Headlines
Loading...
Oleh: Radiyah Ummu Ar-Rafa 

Sejak duduk di bangku kuliah, tepatnya pada tahun 2004 aku ingin sekali menjadi seorang penulis. Melihat dan membaca karya-karya keren yang menempel di mading (majalah dinding) fakultas mendorong hasratku untuk bisa memiliki karya-karya dalam bentuk tulisan.

Menurutku seseorang yang bisa menghasilkan karya dalam bentuk tulisan dan dibaca oleh orang lain adalah pencapaian yang luar biasa. Apalagi lewat tulisan yang kita tulis mampu menjadi perantara seseorang melakukan perubahan positif dalam hidupnya. Suatu pencapaian yang bisa dibanggakan di hadapan Allah Swt.

Setelah mencari informasi dari teman-teman,  ternyata di kampus tempatku menimba ilmu ada majalah kampus yang terbit setiap bulan. Setiap mahasiswa/mahasiswi boleh membuat dan mengirimkan tulisannya.

Aku pun langsung menyambut informasi baik tersebut. Aku berupaya membuat tulisan tentang fenomena mahasiswa pada saat itu. Aku mencoba membuat tulisan dengan keterbatasan yang ada, pada saat itu hanya bermodalkan kemauan, dan tanpa ilmu tentang literasi sedikit pun. Tulisan yang apa adanya itu kukirimkan ke majalah kampus.

Saat itu di kampus ada beragam jenis pemikiran. Itu membuatku sangat tertarik untuk menyampaikan pemikiran Islam kafah yang kuemban sejak duduk di bangku kelas 3 SMA.

Alhamdulillah atas izin Allah, ternyata tulisanku tayang di majalah kampus. Masyaallah, sungguh terkejut dan bahagia sekali rasanya. Aku tak menyangka tulisanku akan tayang, dan berpeluang dibaca oleh para mahasiswa dan dosen, karena ditempel di setiap mading fakultas. 

Niatku saat itu hanya ingin menyampaikan kebenaran lewat tulisan, berharap tulisanku bisa menjadi jalan perubahan ke arah yang lebih baik bagi orang lain.

Seiring berjalannya waktu amanahku makin bertambah, tugas kuliah pun makin banyak. Akhirnya aku tidak rutin lagi membuat tulisan karena sibuk dengan amanah dan tugas kuliah. Padahal aku ingin membuat tulisan kembali, meninggalkan jejak karya walaupun sudah tiada lagi.

Bertahun-tahun aku tidak aktif dalam menulis. Tapi tetap aktif dalam amanah dakwah yang lainnya. Sampai akhirnya aku kenal dengan komunitas Sahabat Surga Cinta Qur'an (SSCQ) yang ternyata ada pembahasan tentang literasi.

Pertama kali mengenal komunitas SSCQ lewat perantara kakak salihah sekaligus teladan dalam dakwah, Kak Alfi Ummu Arifah. Awalnya ingin mengikuti program utamanya yaitu ODOJ plus-plus (one day one juz) plus baca terjemahan dan menulis ayat berkesan setiap harinya. Ternyata setelah mengikuti ODOJ plus-plus, baru diketahui bahwa ada kelas literasi yang dipelajari secara gratis. Masyaallah, nikmat mana lagi yang akan di dustakan?

Ada kelas literasi dalam program SSCQ. Kelas yang penuh inspirasi dan motivasi. Bahwa dakwah itu tidak hanya dilakukan secara lisan, tapi juga secara tulisan.
 
Penjelasan bunda Lilik sang muasis SSCQ dalam pembahasan launching kelas literasi sangat menggugah dan menampar jiwaku. Bagaimana tidak! Akhirnya aku tersadarkan dari mimpi dan angan-angan selama ini.

Strong why sangat penting untuk kita tanamkan dalam diri kita. Bahwa segala sesuatunya haruslah karena Allah, untuk Allah dan hanya mengharapkan rida Allah semata. Kesadaran akan hal ini menjadi cikal bakal munculnya keinginan untuk menulis, menyampaikan kebenaran Islam lewat tulisan.

Pernyataan dari Sayyid Qutub yang sangat menggugah dan selalu menjadi motivasi bagiku untuk berupaya membuat jejak karya lewat aksara. "Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala". 

Kesadaran pun semakin tertanam dalam diri bahwa  saatnya melejitkan potensi diri. Tidak waktunya untuk berleha-leha dan membuang waktu begitu saja tanpa melakukan apa-apa untuk agama. 

Akhirnya bersama SSCQ ku bisa menulis kembali. Melanjutkan beberapa tahun yang pernah tertinggal, walaupun ada rasa menyesal. Mengapa tidak dari dulu aku optimal meninggalkan jejak karya untuk menjadi bekal?

Jazakillah khoiron katsiroon bunda Lilik Yani sang inspirator dan motivator yang dicintai karena Allah. Begitu banyak ilmu yang kami dapatkan dari keikhlasan, kesabaran, kegigihan, semangat, pengorbanan dan semua kebaikan yang bunda ajarkan serta contohkan pada kami. Bunda Lilik Yani memang sosok pemimpin yang menjadi teladan dalam kebaikan. Ketaatan bunda kepada Allah menjadikan bunda sebagai sosok yang sangat dirindukan. Semoga semua kebaikan bunda menjadi wasilah yang menghantarkan bunda ke surga Allah.

Semoga tetap istikamah dalam membersamai dakwah lisan dan tulisan. Harapku yang selalu terucap adalah bisa terus bersama dalam dakwah hingga ajal tiba. Yuk, bersama kita melejitkan potensi diri bersama SSCQ (Sahabat Surga Cinta Qur'an). [My]

Tanjung Morawa, 1 September 2024

Baca juga:

0 Comments: