Headlines
Loading...
Oleh. Eka Suryati 

"Menulis itu sesuatu yang menyenangkan",  ujar mereka yang suka dunia literasi. Ya, dengan menulis, kita mampu mengukir karya. Dengan menulis, kita bisa mengungkapkan rasa. 

Namun, banyak juga alasan orang untuk tidak menulis, sebanyak alasan orang untuk tetap menulis.

"Menulis itu membutuhkan bakat". Hmm ..., bisa juga sih, dan sah-sah aja orang berpendapat demikian. Karena terbukti tak semua orang mau dan bisa menulis. Tapi tidak sedikit juga yang membuktikan bahwa pada akhirnya ia  bisa menulis, walaupun tidak memiliki bakat menulis pada awalnya. Hanya dengan bermodalkan kemauan yang keras, tekad yang besar, lalu mencoba dan terukirlah karya nan gemilang.

Saat masih kecil, aku mempunyai sebuah buku cantik yang disebut dengan diary. Dia adalah teman yang selalu kutaruh dengan rapi di lemari. Dia kukeluarkan saat aku membutuhkannya, diary mendengarkan keluh kesahku yang tak berani kuungkapkan dengan kata-kata. Ketika ungkapan rasa dituliskan dalam diaryku, maka beban rasa yang menyesakkan dada menjadi hilang, plong sekali rasanya. Ada dua cara yang kulakukan jika sedang kesal atau gundah, selain melarikan diri ke kamar, menggelar sajadah dan menumpahkan segala rasa pada Allah, maka menuliska di diary, itu yang dilakukan.

Ah, kenangan itu membuatku tersenyum sendiri. Entah di mana sekarang diary itu. Lalu ada diary yang lain, yang digunakan untuk mencatat nama, alamat, asal atau suku dan sebagainya milik kawan-kawan. Kata-kata mutiara yang dicoretkan pada diary kita oleh mereka, menjadi keasyikan tersendiri saat dibaca. Lagi-lagi senyumku mengembang kala teringat akan hal tersebut. Ternyata menulis sudah pernah menjadi bagian dari aktivitasku tanpa disadari. Dan manfaatnya sangat terasa.

Ada lagi yang kulakukan saat berjauhan dengan dengan orang-orang yang kusayangi, seperti ayah, ibu, adikku dan para sahabat.  Yaitu menulis surat sebagai ungkapan rasa rindu, saat raga tak bisa berjumpa. Dan itu mungkin juga yang membuatku kini bisa menulis, walau masih banyak kekurangan  dalam menulis. Biarlah itu menjadi bagian dari proses. Bukankah tak akan ada tulisan yang banyak kalau kita tak memulainya dari yang sedikit?

Menulis itu informasi yang bisa kita tuangkan saat lisan tak mampu mengucapkannya. Bisa juga informasi itu ingin diketahui banyak orang dan jangkauannya meluas. Informasi yang ingin kita sampaikan namun orang-orangnya tak ada disisi kita, bisa kita tuliskan agar tersampaikan dengan cepat, karena ada media sosial yang bisa kita gunakan untuk menyebarkannya. 

Menulis itu kegiatan yang menyenangkan. Saat jenuh melanda, menulis bisa menjadi hal yang bisa kita lakukan untuk membunuh rasa jenuh itu. Tuliskan hal-hal indah yang pernah kita alami, maka bayangannya akan melintas dan kita akan terhindar dari rasa bosan. Tuliskan saja hal-hal ringan yang terlintas, sehingga pikiran yang jenuh dapat teralihkan. 

Banyak sekali sebenarnya manfaat dari menulis, dan itu mulai dirasakan ketika sudah mulai aktif menulis. Namun bagiku menulis itu untuk meninggalkan jejak kebaikan agar bisa menjadi amal jariyah kelak saat raga ini tak ada lagi di dunia fana. Menggores aksara, merangkai kata menjadi kalimat indah yang bermakna, berharap itu menjadi perbuatan baik yang diridai Allah.

Islam itu agama yang benar, kebenarannya tak perlu diragukan lagi. Namun tentu saja tak semua orang menyukainya. Ada banyak musuh-musuh Islam yang tak menginginkan Islam menjadi besar dan kuat. Ada banyak opini yang menyesatkan yang ditujukan untuk menjauhkan umat  Islam dari ajaran agamanya sendiri. Opini menyesatkan itu dituliskan oleh musuh-musuh Islam secara masif, sehingga banyak yang termakan opini sesat dan menyesatkan itu. Opini menyesatkan harus dibalas dengan opini yang lurus, opini yang akan membuat orang memahami bahwa Islam itu bukan seperti apa yang mereka katakan pada tulisan mereka.

 QS. As-Saff Ayat 14
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰهِ كَمَا قَالَ عِيۡسَى ابۡنُ مَرۡيَمَ لِلۡحَوٰارِيّٖنَ مَنۡ اَنۡصَارِىۡۤ اِلَى اللّٰهِ‌ؕ قَالَ الۡحَـوٰرِيُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِ‌ فَاٰمَنَتۡ طَّآٮِٕفَةٌ مِّنۡۢ بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ وَكَفَرَتۡ طَّآٮِٕفَةٌ ۚ فَاَيَّدۡنَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰى عَدُوِّهِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰهِرِيۡنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah," lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan ke-pada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang.

Kita harus menulis untuk membela Islam. Menulislah untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran Islam. Kita harus menulis untuk menolong agama Allah. Kalau bukan kita yang membela Islam, siapa lagi?

Kotabumi, 2 September 2024

Baca juga:

0 Comments: