Headlines
Loading...
Oleh. Sri Suratni 

Bismillahirrahmanirrahim

Peristiwa wafatnya Rasulullah Saw. berdasarkan cerita Sayyidah Aisyah bahwa "Pada hari itu, Rasulullah Saw. pulang ke rumah Aisyah setelah beliau masuk masjid, lalu beliau berbaring di pangkuan Aisyah. Kemudian masuklah Ali bersama seorang dari keluarga Abu Bakar yang membawa siwak berwarna hijau. Rasulullah Saw. memandangi siwak yang ada di tangan orang tersebut, dengan pandangan yang menunjukkan bahwa beliau sangat menginginkannya.  

Kemudian Aisyah bertanya, "wahai Rasulullah, apakah engkau ingin agar aku memberi mu siwak ini?" Beliau bersabda, "Ya". Lalu, Aisyah mengambil siwak tersebut, mengunyahnya, hingga lembek kemudian memberikannya kepada Rasulullah Saw.. Setelah itu beliau bersiwak dengan siwak tersebut, dan Aisyah belum pernah melihat beliau bersiwak seperti itu sebelumnya. Kemudian beliau meletakkan siwak tersebut. 

Aisyah mendapati Rasulullah saw terasa berat di pangkuannya, lalu dia mulai memandangi wajah Rasulullah, tiba-tiba beliau mengangkat pandangannya dan bersabda, ' Ke tempat tertinggi di surga'. Aisyah berkata, "engkau disuruh memilih, lalu engkau pun memilih, demi zat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran". Kemudian, Rasulullah saw. Wafat pada waktu sore Senin 12 Rabiul Akhir tahun ke-11 Hijriyah. Keluarga beliau menutup pintu hingga kaum muslimin berhasil menetapkan urusan kekhilafahan, dan mereka mengangkat orang yang akan mengganti beliau dalam mengurusi urusan dan kepemimpinan kaum muslimin. 

Dengan wafatnya Rasulullah tersebut, kesedihan yang teramat dalam dirasakan oleh para sahabat saat mendengar berita tentang wafatnya Rasulullah Saw. Sebagian dari mereka telah kehilangan akal sehatnya. Siapakah dia? Dia adalah sahabat dekat dan bagian dari sahabat senior Rasulullah. 

Dialah Umar bin Khattab tatkala mendengar berita wafatnya Rasulullah dia berdiri dan berkata dengan lantang, "sesungguhnya orang-orang munafik mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat. Padahal Rasulullah tidak wafat, namun beliau hanya pergi kepada Tuhannya, sebagaimana Musa bin Imron yang meninggalkan kaumnya selama 40 hari, setelah itu Musa pun kembali kepada kaumnya, sesudah Musa dikatakan wafat. Demi Allah, Rasulullah akan kembali, sebagaimana Musa kembali. Sungguh, aku akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah wafat". 

Begitulah situasi yang menimpa Umar. Seorang sahabat gagah berani, terkenal dengan ketegasannya dan kekekaran tubuhnya, ternyata hati dan jiwanya rapuh. Dia tidak terima dengan wafatnya Rasulullah. Dia teramat sangat dekat dan amat cintanya kepada Rasulullah. Bagaimana tidak, kebersamaanya dengan Rasullah begitu indah dan sudah menjadi kesehariannya selalu berada di dekat Rasulullah. Di mana Rasulullah berada, di sana ada Umar dan Abu Bakar.  Umar dan Abu Bakar adalah dua orang muawinnya (wakilnya atau pembantu) Rasulullah di bumi. Sementara pembantu Rasulullah di langit adalah Malaikat Jibril. 

Begitu cintanya Umar terhadap Rasulullah saw, sampai-sampai tatkala Rasulullah wafat, dia tidak percaya dan masih yakin bahwa Rasulullah hanya menghadap Tuhan dan akan kembali lagi. Berbeda dengan Abu Bakar As-Syidik, sosok yang penuh dengan wibawa dan kelembutan. Abu Bakar, di saat menyikapi berita tentang wafatnya Rasulullah saw. 

Saat itu Abu Bakar datang ke masjid, dan berhenti di pintu masjid, tatkala berita wafatnya Rasulullah sampai kepadanya. Pada saat itu, Umar sedang berbicara di hadapan manusia. Abu Bakar tidak menoleh kepada sesuatu apapun dia segera masuk ke tempat Rasulullah saw. di rumah Aisyah. Beliau mendekati Rasulullah seraya membuka kain Burdah penutup wajah Rasulullah lalu mencium Rasulullah. 

Abu Bakar berkata, "ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, kematian yang telah ditetapkan Allah kepadamu sekarang telah engkau rasakan, Dan setelah kematian ini engkau tidak akan merasakannya lagi selamanya". Seraya Abu Bakar menutup kembali wajah Rasulullah dengan pakaian Burdah buatan Yaman tersebut. Dia keluar dan mendengar Umar yang masih berbicara. Lantas Abu Bakar berkata, " wahai Umar, pelan-pelan, diam." Menolak untuk diam. Melihat perangai Umar demikian, Abu Bakar menghadap orang-orang. Tatkala mendengar ucapan Abu Bakar, orang-orang tersebut datang kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar sendirian.

Abu Bakar memuji dan menyanjung Allah, kemudian berkata, "wahai manusia, siapa saja yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya beliau sudah wafat, dan siapa saja yang menyembah Allah, maka Allah itu hidup dan tidak akan mati." Selanjutnya Abu Bakar membaca firman Allah QS. Ali-Imran Ayat 144. Yang artinya, " Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa saja yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur". 

Masya Allah begitu bijak, tenangnya dan indahnya sikap yang diambil Abu Bakar untuk menyadarkan Umar dan orang-orang yang seakan-akan kehilangan akal sehatnya dan tidak terima dengan wafatnya Rasulullah saw. Sungguh Umar dan sebagian kaum muslimin telah lupa akan ayat yang Allah turunkan tersebut. Seolah-olah mereka baru mengetahui setelah dibacakan oleh Abu Bakar. 

Kemudian Umar berkata, "Demi Allah, ketika Abu Bakar membaca ayat di atas aku kaget tidak tahu apa yang harus aku kerjakan, hingga akhirnya aku terjatuh sebab kedua kakiku sudah tidak mampu lagi menopang tubuhku. Ketika itulah, aku mulai menyadari bahwa Rasulullah saw. telah wafat. 

Subhanallah, begitulah para sahabat menyikapi di saat mendengar berita tentang wafatnya Rasulullah saw. Ada yang tidak terima dan mengancam orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah saw telah wafat. Manusia sekaliber Umar bin Khattab saja kehilangan kontrol saat perasaan yang di kedepankannya dan lupa akan wahyu Allah. 

Bagaimana dengan kita? Yang keimanannya hanya secuil dibandingkan keimanan para sahabat Rasulullah saw. ? Jika kita berada di kondisi yang sama, ada kemungkinan keimanan kita juga  menjadi goyah. Na'uzubillah summa na'uzubillah

Namun, Sahabat Abu Bakar tampil dengan tegas dan penuh wibawa untuk mencegah tergerusnya dan tergelincirnya akidah Umar dan kaum muslimin lainnya ke arah kekufuran dan kesesatan. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: