Headlines
Loading...
Oleh. Neni Arini 

Sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan lemah sehingga ia membutuhkan orang lain untuk menutupi kelemahannya. Tidak ada manusia yang ketika lahir bisa dengan sendirinya mencari makan dan minum, beraktifitas langsung semua sendiri.
Tetapi bukan berarti dengan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, menjadikan diri kita sangat bergantung kepada orang lain.

Orang yang mandiri tak pernah rela untuk menjadikan dirinya berada dalam posisi yang selalu meminta, ia akan berprinsip tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Ia 
ingin selalu bisa memberi bukan meminta, membantu bukan dibantu, menolong bukan ditolong, menjadi subyek bukan objek, menjadi orang berdaya bukan yang tak berdaya, menjadi orang yang mampu bukan lemah, dan menjadi orang yang mulia, bukan hina.

Rasulullah adalah salah satu contoh dalam hal kemandirian. Banyak pekerjaan yang Rasulullah lakukan sendiri, mulai dari menjahit bajunya, mengerjakan pekerjaan rumah dan yang lainnya. Rasulullah tidak pernah merasa malu akan semua pekerjaan yang dilakukannya secara mandiri. Justru Rasulullah mengatakan bahwa harta yang paling mulia adalah harta halal yang dihasilkan dari pekerjaan yang dikerjakan sendiri oleh tangannya, tanpa bergantung kepada orang lain. Oleh sebab itu, Rasulullah menyuruh kita untuk dapat beraktivitas secara mandiri.

Bahkan, di dalam Al-Qur'an Allah menyampaikan dalam surat  Al Jumu'ah ayat 10:

“Apabila salat sudah dikerjakan, maka bertebaranlah di muka bumi untuk mencari karunia Allah dan perbanyaklah zikir semoga kalian termasuk orang-orang yang beruntung.” 

Islam tidak menganjurkan bahkan menganggap salah seorang hamba yang hanya memfokuskan diri untuk beribadah tanpa mempedulikan kebutuhan diri dan keluarganya. Islam mengatur dengan sangat lengkap mengenai keseimbangan dalam hidup, antara kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Al-Qur’an memerintahkan kita untuk mencari rezeki ke segala pelosok bumi setelah melakukan ibadah.

Allah memerintahkan kaum muslim untuk berusaha hidup mandiri dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam masalah ekonomi.
Apalagi masalah ekonomi juga merupakan hal yang krusial menjalankan geraknya dakwah, karena tanpa adanya finansial, maka aktivitas dakwah tidak bisa dilakukan secara maksimal. Dana sangat perlu, tetapi bukan berarti juga ketika kita berada dalam keterbatasan dana, lalu berhentilah dakwah kita. Tidak seperti itu, yang harus dilakukan dakwah tetap harus berjalan. Karena kembali ke hukum dakwah bagi setiap umat muslim yakni wajib.

Aktivitas dakwah merupakan aktivitas yang mulia, dengan dakwah semua makhluk di bumi bisa menikmati keindahannya Islam. Dan semua itu harus kita lakukan dengan penuh keikhlasan.

Keterbatasan dana dalam melakukan aktivitas dakwah, janganlah membuat kita menjadi seperti seorang pengemis. Semasa hidup Rasulullah, beliau tidak pernah meminta bayaran dalam bentuk apa pun kepada masyarakat ketika hendak berdakwah. Begitu pula para sahabat Nabi.

Kekurangan finansial tidak melemahkan  semangat Rasulullah dalam berdakwah, karena Rasulullah sendiri sudah terbiasa hidup zuhud, tidak cinta dunia melainkan hidup sederhana dan tidak memikirkan materi.

Tetapi kita juga tidak bisa memungkiri bahwa aktivitas dakwah membutuhkan finansial. Untuk itu para aktivis dakwah harus  memperhatikan urusan perencanaan finansial. Karena hal ini menjadi penting untuk dibangun. Tetapi tetap dengan  memperhatikan halal haram sebagai standar hukum perbuatan dalam aktivitas finansial.

Sudah seharusnya sebagai hamba yang beriman dan bertakwa harus selalu menjaga marwah dirinya dan menjaga dari perasaan malu jika melakukan perbuatan yang tidak pantas, meskipun tidak dilihat oleh orang lain, karena sedikit banyak akan membawa pengaruh dari kwalitas keimanan seseorang. Untuk itu jadilah seorang muslim sejati, yang bisa menjadikan keimanan di atas hawa nafsu. Senantiasa bersikap mandiri tanpa bergantung sepenuhnya kepada mahluk lain, terus layakkan diri kita sebagai seorang muslim yang senantiasa memberikan solusi bagi umat, yang senantiasa memberi bukan meminta. 

Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: