OPINI
Program Makan Siang Gratis, Benarkah Demi Peningkatan Kualitas Generasi?
Oleh. Ermawati
Topik susu ikan ramai dibicarakan di media sosial. Hal ini bermula saat susu ikan disebut-sebut sebagai alternatif susu sapi untuk program makan bergizi gratis dari Presiden terpilih Prabowo Subianto. Epi Taufik, Ahli Ilmu dan Teknologi Susu, Dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), menuturkan, susu ikan seharusnya berasal dari jenis ikan mamalia (mammae), ternyata susu ikan yang dikenalkan sebagai alternatif susu sapi merupakan produk ekstraksi protein ikan, bukan hasil perah ikan. Protein daging ikan segar diekstrak (hidrolisis), lalu ditambahkan sejumlah bahan, sebelum diseduh (kompas.com, 23/9/2024).
Beberapa media ikut menyoroti persoalan dampak dari mengganti susu sapi dengan susu ikan untuk program makan siang gratis, apakah nilai gizi dan nutrisi sama dengan susu sapi ataukah tidak, bahkan media menyoroti besaran dana yang keluar demi program ini yang kualitas susu ikan masih di diragukan kesetaraannya dengan susu sapi. Sebab susu ikan yang diberikan bukan susu yang sebenarnya namun susu analog dari HPI yang jumlahnya masih terbatas.
Program ini berangkat dari isu stunting dan isu ketahanan pangan yang merupakan isu global, disolusi dengan wacana program makan siang gratis, susu gratis, dan susu ikan gratis. Dimensi kebijakan, seolah untuk rakyat, padahal memberi peluang usaha kepada banyak korporasi dan oligarki, menteri keuangan Sri Mulyani mengindikasikan adanya pelebaran anggaran 2025 menjadi 2,45% menjadi 2,82% naik dari 2024, yang disebabkan program makan siang gratis, yang di prediksi anggarannya mencapai 450 triliun per tahun. Pabrik yang di bangun untuk penyediaan susu ikan berada di Pekalongan, Jawa Tengah.
Kebijakan makan siang gratis dengan mengganti susu sapi dengan susu ikan menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, sebab Indonesia ternyata masih gagal dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan, padahal sumber daya alamnya melimpah. Akhirnya muncullah berbagai problem kesehatan yang serius di tengah masyarakat.
Bahkan, kalau pun ada program makan siang gratis, bukan berarti problem kesehatan akan terselesaikan, sebab bukan ini akar dari persoalan, pemerintah hanya melakukan tambal sulam. Indonesia sejatinya mempunyai laut yang luas, penyediaan ikan segar bukan hal yang sulit bagi pemerintah dalam menyediakannya, namun pemerintah sendiri yang mempersulit hal itu, ikan segar lebih tinggi protein di banding harus diolah dulu menjadi susu ikan yang kemungkinan akan merusak mutu protein dari ikan itu sendiri, dan membutuhkan biaya yang besar untuk proses itu.
Jika dikaitkan dengan watak rezim sekuler demokrasi berupa kebijakan dan lepas tangannya negara dalam mengurus rakyat, negara lagi-lagi menunggangi isu generasi untuk menyukseskan proyek industrialisasi, yang melibatkan pihak swasta dan menggaet investasi asing. Inilah hasil penerapan dari sistem ekonomi kapitalisme, seolah semua untuk rakyat padahal tidak, melainkan memberi peluang untuk para korporasi dan oligarki dan hanya mementingkan kepentingan korporasi.
Berbeda jauh dengan Islam, kepemimpinan Islam ikhlas melayani umat dan punya perhatian khusus pada jaminan kualitas generasi, memenuhi hak dasar mereka dengan pemenuhan yang maksimal dan berkualitas. Karena generasi merupakan pembangun peradaban mulia. Sehingga harus dijamin keberlangsungan peradaban yang ditopang oleh generasi yang kuat fisik dan kepribadiannya.
Negara Islam punya kemampuan menyejahterakan rakyat dengan konsep baitulmal yang kuat. Sebab, jaminan dalam Islam akan mampu memenuhi kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, kemanan dan pendidikan. Per individu akan dikontrol langsung oleh imam bukan kolektif. Secara tidak langsung negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para laki-laki, maka akan tercukupi semua kebutuhan dasar, negara akan mendorong para pekerja dalam menyediakan kebutuhan umat, baik berupa dana maupun alat-alat yang menunjang dalam produksi, akan terjamin kebutuhan pangan bagi rakyat dengan kualitas gizi dan protein tinggi yang akan menghasilkan generasi kuat dan sehat secara fisik serta berkualitas dan unggul. Wallahualam bissawab. []
0 Comments: