Kisah Inspiratif
Keimanan Mus'ab si Penjual Roti
Oleh. Rina Herlina
Beberapa hari lalu, viral sebuah video di sosial media yang menampilkan seorang bocah di Gaza, Palestina sedang berjualan roti. Dia berjualan di tengah reruntuhan gedung-gedung. Bocah tersebut bernama Mus'ab, dia tampak sibuk menjalankan kesehariannya, meski konflik masih terus berkecamuk.
Luar biasanya, di tengah kesibukan bekerja, Mus'ab senantiasa melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan suara merdunya yang mengalun indah. Masyaallah, luar biasanya keimanan anak-anak Palestina. Umat Islam sedunia dibuat malu dengan kenyataan tersebut.
Mus'ab kecil tidak peduli dengan keadaan sekitar, dia hanya ingin selalu menyenandungkan ayat suci Al-Qur'an di manapun dan dalam kondisi apapun. Lihatlah, betapa kehancuran negerinya tidak membuatnya lupa akan Zat Penciptanya, Allah swt. meski dia tidak tahu berapa lama lagi akan hidup, karena perang terus memaksanya untuk selalu waspada akan kemungkinan yang terjadi. Namun, dia tidak memedulikan hal itu. Mungkin dalam benaknya, tidak penting bagaimana setelah dia mati, akan tetapi, dia hanya ingin memikirkan dalam kondisi bagaimana dia menjemput kematian.
Kenyataan tersebut seharusnya membuat kita malu. Ternyata keimanan yang ada dalam dada kita belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keimanan anak-anak Palestina. Malu rasanya, dengan iman yang naik turun, kita berharap Surga Firdaus. Ah, sungguh keterlaluan, ya meski hal tersebut tidak ada yang melarang juga sih. Hanya saja, mari kita ukur keimanan kita, kemudian simpulkan, apakah Surga Firdaus layak bagi kita yang masih pilih-pilih dalam menjalankan syariat?
Semua orang berharapnya masuk Surga Firdaus tanpa hisab. Tapi, perilaku kita sehari-hari tidak mencerminkan penduduk surga, lah bagaimana mungkin surga bisa diraih dengan mudah?
Oleh karenanya, mari kita melayakkan diri, agar Surga Firdaus layak dihuni oleh kita semua tanpa terkecuali. Bukankah Rasul pernah mengatakan, jika surga itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mau. Maka, jika mau masuk surga, ya jalankan perintahNya dan jauhi laranganNya. Se simpel itu sebenarnya. Kenapa di bilang simpel, ya karena jalan ke surga itu sebenarnya murah, sedangkan jalan ke neraka mahal-mahal.
Contoh jalan ke neraka, minum khamar, khamarnya kan tentu mahal ya. Pergi ke diskotik, judi, booking pelacur, dan lain sebagainya. Semuanya itu kan harus bayar, gak ada tuh yang gratis. Namun, herannya, jalan menuju surga tuh sepi banget ya, alias kurang peminat. Sungguh ironi sebenarnya, dengan kondisi umat Islam yang mayoritas. Akan tetapi, diantara yang banyak itu sedikit sekali yang berminat serius untuk masuk surga. Semuanya seolah main-main saja. Dunia ini dianggap senda gurau. Apalagi tabi'at manusia dalam Al-Qur'an sudah dikabarkan, cenderung suka melampaui batas. Padahal, bahan bakar neraka itu adalah manusia dan batu. Naudzubillah ya sahabat, semoga kita semua termasuk para penghuni surga dan kekal di dalamnya. Aamiin. [ry].
Payakumbuh, 26 Oktober 2024
0 Comments: