Headlines
Loading...
Oleh. Muflihah S.

Pertama kali saya bergabung di komunitas Sahabat Surga Cinta Qur'an (SSCQ), kalau enggak salah tahun 2022 Masehi. Pasca covid 19 melanda Dunia. Semua kegiatan beralih ke online. Alhamdulillah, banyaknya sahabat-sahabat dunia Maya.

Begitu juga awal mula masuk ke SSCQ, dari kajian online sahabat-sahabat Rindu Surga dimasukanlah saya di kelas SSCQ oleh ustazahku yang sudah lebih dahulu masuk ke komunitas SSCQ (Sahabat Surga Cinta Qur'an).

Bukan tanpa kebetulan saya masuk di komunitas ini, karena segala sesuatu yang ada di dunia ini enggak ada yang kebetulan, entah doa dan amalan yang mana yang Allah terima sehingga saya diberikan rezeki yang tiada ternilai harganya, yaitu bisa mengenal sahabat-sahabat seperjuangan, bisa mengenal SSCQ, dan berjumpa dengan orang-orang yang salehah adalah nikmat yang tidak bisa dibeli dengan apa pun.

Sebelum saya bergabung di komunitas ini, alhamdulillah sudah terbiasa dengan tilawah, keinginan untuk menghafal Al-Qur'an menghujam di dalam hati meski usia sudah senja. Dalam hati selalu berkata kenapa tidak dari dahulu saat otak masih kuat menyimpan hafalan, karena saya termasuk orang yang sulit untuk menghafal.

Niat untuk menghafal Al-Qur'an saya alihkan menjadi rutinitas tilawah Al-Qur'an, bahkan saya pernah target satu hari 5 juz, Setiap selesai salat baca 1 juz. 
Alhamdulillah satu minggu khataman.
Karena tidak tahu artinya, saya baca terjemahannya juga, namun masih belum merasuk ke dalam jiwa. Padahal sudah saya baca semua tapi kok rasanya berbeda dengan saat masuk ke komunitas SSCQ. Mungkin karena waktu itu saya belum hijrah totalitas.

Mulailah saya mencoba menghafal lagi, alhamdulillah yang nyangkut cuma ayat-ayat  pendek, hanya satu surah Al-Kahfi yang panjang bagi saya … hehe. Mungkin untuk sahabat SSCQ itu termasuk surah yang pendek.
Alhamdulillah, semenjak mulai menghafal surah Al-Mulk dan Al-Kahfi inilah saya didekatkan oleh Allah dengan sahabat-sahabat yang salehah. Alhamdulillah.
Tak henti-hentinya bersyukur.

Nah, dari situlah ketika ustazahku menawarkan bergabung dengan SSCQ yang dengan program utamanya adalah One Day One Juz langsung saya menyambutnya. "Siapa takut, hayuk! Satu hari satu juz okelah," bisikku dalam hati.

Begitu sudah masuk, ternyata One Day One Juz ada plus-plusnya.
Lah, koq banyak plusnya? 
Ternyata harus dengan terjemahannya plus melaporkan ke PJ, plus menulis ayat yang berkesan setiap harinya.
Mulailah saya masuk. Alhamdulillah, dari sinilah saya baru merasakan nikmatnya bercengkerama dengan ayat suci Al-Qur'an. Gemetarnya hati ketika menyusuri ayat-ayat cinta-Nya. Setiap kali menemukan dan menulis ayat-ayat yang berkesan, ada suatu rasa yang tidak bisa diungkapkan. Alhamdulillah.

Dari kenikmatan itu, saya ikuti semua kurikulumnya, karena tuntas mengerjakan, masuklah saya ke kelas literasi. Awal masuk,
hehe biasalah, pasti melongo.
Apa sih, kelas literasi? 
Jadi pengamat dan penonton saja dulu, tetap di pojok tanpa mengikuti.
Karena memang saat itu kelas literasi adalah hadiah buat yang khalas kelas literasi sebelumnya, dan hadiah anggota baru yang otomatis pasti masuk ke kelas literasi.

Nah, ketika saya awal dimasukan saya masih mengamati jadi penonton saja.
Dan kelas itu ternyata sulit untuk masuk lho, hanya untuk orang-orang yang memiliki tiket saja. Kalau tidak punya tiket, bisa dari tiket temannya yang punya tiket ganda.
Dan tiket itu ternyata hasil dari kurikulum one day one juz. Alhamdulillahnya saya sering mendapat tiket juga, dari challenge-challenge SSCQ. Walhasil, saya bisa masuk ke kelas literasi lanjutan tanpa mendaftar, mengisi formulir, dan komitmen.

Dari kelas inilah saya baru tahu dunia literasi. Selama ini menulis ya cuma asal nulis saja, ternyata nulis juga ada ilmunya. Terlebih lagi tujuan menulis di komunitas ini adalah bertujuan lillah semata-mata karena Allah Taala. Masyaallah.

Saya baru terbangun. Barulah saya mulai terbakar oleh semangatnya sang _muasis_ SSCQ, motivator, sekaligus founder komunitas ini. Menulis untuk meninggalkan jejak di alam semesta. Melalui wasilah SSCQ-lah saya mendapatkan sesuatu yang lebih mahal tanpa pungutan biaya.

Dari kelas literasi inilah semua ilmu dikupas tuntas, ilmu yang pasti di luar sana mahal harganya, tetapi di komunitas ini tanpa pungutan biaya. Saya mulai mengenal tulisan-tulisan yang membuat saya melongo, karena tulisan-tulisan sahabat SSCQ adalah tulisan yang mencerdaskan umat, melawan opini sesat, memotivasi, dan banyak sekali hikmah-hikmah yang bisa kita ambil.
Tulisan yang tersebar di berbagai media, dan diabadikan dengan buku-buku agar tulisan itu bisa menjadi jejak kebaikan.

Alhamdulillah, dari sinilah saya bisa melahirkan buku solo yang selama ini tidak pernah saya impikan. Seolah berada di dalam mimpi, saya memiliki banyak buku yang di dalamnya ada tulisan-tulisan sendiri. Banyaknya buku antologi bersama SSCQ mempunyai kenangan tersendiri yang sampai sekarang tak henti-hentinya kusyukuri.

Bunda Lilik jazakillahu ahsanal jaza atas jerih payah Bunda membimbing kami para member. Bunda adalah orang yang menuntun penulis-penulis baru dari nol, termasuk saya yang tulisannya pasti membuat tim garuk-garuk kepala. Tulisan yang mungkin kalau di media lain hanya dilirik dan dibiarkan di meja, karena berantakan dan membuat malas untuk dibaca, tetapi kesabaran bunda Lilik dan tim media SSCQ mengenalkan kami tentang EYD dan literasi sehingga saya menjadi tahu. Masyaallah. Alhamdulillah.

Jazakillahu khairan kasiran, Bunda Lilik Yani, para ustazah, para sahabat di tim media,  para sahabat di SSCQ, teman terbaikku semuanya, terima kasih telah menggoreskan kenangan dan ilmu di dalam hatiku.
Semoga kebersamaan kita bukan hanya di dunia saja namun sampai ke surga-Nya. Aamiin ya robbal alamiin.

Purwokerto, 1 September 2024. [An]

Baca juga:

0 Comments: