Headlines
Loading...

Oleh. Eka Suryati 

Menulis itu sebuah kegiatan yang mengandung banyak manfaat penting. Menulis adalah sarana yang efektif untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Dengan menulis kita bisa menyampaikan ide-ide secara jelas. Selain itu, menulis juga berperan penting dalam pengembangan keterampilan komunikasi dan pemikiran kritis. 

Melalui latihan menulis yang konsisten, seseorang dapat memperbaiki kemampuan bahasa, struktur kalimat, dan tata bahasa, serta meningkatkan kemampuan berpikir. Keterampilan ini sangat bermanfaat, karena dalam banyak hal kita perlu mendapatkan informasi yang kita butuhkan dengan jelas dan efektif. Oleh karena itu, menulis bukan hanya tentang menuangkan kata-kata ke dalam kertas, tetapi juga tentang membangun fondasi untuk komunikasi yang lebih baik dan pemahaman yang lebih dalam.

Banyak manfaat dari menulis dan banyak alasan juga bagi kita untuk menulis atau tidak menulis. Aku memilih untuk menulis karena banyak hal yang bisa kuperbuat melalui tulisanku ini. Aku ingin membuat orang memahami bahwa berbuat baik itu menyenangkan. Melakukan hal-hal yang positif itu mudah. Tuangkan idemu melalui tulisan, maka segala hal yang baik-baik akan diketahui dan dipahami banyak orang. 

Menulislah, karena sebuah karya tulis itu dapat mengubah banyak hal. Ilmu itu akan menyebar karena diikat dengan tulisan lalu dibaca banyak orang. 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ

“Jagalah ilmu dengan menulis.” (Shahih Al-Jami’, no.4434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih)

Pada saat kita memahami suatu ilmu, kita masih akan mengingatnya karena baru dan masih melekat di ingatan. Seiring berjalannya waktu ingatan akan semakin berkurang, banyak faktor yang menyebabkannya. Jika ilmu itu tidak diikat dengan tulisan, maka ia bisa hilang, punah tanpa bekas, tak dapat lagi dimanfaatkan oleh generasi berikutnya. Sungguh sangat disayangkan ilmu yang tidak dituangkan dalam tulisan. 

Tak terbayangkan andai dulu para sahabat hanya mengandalkan hapalan, tanpa mereka tuliskan ayat-ayat Al-Qur'an yang turun, di pelepah-pelepah kurma atau apa pun yang bisa dipakai sebagai media untuk menulis. Bisa saja terlupa karena daya ingat yang terbatas, atau karena para sahabat penghapal Al-Qur'an telah tiada. Namun, Allah menjaga Al-Qur'an dengan cara memberikan ilham kepada generasi sahabat untuk menuliskannya, hingga Al-Qur'an menjadi kitab seperti saat ini.

QS. Al-Qalam Ayat 1
Ù†ٓ‌ ۚ ÙˆَالۡÙ‚َÙ„َÙ…ِ ÙˆَÙ…َا ÙŠَسۡØ·ُرُÙˆۡÙ†َۙ

Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,

Ya, Allah sampai bersumpah demi pena dan apa yang mereka tuliskan, mengandung makna bahwa betapa pentingnya mengikat ilmu dengan tulisan. Tulislah apa yang kamu ketahui dan ketahui apa yang kamu tuliskan.

Menulis bagiku untuk mengukir kebaikan, selama tulisan kebaikan itu ada dan dibaca oleh orang, selama itu pula harapan mendapat pahala jariyah tetap ada, menjadi suatu asa. Menulis itu bagian dari dakwah, saat bertemu tak memungkinkan, maka dakwah bisa disampaikan lewat media melalui tulisan. Tak menulis mungkin tak mengapa, tapi siapalah diri ini, yang berharap ada pahala jariyah mengalir, namun diri bukanlah ulama, sehingga ilmunya bisa bermanfaat bagi umat. Menulis membuatku berharap ada kebaikan yang tetap ada, tertinggal di semesta, saat raga pun tak lagi ada di dunia fana ini.

Andai aku tak menulis, bagaimana caraku membela Islam ku. Andai aku tak menulis, bagaimana caranya aku membalas opini-opini yang menyesatkan, yang mereka gunakan untuk menyerang umat Islam. Perang pemikiran mereka gunakan untuk menghancurkan umat Islam, umat disesatkan dengan hal-hal keliru, fitnah dan sebagainya yang membuat Islam menjadi buruk citranya. Padahal tak ada keburukan sedikit pun dari ajaran Islam. Mereka hanya ingin membuat umat Islam meragukan kebenaran ajaran Islam. Segala cara mereka pakai untuk merusak tatanan Islam yang fitrah. Kalau tak kutuliskan hal-hal sebaliknya dari fitnah mereka, sebagai bela pada Islam, bagaimana aku harus bertanggung jawab dihadapan Allah kelak. Seakan-akan diri ini diam tak mampu berbuat. Padahal pembelaan bisa kita lakukan melalui lisan dan tulisan. Aku menulis demi baktiku pada Allah. Aku menulis sebagai bentuk tanggung jawabku, menjadi umat Islam yang taat. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: