Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S Leman

Alhamdulillah menulis merupakan salah satu hobi atau kesenanganku. Aku suka menulis sehingga merasa tidak pernah bosan. Tetapi menulisnya suka-suka aku. Kalau lagi ingin berpantun menulis pantun, jika sedang ingin berpuisi maka menulislah puisi, jika sedang ingin story telling maka menulislah cerita keseharian yang dialami. Jika sedang ingin memotivasi diri maka menulislah motivasi. 

Sebenarnya suka-suka saja menulis selagi ada waktu. Tetapi kalau sedang sibuk dengan aktivitas di dunia nyata, gak kepegang deh itu menulis. Sebagai manusia yang lemah dan banyak keluh kesah, terkadang kita malas menulis jika diberi tugas menulis yang kurang sesuai 'passion' kita. Kelemahanku adalah aku suka menulis sesuai kesukaaan dan kebisaanku. Jika menulis 'genre' yang rasanya bukan aku banget rasanya susah untuk memulainya. Malas, kurang ide untuk mengembangkan tulisan, jenuh, kurang pintar menganalisa. Hal itulah yang membuat akhirnya tulisan mentok dan berhenti menulis. 

Jika aku malas dan bosan menulis, apa yang harus kulakukan? Alhamdulillah, pertanyaanku terjawab di hari Sabtu kemarin tanggal 7 September 2024. Meski lelah hayati setelah mengikuti seminar seharian, malam harinya ada kelas bincang tentang bagaimana mengatasi "Writers Blok". "Writers Block" adalah suatu kondisi di mana penulis mengalami kebuntuan ide, kesulitan melanjutkan dan menyelesaikan tulisannya.

Kondisi ini harus segera diatasi karena jika dibiarkan terus bisa mengakibatkan mogoknya aktivitas menulis dan bisa berakhir menggantungkan penanya. Bosan dan malas menulis. Waduh, bisa gawat nih. 

Nah, berikut ringkasan catatan beberapa cara yang bisa dilakukan saat "Writers Block" melanda diri kita :

Pertama, meninggalkan sejenak atau menjeda sementara aktivitas menulis, kemudian melakukan hal-hal yang bisa membuat kondisi rileks, seperti melakukan hobi kita, jalan sebentar mencari angin, atau apa pun yang  membuat pikiran bisa kembali fokus.

Kedua, mengingat kembali niat dan tujuan kita menulis. Selain itu, mengingat kembali keistimewaan dakwah pena yang bisa menjadi pahala jariyah kelak setelah kita tiada. Bahkan, tulisan kita akan menjadi jejak dan kenangan kita untuk anak-anak, keluarga kita, dan untuk generasi mendatang. Karena menulis itu adalah meninggalkan jejak di alam semesta sebagai salah satu amal jariyah kita.

Ketiga, mencari referensi dengan membaca artikel yang lain tentang tema yang sedang kita kerjakan. Namun tidak untuk mengcopy paste atau istilahnya plagiat. Referensi ini tujuannya agar kita bisa mendapatkan gambaran dari sudut pandang yang berbeda dan bisa lebih memahami tentang tema yang sedang kita tulis.

Keempat, setelah membaca referensi dan memahami temanya, maka langkah selanjutnya adalah tulislah apa pun yang ada dipikiran kita meskipun hanya satu paragraf. Ibarat menabung, sedikit demi sedikit akhirnya selesai juga. 

Kelima, memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Terutama untuk menulis opini. Jangan sampai keburu TOR basi dan TOR yang baru keluar lagi. Karena kita pun berpacu dengan waktu, bukan dengan berpacu dalam melodi irama kerja kita. 

Keenan, terus bersabar dan berusaha menikmati bahkan mencintai dunia tulis menulis ini. Menulis itu butuh proses yang tidak sebentar maka harus bersabar. Selain itu, berusahalah menikmati proses menulis, karena dengan menulis kita seperti murojaah atau repetisi yakni mengulang-ulang ilmu yang sudah  kita dapatkan untuk dituangkan kembali. 

Ketujuh, menulis bisa menjadi proses muhasabah bagi diri sendiri. Misalnya, ketika menulis opini/SP terutama tema-tema kenakalan remaja, kasus kdrt, dan berbagai kasus kriminal lainnya yang terjadi. Kita diingatkan kembali agar terus berbenah diri, agar kita bisa mencegah dan tidak sampai mengalami seperti fakta yang kita tulis tersebut. Kita punya solusi Islami mengatasi semua problematika umat. 

Kedepan, menulis motivasi, sebenarnya itu saatnya kita diberi kesempatan memotivasi diri atau orang lain.  Semoga tulisan kita bisa menginspirasi orang banyak dan berguna. 

Sembilan, ketika menulis 'story telling' kita bisa mengabadikan kisah untuk kenang-kenangan anak-anak kelak. Perjalanan hidup kita sendiri untuk kita mengambil hikmahnya meskipun kita jungkir balik melewati prosesnya. Sungguh akan menjadi kenangan yang sangat indah. 

Sepuluh, di antara sekian banyak tips di atas. Tips paling manjur dan sudah teruji adalah jika tulisanmu mentok. Ambillah Al-Qur'an dan bacalah Al-Qur'an maka setelah itu Allah akan memberimu pertolongan dengan mengalirkan inspirasi kata-kata untuk dituliskan. Tidak percaya? Cobalah! Nanti akan terbukti. Ini tipsku paling jitu.Tanpa pertolongan Allah kita tak bisa berbuat apa-apa. Maka berdzikir dan berdoalah dengan cara membaca Al-Qur'an dulu. Al-Qur'an itu memberimu inspirasi tiada henti. 

Demikianlah beberapa cara menghadapi "Writers Block" agar kita tidak mogok atau malas dalam aktivitas tulis menulis. Karena, jika kita berhenti menulis artinya kita telah kalah. Ingatlah bahwa musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti merusak pemikiran anak-anak kita dan saudara-saudara kita yang seakidah. Melalui goresan pena atau ketikan tulisan ini kita berharap pahala jariyah karena bisa melawan pemikiran-pemikiran yang di lancarkan oleh musuh-musuh Islam. Musuh menyerang, masa kita diam. Kalau perlu kita menyerang duluan agar musuh bisa ditumpas.

Ada ungkapan yang cukup menarik agar bisa menjadi bahan bakar kita untuk terus menulis dan tidak malas lagi yakni :

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak." (Ali bin Abi Thalib).

"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis." ( Imam Al-Ghazali).

Yuk, tetap semangat menulis dan menorehkan jejak amal jariyah. Seperti para ulama kita yang meninggalkan begitu banyak warisan ilmu karena mereka rajin menulis. Semoga kita bisa mengikuti jejak mereka para salafus salih. Amin ya mujibassailin. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: