Headlines
Loading...
Oleh. Yanti

Hari ini kita berada dalam era serbuan informasi melalui teknologi digital. Hampir semua orang bisa mengakses internet khususnya dengan hadirnya telepon pintar  yang mudah dioperasikan bahkan oleh anak kecil sekalipun. Dengan hadirnya teknologi digital, informasi peristiwa di suatu tempat dengan amat mudah sampai ke tempat lain. Teknologi digital pun membuat informasi apa pun mampu diakses oleh siapa saja. Oleh karenanya, teknologi digital menyimpan potensi kebaikan dan potensi bahaya. Ia akan membawa kebaikan jika digunakan sesuai tuntutan Islam. Sebaliknya, ia akan membawa bahaya dan bencana jika digunakan bertentangan dengan Islam.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa saat ini terdapat 8,08 miliar orang yang tinggal di bumi. Jumlah pengguna ponsel pintar mencapai 5,61 miliar pada awal tahun 2024. Saat ini terdapat lebih dari 5 miliar identitas pengguna media sosial aktif, dengan total global mencapai 5,04 miliar pada awal tahun 2024 "Setiap 60 detik, terdapat sekitar 700.000 pencarian di Google, 695.000 status  baru di Facebook, 98.000 status twitter, 1.500 tulisan blog, 600 lebih video diunggah ke Youtube, dan statistik mencengangkan lainnya". Rata-rata per bulan yang dihabiskan untuk menggunakan aplikasi media sosial Tiktok 38 jam 26 menit, Youtube 31 jam 28 menit, whatsApp 26 jam 13 menit, Instagram 16 jam 10 menit, Facebook 12 jam 56 menit, X 6 jam 26 menit, Telegram 3 jam 53 menit. (Datareportal.com, 31/1/2024)

Inilah abad di mana terjadi banjir informasi sehingga umat kehilangan kemampuan menyaring antara fakta dengan opini dan antara informasi yang bermanfaat dan informasi yang merusak. Informasi mengalir begitu deras di era digital seperti saat ini. Begitu banyak yang dapat kita lihat, baca, dan dengar di internet. Arus ketersediaan informasi ini seperti gaung kebisingan dalam intensitas tinggi yang akan mempengaruhi hati dan pikiran kaum muslimin, sehingga dapat melumpuhkan "syaraf berpikir dan bertindak", menyibukkan mereka dengan hanya sekedar like, share, atau komentar singkat tak berbobot menanggapi suatu isu. Padahal potensi kaum muslimin terutama generasi muda jauh lebih besar dari itu. 

Kemajuan teknologi saat ini harusnya menjadi salah satu sarana ikhtiar membangkitkan kembali umat Islam melalui dakwah media, di mana jiwa-jiwa muslim lintas benua dan samudera semakin bisa dipersatukan dengan Islam. Namun, media digital yang ada justru menjadi jalan musuh-musuh Islam membangun stigma negatif terhadap Islam. Islamophobia pun menyebar, tidak hanya menimpa non muslim, namun mengena pada kalangan muslim sendiri. Masyarakat pun takut dan curiga pada hal-hal berbau Islam, bahkan anti terhadap ajaran Islam. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan. Yang lebih mengerikan lagi, banjir informasi akibat agenda setting Barat ini telah menyingkirkan kedudukan tsaqafah Islam sebagai 'informasi mulia dan penting' bagi generasi muda dan menggantikannya dengan nilai sekuler dan tsaqafah Barat. 

Pada saat yang sama, arus tsunami informasi ini juga telah menyejajarkan kedudukan ilmu yang bermanfaat dengan gosip murahan, iklan produk dan informasi gaya hidup yang tidak berharga lainnya, sehingga umat muslim makin terpisah dari problematika umat. Media mengolah ribuan informasi dengan sudut pandang sekuler. Banjir informasi telah menyingkirkan kedudukan tsaqofah dan dakwah Islam. 

Saat ini pertarungan antara yang hak dan batil sedang berada di babak final. Posisi kita sebagai bagian dari partai adalah menyempurnakan kesadaran umat terhadap kebutuhan khilafah sebagai tajul furudh (mahkota kewajiban), hingga mendorong umat mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk segera berjuang bersama jamaah/kelompok yang memperjuangkan tegaknya syariat Allah. Jadi, optimasi pemanfaatan media sosial untuk opini Khilafah adalah suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan di samping terus membangun opini umum secara langsung di dunia nyata. Wallahualam bissawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: