OPINI
Fitrah Ayah Terkikis, Nasib Generasi Miris
Oleh. Rina Herlina
Lagi, kasus pencabulan oleh ayah kandung terhadap buah hatinya kembali terjadi. Kali ini terjadi di Desa Ampalu, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman. Saat ini EH (49), sudah diamankan oleh aparat keamanan setempat guna mempertanggungjawabkan perbuatannya. Korban AS (18), kini dalam keadaan baik, meski mengalami trauma psikis (infosumbar.net, 18-10-2024).
Terkadang tidak habis pikir dengan adanya berita pencabulan yang pelakunya justru adalah ayah kandung dari korban. Sungguh di luar nalar, mengapa hal tersebut bisa terjadi, mengingat seorang ayah seharusnya menjadi orang pertama yang melindungi buah hatinya. Tapi justru dalam sistem hari ini segala hal yang di luar nalar banyak terjadi. Seperti seorang kakek mencabuli cucu, guru mencabuli murid, kakak kandung mencabuli adiknya, seorang ibu yang tega menjual buah hatinya, dan berbagai kejahatan lainnya yang melibatkan orang-orang terdekat. Ada apa sebenarnya dengan sistem hari ini?
Pernahkah kita semua berpikir, mengapa beragam jenis kriminalitas banyak terjadi dalam sistem hari ini? Hampir setiap hari masyarakat disuguhkan berita-berita kejahatan baik di dalam dan luar negeri. Semua wilayah dalam negeri ini menghadapi problem yang sama yaitu kriminalitas yang tinggi. Krisis moral tengah melanda seluruh negeri. Banyak anak mengalami pelecehan seksual mulai dari remaja sampai anak-anak. Seperti kasus Sudirman yang juga masih hangat-hangatnya. Sungguh bejat kelakuan pelaku, ia tega mencabuli santri-santrinya yang notabene anak yatim dan masih di bawah umur. Mirisnya, sekitar 17 anak bahkan diberitakan lubang anusnya rusak. Nauzubillah, mengapa ada orang sebejat itu, padahal tampilannya terlihat berpendidikan dan paham agama.
Sejatinya, masalah pencabulan yang semakin marak adalah akibat dari lemahnya akidah pada setiap individu. Sebab, dalam sistem yang dianut hari ini, yaitu kapitalisme sekular, menihilkan peran Sang Pencipta dalam kehidupan. Agama (Islam) tidak dibiarkan mengatur seluruh kehidupan dan hanya berkutat pada persoalan ibadah saja. Wajar adanya jika pelaku kejahatan semakin marak, termasuk para ayah yang tega merudapaksa darah dagingnya. Sebab, akidah yang seharusnya menjadi benteng terakhir untuk tidak berbuat kejahatan atau tindak asusila justru sudah hilang dari masing-masing individu.
Jika akidah sudah hilang maka perilaku manusia persis seperti binatang, karena tidak ada lagi hal yang jadi pengontrol dalam berperilaku. Fungsi akidah sejatinya untuk menjadi rem bagi manusia dalam melakukan perbuatan. Sebab, akidah Islam menuntut kita menyandarkan segala perbuatan manusia kepada hukum syara'. Hukum syara' lah yang akan menjadi tolok ukur manusia dalam melakukan perbuatan.
Kemudian, lemahnya sanksi yang diberikan kepada para pelaku kejahatan, juga semakin memperparah keadaan. Padahal, hal ini adalah tugas negara, karena negara berkewajiban menjadi pelindung bagi rakyatnya. Namun, negara justru terkesan abai terhadap keselamatan rakyat.
Negara seakan tidak peduli dan masa bodoh dengan persoalan yang dihadapi rakyat. Para aparatur negara hanya sibuk mengurusi berbagai kepentingan yang menyangkut diri, keluarga, dan kelompoknya. Sungguh ironis nasib rakyat, berharap negara memberikan perlindungan justru ketidakpedulian yang didapatkan. Beginilah kejamnya negara yang menganut sistem kapitalisme. Kepentingan rakyat bukan prioritas, sehingga wajar jika nasib rakyat makin tidak jelas.
Berbeda dengan negara yang menganut sistem Islam. Kepentingan rakyat menjadi prioritas. Kesejahteraan rakyat menjadi fokus utama, sehingga setiap kebijakan pasti berpihak pada kepentingan rakyat bukan segelintir orang.
Para pelaku kejahatan pasti mendapat sanksi berat sesuai dengan kejahatan yang dilakukan. Hukuman dalam sistem Islam memberikan efek jera, agar tidak ada pelaku kejahatan yang berani mengulangi perbuatannya seperti dalam sistem hari ini. Hukuman dan aturan dalam sistem Islam jika diterapkan sejatinya akan mampu meminimalkan segala macam tindak kejahatan.
Lebih lanjut, karena aturan dan hukum Islam bersumber dari Allah Sang Pencipta kehidupan, maka dipastikan bisa menjadi solusi menyeluruh untuk segala macam persoalan yang dihadapi manusia sebagai ciptaanNya. Sebab, hanya Sang Khalik lah yang sangat tahu apa yang dibutuhkan oleh makhluknya.
Dengan demikian, sudah saatnya manusia kembali menerapkan aturan yang berasal dari Rabb Nya, sebab aturan Islam mampu menyelesaikan segala macam problematika kehidupan dan selalu relevan dalam setiap keadaan, baik dulu, kini, bahkan nanti. Wallahua'lam. [ry].
0 Comments: