Headlines
Loading...
Pakar dari Israel Sebut "Rencana Jenderal" Cacat Secara Moral

Pakar dari Israel Sebut "Rencana Jenderal" Cacat Secara Moral

Oleh. Rina Herlina 

Kondisi warga Gaza, Palestina, semakin tidak menentu. Setiap hari mereka harus menghadapi situasi sulit. Kekurangan pasokan makanan dan juga air, membuat sebagian penduduk Palestina akhirnya mengembuskan napas terakhirnya dalam kondisi kelaparan. Belum lagi pasukan Israel yang bertindak sewenang-wenang dan mengusir mereka dari Jabalia, utara Gaza. Bahkan Israel melarang mereka membawa jasad sanak saudaranya yang syahid. 

Pengusiran tersebut semakin membuat penduduk Palestina khawatir. Mereka memperkirakan langkah tersebut dilakukan karena Israel sedang menjalankan "Rencana Jenderal" atau rencana Eiland di Jalur Gaza utara. Rencana kontroversial tersebut bertujuan membersihkan etnis Palestina di utara Gaza dan mendudukinya tanpa batas waktu (republika.id, 24-10-2024).

Satu dari dua pakar Israel menyebut bahwa "Rencana Jenderal" tersebut sungguh sangat tidak masuk akal dan tidak relevan. Dia adalah pendiri forum pemikiran regional bernama Assaf David. Sementara Yavgil Lev, dia juga seorang pakar di Universitas Terbuka Israel. Menurut Yavgil, "Rencana Jenderal" cacat secara moral. Dia juga mengatakan, peristiwa yang terjadi pada 7 Oktober seharusnya membuat Israel sadar bahwa melakukan pengepungan kepada penduduk Palestina yang berjumlah jutaan adalah hal yang tidak mungkin.

Lebih lanjut, tiga orang tentara cadangan Israel juga berujar kepada media Israel yaitu Haaretz, bahwa "Rencana Jenderal" sedang dijalankan. Salah satu dari ketiga tentara tersebut menyebut, tujuan dari rencana tersebut adalah memberikan tenggat waktu bagi penduduk yang tinggal di utara sekitar area Netzarim untuk segera pindah ke selatan. Sebab, siapa pun yang masih tinggal di utara setelah masa tenggat, akan dianggap sebagai musuh dan dibunuh. Rencana Jenderal ini sungguh sebuah tindakan yang tidak manusiawi dan arogan. 

Kebencian Israel terhadap pasukan militan Hamas membuat jutaan warga sipil terkena imbasnya. Padahal, yang mereka bombardir nyatanya bukan Hamas melainkan warga yang tidak tahu apa-apa, bahkan banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Sungguh "Rencana Jenderal" yang dijalankan Israel adalah bukti kejahatan perang. Namun anehnya, hingga saat ini Israel tidak kunjung mendapat sanksi dari PBB. Padahal salah satu tujuan dibentuknya PBB adalah menjaga perdamaian dan keamanan dunia.

Strategi yang saat ini dijalankan Israel di Gaza, diyakini merupakan bagian dari rencana besarnya Benjamin Netanyahu selaku Perdana Menteri Israel agar dirinya tetap berkuasa. Jadi semua yang terjadi di Palestina, diperkirakan tidak ada kaitannya dengan pertimbangan keamanan yang selama ini diklaim Israel. Assaf David mengklaim bahwa Netanyahulah yang menginginkan perang terus terjadi. Tujuannya agar dia tidak diseret ke pengadilan karena sejumlah kasus yang sudah lama membelitnya, juga tanggung jawab dirinya terkait serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober 2023.

Semoga Allah segera mengirimkan bala tentara-Nya untuk membantu penduduk Palestina. Semoga sistem Islam kembali tegak persis seperti dulu saat Islam berjaya menaklukkan dua pertiga dunia. Semoga Allah selalu memberi kesabaran yang lebih kepada saudara kita di Palestina. Karena sejatinya Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar.

Payakumbuh, 24 Oktober 2024 [An]

Baca juga:

0 Comments: