Headlines
Loading...
Oleh. Neni Arini 

Pada hakikatnya kehidupan dunia ini adalah sebuah ujian. Sebuah ujian untuk dapat melihat siapa saja hamba-hamba Allah yang salih, dan mana hamba yang selalu berada dalam kubangan dosa, mana hamba Allah yang banyak amal kebaikannya dan mana hamba Allah yang banyak amal keburukannya.

Allah berfirman dalam surat Al Mulk ayat 2:
"Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun".

Manusia tak pernah lepas dari yang namanya ujian. Ujian itu ada yang berupa kenikmatan, tetapi ada pula yang berupa musibah. Ujian kenikmatan diberikan Allah untuk menguji hambanya apakah dapat bersyukur atas kenikmatan yang dimiliki dan dirasakannya. Sementara ujian musibah diberikan Allah untuk menguji hamba-Nya apakah kita mampu bersabar dalam menghadapi segala ujian yang Allah berikan.

Ujian menjadi sebuah pertarungan diri karena memang Allah mengijinkan setan untuk menggoda manusia agar manusia berada dalam kesesatan. Bahkan di dalam surat Al Isra ayat 64 Allah mempersilahkan iblis untuk mengerahkan segala kekuatan pasukannya untuk menyesatkan manusia.

Iblis adalah mahluk yang tidak mau mendengarkan perintah Allah. Ketika Allah mengijinkan akan hal itu, iblis tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu sedikit pun. Dan sebagai buktinya digodalah Nabi Adam dengan segala bujuk rayunya. Iblis tahu bahwa Nabi Adam dan Hawa dilarang Allah untuk memakan buah khuldi, tapi iblis dengan sangat gencarnya membujuk dan membisikkan Nabi Adam dengan segala tipu dayanya bahwa buah khuldi itu boleh dimakan. Sampai meyakinkan Nabi Adam bahwa informasi yang iblis katakan itu adalah untuk kebaikan Nabi Adam.

Akhirnya apa yang terjadi, iblis pun berhasil menghasut Nabi Adam. Nabi Adam pun mulai mendekati dan memakan buah tersebut. Dan Allah pun menunjukkan kuasa-Nya dengan membuat Nabi Adam dan Hawa tak ada satu helai kain pun yang menutupi tubuh keduanya, hingga Nabi Adam dan Hawa sibuk menutupi tubuhnya dengan dedaunan.

Padahal dikatakan bahwa tipu daya setan itu lemah tetapi Nabi Adam dan Hawa bisa dibuatnya sesat. Semua itu Allah menjawabnya di dalam surat Taha ayat 115 yang mengatakan bahwa, Nabi Adam kurang dalam tekad menjaga azam terhadap perintah Allah.

Jadi Allah menjelaskan bahwa rayuan iblis bukanlah menjadi hal yang utama sehingga Nabi Adam melanggar perintah Allah, tetapi justru kelalaian tersebut datang dari diri Nabi Adam sendiri, yaitu lemahnya azam atau lemahnya tekad untuk mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 

Lemahnya tekad manusia itu menjadi salah satu modal bagi setan ketika mengajak manusia untuk berbuat sesat. Semakin lemah tekad kita, maka semakin mudah setan menghasut dan menyesatkan diri kita. Sebaliknya, jika semakin kuat tekad kita terhadap perintah Allah, maka setan pun tak mampu membuat kita tersesat.

Orang-orang yang memiliki tekad kuat dalam menjalankan semua perintah Allah, maka tidak akan mudah dihasut oleh setan, karena akan senantiasa dalam penjagaan Allah.

Kita bisa menjadikan Nabi Ibrahim contoh dari orang-orang yang punya tekad kuat untuk taat mutlak kepada Allah. Tidak ada satu pun perintah Allah yang tidak dipatuhinya.

Begitu patuhnya Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah, ketika ada perintah untuk menyembelih putranya Ismail, Nabi Ibrahim pun mematuhinya. Taat tanpa tapi, taat tanpa nanti.

Ini sungguh sebuah perintah yang kalau kita pikirkan secara logika manusia, tentulah tidak ada yang tega melakukannya. Tapi luar biasanya Nabi Ibrahim, begitu cintanya beliau terhadap Allah, melebihi kecintaan terhadap anak dan istrinya sehingga perintah Allah diatas segalanya. Beliau pun tunduk dan patuh untuk menerima perintah tersebut.

Sungguh sebuah titik keimanan yang sangat tinggi terhadap Rabb-Nya. Nabi Ibrahim yakin ketika ada satu perintah dari Allah yang harus dilakukan, pasti akan ada banyak kebaikan di situ. Keimanan dan keyakinan Nabi Ibrahim terhadap Allah tidak perlu diragukan lagi. Bagaimana ketika Nabi Ibrahim melawan kemusyrikan, sehingga kaum musyrik melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam api yang sangat panas. Tapi keyakinan yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim begitu besar kepada Allah, Allah pasti akan menolong-Nya, sehingga api panas pun dirasakannya dingin.

Dari sinilah kita bisa belajar akan kuatnya sebuah azam, mari kita kuatkan tekad  kita untuk senantiasa berada di jalan ketaatan kepada Allah. Jangan biarkan setan mudah  mengajak kita kepada kesesatan. Azamkan diri kita bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong bagi hamba-Nya.

Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: