OPINI
Palestina Butuh Aksi Nyata, Bukan Hanya Seruan
Oleh. Nadiratuzzaman
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani menyuarakan keinginannya untuk menghentikan perang di Palestina dan daerah konflik lainnya. Pidato itu disampaikan di hadapan puluhan delegasi negara-negara Afrika dalam Forum Parlementer Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9/2024). (suarabali, 01/09/24).
Awalnya, dia menyebut keadaan geopolitik yang memanas memberi dampak langsung pada rakyat di seluruh dunia termasuk Indonesia dan Afrika. Oleh karenanya, dia meminta Parlemen memberikan kontribusi lebih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan global.
Puan menyebut Parlemen harus mendorong perdamaian dengan mengedepankan dialog dan diplomasi negosiasi yang damai, termasuk pada konflik di Palestina dan Ukraina. (kabar24bisnis, 01/09/2024).
Pada kenyataanya, seruan ataupun kecaman tidaklah cukup untuk menyelesaikan konflik yang ada di Palestina, bahkan seruan dari pejabat internasional sekalipun. Karena seruan tanpa adanya aksi nyata dengan mengirimkan pasukan tantara hanyalah sebatas pencitraan belaka. Namun sampai hari ini, respon yang dilakukan pejabat nasional maupun internasional hanya diam dengan sedikit kecaman.
Dahulu, negeri-negeri kaum muslimin adalah negara yang satu, yaitu kekhilafahan Turki Utsmani. Dimana warga negaranya mendapat perlindungan penuh dari Negara. Melakukan perjalanan ke negeri muslimin lainnya tanpa rasa takut, karena bebas paspor dan visa. Namun, semenjak kalahnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada perang Dunia I, para penjajah membagi wilayah Turki Utsmani sebagai wilayah jajahan mereka, lalu memberikan kemerdekaan semu dengan bumbu-bumbu nasionalisme, karena itulah wilayah kaum muslimin berdiri sebagai nation state dengan bendera masing-masing.
Atas hal tersebut, para pemimpin negeri-negeri kaum muslimin saat ini hanya mampu memberikan kecaman tanpa melakukan hal lebih. Karena jika melampaui batas-batas nasion state, Amerika dan PBB akan langsung memberikan hukuman pada mereka. Padahal, kaum muslimin adalah satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka yang lain akan ikut merasa sakit. Bahkan paham nasionalisme ini pula yang menjadikan negeri-negeri Arab sekitar Palestina pun diam, walaupun mereka masih satu ras, dan satu Bahasa.
Palestina adalah tanah yang diberkahi, disanalah berdiri kokoh Masjidil Aqsha, kiblat pertama kaum Muslimin. Bahkan Rasulullah berulang kali menjelaskan keutamaan Palestina jauh sebelum kaum Muslimin menaklukkannya, itu artinya sangat penting bagi kaum muslimin memfokuskan dirinya pada apa yang terjadi di Palestina hari ini, hingga bangkit pemikiran dan masyaa’ir Islami di tengah-tengah umat. Begitupun kaum muslimin harus memahami bahwa ini adalah konflik agama, terlebih alasan Israel menjajah Palestina adalah karena kepercayaan agama mereka yang ingin mengambil alih kembali tanah yang dijanjikan untuk mereka.
Tidak cukup sampai disitu, faktanya individu bisa dikalahkan individu, dan negara harus dikalahkan oleh negara pula. Karena itu, peran negara hari ini sangat penting dalam membebaskan palestina, melakukan aksi nyata dengan mengirimkan pasukan tentara untuk melawan penjajah laknatullah alaihim. Hal tersebut akan terwujud dengan keberpihakan secara tegas dari para pemimpin negeri kaum muslimin untuk bersatu tanpa ragu, mengumpulkan tentara-tentara kaum muslimin ke Palestina dengan jihad dan khilafah, sebagai pelindung hakiki yang menjamin keamanan penuh pada penduduk sekaligus wilayah-wilayahnya.
Wallahualam bissawab. [Rn]
0 Comments: