OPINI
Memanfaatkan Sosial Media sebagai Sarana Dakwah
Oleh. Yanti
Peran opini umum dalam perubahan masyarakat, tidak lagi diragukan pentingnya. Opini umum inilah yang menggerakkan arah perubahan masyarakat. Revolusi Perancis, yang meruntuhkan sistem kerajaan di Perancis menjadi Republik, Revolusi Iran yang menumbangkan Sah Reza Pahlevi, Arab Spring, masalah Palestina, peristiwa 212, atau yang terbaru terkait hastag Peringatan Darurat dan banyak perubahan lain yang ditentukan oleh opini umum yang ada di masyarakat. Termasuk tumbangnya rezim Orde Baru yang melahirkan Orde Reformasi, sangat dipengaruhi opini umum.
Sayangnya, ideologi media yang sekuler belum sirna. Yang remeh menjadi penting, kebohongan terus disiarkan agar diterima sebagai kebenaran. Era informasi digital hari ini juga didominasi oleh nilai-nilai yang tidak sesuai dengan Islam. Pornografi, pornoaksi, hoax di mana-mana, berita kriminal, rusaknya moral generasi, dan lain-lain menghiasi laman-laman media digital yang bisa diakses oleh siapa saja (researchgate.net, 1/1/2024)
Media sosial telah menjadi salah satu senjata ampuh dalam perubahan dunia. Para pengemban dakwah harus menyadari bahwa kaum kafir tidak akan membiarkan dirinya kalah meski saat ini sudah lemah. Kaum kafir akan memainkan semua instrumen yang dipunyai untuk menjaga eksistensinya. Untuk itu, kaum kafir akan benar-benar memanfaatkan media dan memproduksi opini-opini tertentu agar dunia tetap bertekuk lutut di bawah kepemimpinannya, seperti opini yang dibangun terkait zionis dan hamas.
Hal ini menunjukkan pentingnya melakukan perlawanan opini dunia yang diproduksi oleh kaum kafir yaitu untuk mengakhiri eksistensi AS dan Kapitalisme. Perlawanan tersebut harus dimenangkan oleh pengemban dakwah Khilafah yaitu dengan memaksimalkan pemanfaatan media sosial untuk menyebarkan, mempengaruhi, menguasai, merubah persepsi dan mengalahkan segala opini kapitalisme dan memenangkan opini Islam dan Khilafah. Maka, pengemban dakwah harus memahami betul realitas medan perang baru ini dan mengerahkan segala daya upaya untuk ikut bertempur di dalamnya. Pengemban dakwah juga harus memaksa diri berubah menjadi pelaku perang dunia maya melalui pemanfaatan sosial media. Karena, Islam dan peradabannya yang dua abad silam masih menjadi sebuah negara super power, saat ini layaknya raksasa tidur (the sleeping giant) yang dapat bangun kapan saja.
Berikut beberapa bekal dalam berdakwah melalui media, di antaranya: Pertama adalah mindset. Seorang pengemban dakwah harus paham bahwa kita sedang berperang, dan media sosial adalah senjatanya, sehingga rida dengan waktu, tenaga, dan uang yang dikeluarkan; memahami target konten, sehingga tidak asal membagikan tanpa dicek kebenarannya, dipelajari, diolah dan dipikirkan efeknya; memahami bahwa menang perang adalah dengan optimalisasi kontak offline dan online, yang kalah akan habis dan hancur, yang menang akan hidup dan berkuasa; paham bahwa kita tidak sedang berjuang sendiri. Kita bagian dari pasukan raksasa yang sedang bertempur.
Kedua, suasana. Penting bagi pengemban dakwah untuk membangun suasana (mad'u) bahwa dia ada dalam sebuah pasukan besar, dengan perang besar dan pasukan besarnya itu sedang luar biasa sibuk, sehingga dia akan evaluasi diri dan malu jika tidak sibuk dalam perang. Ingat, dalam perang nyata bahkan juru masak perang pun sangat sangat sibuk.
Ketiga, perhatikan target. Pengemban dakwah harus mengolah amunisi atau konten agar sesuai dengan target dakwah. Kemudian mengolah waktu penyerangan (waktu share), dan mengolah sasaran (tentukan target).
Keempat yaitu perbanyak uslub/sarana. Semakin banyak uslub maka potensi menang akan lebih besar. Seperti memperbanyak jenis sosmed (WA, IG, X, FB, Youtube, TikTok, dll), dan memperbanyak akun di masing-masing platform. Bisa dibayangkan, musuh-musuh Islam membayar milyaran untuk menghidupi ratusan buzzer berbekal data hoax dan itu bisa mengguncang opini. Kita punya SDM (ribuan buzzer, content creator), Konten yang mumpuni, struktur dan jaringan yang teroganisir. Maka tidak ada alasan lagi bagi kita tidak turut aktif dalam perjuangan memenangkan opini Islam dan Khilafah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ ..
" ... Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)
Ayat di atas menjadi pengingat bahwa syarat menjadi umat terbaik yaitu dengan menegakkan amar makruf, mengukuhkan nahi mungkar, dan beriman kepada Allah Taala. Umat mudah goyah dengan “pukulan” yang kecil, apalagi dengan serangan berbagai ide kufur yang makin masif dilancarkan. Jadi, jangan tinggalkan dakwah, duhai para pengembannya!
Memperjuangkan tegaknya kehidupan Islam pasti berbuah kebaikan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, tiada celah bagi kaum muslim pejuang untuk mundur, bahkan ketika tantangan menjegal di depan mata. Cukuplah firman Allah ini menjadi penyemangat kita dalam berjuang. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."(QS. Muhammad 47: Ayat 7)
Wallahu’alam.
0 Comments: