mampir di perpustakaan saat jam istirahat sekolah. Perpustakaan menjadi tempat favoritku. 

Saat mahasiswa kuliah di Bogor aku rajin dan senang ke perpustakaan LSI di kampus IPB. Perpustakaannya besar dan megah. Aku senang menghabiskan waktu di sana. Membaca buku, jurnal, skripsi, dan lain-lain. 

Lulus sarjana aku kembali ke Semarang. Perpustakaan daerah pindah dari Jalan Pemuda ke daerah Tegalsari. Tetap saja perpustakan menjadi tempat untuk santai membaca buku. Apalagi di perpustakaan ini ada tukang batagor. Alhamdulillah bisa mengobati rinduku jika ingin makan batagor. 

Setelah menikah dan punya anak, aku juga suka membawa anak-anak ke perpustakaan kota Bogor. Kegemaranku membaca buku menular kepada anak sulungku. Tempat favoritnya adalah perpustakaan dan toko buku. Jika liburan sekolah tempat liburan favoritnya adalah toko buku dan perpustakaan. Bahkan saat pulang sekolah sering menyempatkan diri ke toko buku hanya untuk sekadar melihat-lihat buku terbaru dan membacanya sejenak sehingga penjaga toko buku itu kenal dan membiarkannya membaca sepuasnya. 

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Dari masa kecil hingga masa tua, membaca dan menulis menjadi kebutuhanku. Suatu saat di masa pandemi aku berjumpa dengan komunitas menulis bernama Sahabat Surga Cinta Qur'an . Niat awal bergabung di komunitas ini adalah agar aku istikamah membaca Al-Qur'an setiap hari 1 juz sehingga bisa diharapkan setiap 1 bulan khatam Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah literasi terbaik, literasi pertama dan utama yang harus dibaca oleh setiap diri yang mengaku muslim. 

Sebenarnya sudah ikut one day one juz di beberapa komunitas. Tetapi merasa kurang tantangannya. Di SSCQ ini membaca Qur'an plus terjemah plus menuliskan hasil tadabur. Sebenarnya agak ragu dan takut. Khawatir apakah bisa mengikutinya atau tidak. Maka ketika suatu waktu ditawari langsung lewat sebuah komentar di Facebook oleh Bunda Lilik Yani, maka bergabunglah aku di SSCQ, challenge ke-6. 

Pertama bergabung di challenge ke-6 hanya sebagai pengamat. Belum berani setoran laporan. Suatu ketika di challenge ke-9 diadakan 1/2 juz plus baca terjemah plus laporan ayat. Alhamdulillah mulai memberanikan diri ikut tantangan. Saat itu juga diadakan challenge dalam rangka milad SSCQ. Aku memberanikan diri ikut menulis di sebuah buku antologi milad 1 SSCQ berjudul "SSCQ Lentera Hidupku."

Ya, betul SSCQ telah menjadi lentera hidupku. Keinginan menulis buku sebenarnya sudah lama tersimpan di dalam dada. 

"Masak menulis buku cuma sekali yakni saat skripsi saja. Ayo dong menulis di buku lagi. Tapi tak tahu harus memulai dari mana," batinku.

 Jika menulis artikel lepas sudah kulakukan baik saat mahasiswa di majalah jurusan atau saat lulus sarjana. Saat sudah sarjana aku beberapa kali menulis artikel tentang gizi dan haji di koran harian sore Wawasan Semarang.

Kegemaranku menulis terhenti ketika menikah dan sibuk mengasuh anak. Penaku tumpul karena sudah lama tak dipakai. Untuk mengasahnya kembali butuh waktu. Alhamdulillah Allah pertemukan dengan SSCQ. Tadinya untuk memulai menulis lagi susahnya setengah mati. Eh, begitu kita memulainya dengan membaca Al-Qur'an dan terjemah serta mentadaburinya maka ide seolah mengalir deras. Allah beri saja ilham untuk menuliskan ini dan itu. Inilah keberkahan ayat-ayat suci Al-Qur'an, menginsirasi aku untuk menulis banyak hal. Al- Qur'an memang inspirasi tiada henti. Otak bekerja terus, dengan maklumat tsabiqoh (maklumat sebelumnya) dari Al- Qur'an maka jika kita melihat fakta lalu kita kaitkan dengan informasi dari Al-Qur'an maka proses berpikir terus-menerus terjadi di otak kita. Akhirnya buku antologi pertama terbit, disusul dengan buku solo pertama di SSCQ saat challenge ke 13 di bulan Ramadan yakni buku berjudul "Ramadan Spesial, Tadabur Ayat-Ayat Doa untuk Anak Istimewa." 

Satu demi satu buku terselesaikan hingga saat ini bisa menulis 17 buku solo dan 53 buku antologi. Inspirasinya kebanyakan dari informasi dari Al-Qur'an yang dikaitkan dengan fakta dan pengalaman. Proses berpikir terjadi terus-menerus. Apalagi ditambah hadiah kelas literasi dan kelas literasi khusus jika kita khatam Al-Qur'an setiap bulannya. Kelas literasi yang diadakan 4 kali setiap challengenya, begitu juga kelas literasi khusus juga 4 kali pertemuan. Setiap bulannya minimal 8 kali kelas literasi kusimak. Semua dalam rangka menambah dan memperkaya literasiku. 

Terimakasih SSCQ yang sudah membersamaiku berliterasi baik membaca, bertadabur, menulis, dan berbicara di forum. Semoga kebaikan Bunda Lilik S Yani dan tim SSCQ dibalas Allah dengan pahala yang berlimpah ruah. Selamat bermilad ketiga SSCQ Literasi di Masjid Al Jabbar Bandung. Semoga keberkahan selalu mengiringi kita semua.

Baca juga:

0 Comments: