OPINI
Palestina, Haruskah Dua Negara?(Setahun Badai Al-Aqsa)
Oleh. Nunik Umma Fayha
Nation State, solusi dua negara, bukanlah solusi yang akan membawa kemerdekaan hakiki bagi Palestina. Saat ini dunia menjejalkan ide 'terbaik' menyikapi masalah perang yang menjelang berulang tahun di Gaza dengan gencatan senjata dan kemerdekaan Palestina sebagai sebuah negara (international.sindonews.com, 15-09-2024). Masih dari sindonews.com, Menteri Negara Kerja Sama Internasional UEA Reem Al Hashimy mengatakan kepada kantor berita resmi WAM, " Butuh undangan resmi dari pemerintah Palestina bagi upaya memperkuat perdamaian, keamanan dan mengakhiri masalah kemanusiaan dengan upaya internasional."
Sudah lebih 41 ribu jiwa melayang sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak sejak dilancarkannya operasi Badai Al Aqsha, 7 Oktober 2023 lalu. Penduduk Gaza terus didesak untuk pindah ke daerah yang disebut tentara pendudukan zionis sebagai zona aman. Akan tetapi pasukan IDF baik darat maupun udara terus mendesak Gaza hingga menyisakan Rafah yang mereka sebut zona aman terakhir, sebab tidak ada lagi bumi Palestina di belakangnya melainkan tembok tinggi yang dibangun Mesir menghalangi gerak. Bahkan seperti dimuat dalam bbc.com (25-02-2024) lalu, Mesir dengan tegas menyatakan tidak akan membuka perbatasan. Mesir memilih tidak terlibat dalam eksodus warga Palestina baik demi alasan ekonomi maupun keamanan.
Solusi Dua Negara?
124 negara setuju dengan resolusi menyeru Israel menghentikan pendudukan ilegal atas Gaza dalam setahun. Palestina memuji resolusi dukungan ini dan mengharap negara-negara di dunia mengambil langkah mendesak Israel. Seperti biasa Amerika menolak resolusi yang merugikan Israel yang juga diharuskan membayar ganti rugi (dunia.tempo.co, 19-09-2024). Amerika sekutu terdekat selain Inggris, selalu pasang badan membela. Israel bahkan menjadi isu penting dalam kampanye calon Presiden. Seperti baru-baru ini disampaikan oleh Trump, bahwa Amerika akan 'make Israel great again' (cnnindonesia.com, 20-09-2024). Di pihak lain, Capres partai Demokrat, Kamala Harris, menyebut hal senada bahwa dia akan berdiri membela hak-hak Israel untuk membela diri dan memiliki kemampuan mempertahankan diri (dunia.tempo.co, 23-08-2024).
PBB sebagai organisasi dunia yang beranggotakan ratusan negara tidak mempunyai kekuatan di hadapan Israel. Setiap resolusi meski disetujui ratusan negara tetap akan gagal karena satu veto dari Amerika yang pasti pasang badan membela, tanpa malu menolak semua yang merugikan negara junjungannya. Lalu bagaimana mungkin usulan Two Nation State diharapkan menjadi solusi terbaik? Bahkan Israel memandang sebelah mata negara mana pun. Seperti dilansir news.republika.co.id (24-09-2024), Israel bahkan berani menyerang Lebanon dan menghilangkan hampir 500 nyawa dan ribuan luka. Israel tidak takut menyerang Lebanon padahal saat ini di Lebanon ada sekitar 10 ribu tentara UNIFIL, pasukan penjaga perdamaian PBB yang berasal dari 50 negara! Dan pasukan UNIFIL tidak bisa melakukan gerakan kecuali hanya berusaha menurunkan tensi tegangan di kawasan dengan himbauan meski beberapa serangan juga mengenai markas mereka.
Solusi dua negara bukanlah penyelesaian bagi masalah Palestina. Saat ini Israel sedang dalam keadaan jumawa, merasa mampu mengangkangi dunia. Resolusi PBB entah yang keberapa kali selalu diabaikan, itu pun bila lolos dari veto negara pendukung Israel. Selama ini pasukan PBB pun hanya bertugas menjaga perdamaian. Israel tidak akan pernah mengakui negara Palestina merdeka karena mereka setia pada mimpinya, negara Israel Raya dengan Gaza dan Tepi Barat di dalamnya seperti tergambar dalam peta yang dibawa Netanyahu ke Majelis Umum PBB (adararelief.com, 30-09-2024).
Kenapa Harus Khilafah
Sejarah telah mencatat bahwa Palestina aman saat tegak Khilafah. Abdul Hamid II dengan penuh keyakinan menolak tawaran Theodore Herzl untuk memberikan sejumlah besar uang dan janji pembayaran hutang Khilafah untuk mendapatkan hak atas wilayah Palestina. Demikian juga masa Umar bin Khattab, Shalahuddin Al Ayyubi, Khilafah-lah penjaga sejati Palestina. Merekalah para Imam sebagaimana dimaksud dalam HR. Muslim, bahwa Imam (Khalifah) adalah perisai. Orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung (perisai) mereka.
Fakta meski negeri-negeri Muslim memiliki tentara dan senjata yang cukup tapi mereka ada di bawah penguasa yang merupakan proxy Barat, pelindung Israel. Negeri Zionis-Israel sejatinya bisa tetap hidup dan menjajah dengan bengis negeri Palestina, sebab hidup mereka ditopang oleh dunia. Kebutuhan dasar hidup seperti air, gas, mereka dapat dari luar. Senjata pun dipasok dari berbagai negara. Indonesia yang meski secara resmi tidak punya hubungan tapi di belakang tetap terjalin hubungan dagang yang mesra.
Hanya Khilafah solusi Palestina sebab jihad untuk pembebasan harus diserukan oleh Khalifah. Jihad dalam kasus Palestina bersifat wajib sebab tanah Palestina diduduki Zionis-Israel tanpa hak. Hanya Khalifah yang akan berhadapan tanpa takut kehilangan harta, tahta sebagaimana para penguasa negeri Muslim saat ini yang mencukupkan diri menjadi singa podium atau singa sirkus yang sudah bangga hanya dengan mendapatkan applaus. Mereka tidak mau menggunakan tangannya untuk menggerakkan tentara, bahu membahu mengusir penjajah durjana dari Palestina. Khilafah-lah satu-satunya institusi yang akan membawa kemerdekaan hakiki bagi Palestina bukan kemerdekaan di atas kertas.
Kemerdekaan Palestina sejak masa Rasulullah selalu diupayakan melalui jihad. Dimulai perang Mu'tah, perang Tabuk dan akhirnya berhasil difutuhat di masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Saat ini pun hanya jihad yang akan menjadi solusi sejati bagi Palestina. Dunia sudah terlalu jauh berposisi dari Palestina dan membiarkan rakyat Palestina berjuang sendiri. Umat harus disadarkan bahwa Palestina adalah tanah milik kaum Muslim yang harus diperjuangkan bersama dan kemerdekaan Palestina hanya bisa dicapai dengan jihad yang diseru oleh Khalifah. Palestina bukan hanya kewajiban bagi rakyat di sana tapi umat Islam sedunia. Allah membuka banyak pintu hidayah dengan Badai Al Aqsha yang sudah terjadi selama setahun sejak tanggal 7 Oktober ini. Allah juga yang akan membuka hati, membuka jalan bagi kaum Muslim untuk berjihad membebaskan Palestina. Tugas kita terus menyeru kebenaran dan meyakini skenario Allah sembari terus berdoa agar dikokohkan posisi kita di jalanNya.
Wallahu musta'an. [Rn]
Baca juga:

0 Comments: