Hikmah
Deflasi Perpanjang Derita Rakyat
Oleh. Rina Herlina
Sore ini hujan turun dengan deras, aku yang sedang mengantar kue pun akhirnya menepi ke sebuah masjid. Kueku masih ada sekitar 7 kotak lagi. Sudah beberapa bulan ini, kue yang kutitip di warung-warung agak banyak sisanya. Terkadang jadi tidak enak dengan si pembuat kue yang tak lain adalah musrifahku. Namun, apa daya, deflasi yang melanda Sumbar dalam 5 bulan terakhir memang memporak-porandakan nasib para pedagang kecil. Para petani juga tidak kalah miris, pun sama kena imbasnya. Harga sayuran anjlok, perekonomian hancur, nasib petani kian nelangsa. Labu siam yang kutanam di pekarangan rumah pun tak mampu memberikan tambahan pemasukan untuk belanja kebutuhan dapurku. Harga labu siam hanya 500-1000 per kilo, itu pun tidak ada yang membeli.
Kasihan sekali nasib para petani. Modal menanam sampai ke panen tidak bisa menutupi pengeluaran yang dikeluarkan untuk modal awal. Para petani banyak yang gigit jari. Keadaan ini sebenarnya merata, tidak hanya petani yang menangis, di sektor lain pun sama saja. Semua ini akibat kebijakan penguasa yang tidak pernah pro rakyat. Slogan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, nyatanya hanya sekadar slogan. Rakyat terus dibodohi dengan janji-janji yang tidak pasti, bahkan tidak pernah ditepati. Namun rakyat terlalu naif, setiap pilpres ataupun pilkada, rakyat selalu mencoba untuk percaya pada calon-calon yang lagi-lagi hanya memberikan janji. Rakyat seperti tidak kapok, selalu tergiur oleh sogokan yang berupa sembako atau uang dengan nominal tertentu. Kemudian dengan senang hati, rakyat kembali memberikan suaranya pada calon-calon tertentu yang dianggap akan mampu membawa perubahan negerinya ke arah yang lebih baik.
Rakyat selalu lupa, yang harus diubah bukan pemimpinnya, akan tetapi akarnya, yaitu sistem yang menaungi para pemimpin tersebut. Sistemnya yang harus diganti. Sebab, sistem yang ada hari ini adalah sistem kufur yang telah menihilkan peran Sang Pencipta dari kehidupan. Sistem kufur tersebut bernama kapitalisme sekuler. Sistem inilah yang harus diganti dengan sistem yang jauh lebih baik yaitu Islam. Sistem yang sudah berjaya memimpin peradaban sekitar 1300 tahun lamanya.
Hidup di sistem ini, bagi yang tidak memiliki landasan iman yang kokoh, memang bisa membuat stres, frustasi, bahkan bisa memilih langkah praktis seperti bunuh diri. Sudah banyak faktanya yang bisa kita lihat, baik dari portal-portal berita ataupun di sekitar tempat kita tinggal. Banyak yang memilih bunuh diri akibat impitan ekonomi. Miris memang, tapi begitulah faktanya. Rakyat kecil harus mengais rezeki dari pagi sampai malam hanya untuk sekadar bisa bertahan hidup. Sementara para pejabat tidur dan makan enak dengan segala fasilitas yang diberikan negara. Padahal, uang untuk memenuhi segala kemewahan tersebut diperas dari keringat rakyat dan berbagai pajak yang dipungut dari rakyat.
Sudah saatnya rakyat sadar, jangan terus mau dibodohi. Persis seperti judul lagu yang sedang viral, "Bangun Orang Waras." Ya, memang sudah saatnya rakyat bangun dari tidur panjangnya. Selama ini rakyat terus dininabobokan, diberi gambaran buram seakan negeri ini baik-baik saja. Padahal, sejatinya negeri ini sedang menuju kehancurannya.
Ayo bangun, wahai kawan sejawat. Sudah saatnya bangkit dan berjuang mengganti sistem kufur dengan sistem yang mampu menjadi solusi hakiki untuk segala macam problematika kehidupan. Sistem yang aturan dan hukumnya berasal dari Allah Swt. Sang Pemilik kehidupan. Dengan sistem Islam, kehidupan akan menjadi baik dan segala macam permasalahan bisa diminimalkan. Sebab, Islam adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam semesta).
Payakumbuh, 5 November 2024
[An]
0 Comments: