OPINI
FOMO di Kalangan Gen Z dalam Era Digital
Oleh. Erni Anggraeni
(Muslimah Peduli Umat)
FOMO (Fear of Missing Out) adalah fenomena yang telah menjadi tren signifikan di kalangan generasi Z. Generasi Z adalah kelompok orang-orang yang lahir pada era internet, generasi yang telah menikmati kemajuan teknologi sejak kelahiran internet. Secara umum, generasi Z lahir pada tahun 1995 hingga 2012. Teknologi internet yang berkembang pesat memiliki dampak yang besar pada generasi ini. Saat ini, anak muda lebih suka menonton Netflix daripada televisi, memesan makanan melalui aplikasi, dan melakukan aktivitas lainnya. Salah satu teknologi internet yang digemari adalah hiburan. Game dan media sosial seperti Instagram, YouTube, TikTok, Facebook, dan Twitter menjadi sarana hiburan bagi Gen Z.
Seperti yang dilansir dari Kumparan.com (12/09/24), FOMO berdampak besar bagi Gen Z yang berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Generasi Z mengakses media sosial rata-rata hampir selama 3-5 jam per hari, dan media sosial yang sering dikunjungi saat ini adalah Instagram dan TikTok. Dengan penggunaan media sosial yang intens, muncul cita-cita baru di kalangan Gen Z, seperti menjadi gamer, YouTuber, dan konten kreator. Hal ini menunjukkan bahwa generasi Z sangat dekat dengan perkembangan teknologi internet, khususnya media sosial.
Selain itu, dilansir dari Kompas.com (11/10/24), tingkat adopsi layanan financial technology (fintech) oleh kalangan muda, milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (kelahiran 1997-2012), terus meningkat. Berdasarkan laporan Lokadata.id, sebanyak 78% masyarakat generasi milenial dan generasi Z telah menggunakan aplikasi fintech setiap harinya. Namun, tingginya penggunaan ini berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi generasi muda jika tidak diimbangi dengan akhlak yang baik dan ajaran Islam yang menyeluruh. Semua ini terjadi karena gaya hidup anak muda yang cenderung takut merasa tertinggal (FOMO).
Memang, zaman sekarang di era digital, banyak orang yang takut akan hidupnya ketinggalan zaman, terutama anak muda. Mereka kebanyakan hidup meniru gaya hidup orang lain, apalagi gaya yang sedang tren atau viral. Mereka tidak hidup apa adanya.
Munculnya gaya hidup FOMO ini disebabkan oleh sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem ini menyebabkan Gen Z hidup dengan gaya hidup bebas, hedonistik, dan konsumtif. Semua kesenangan duniawi mendominasi dan menjadi prioritas utama di kalangan Gen Z. Mereka lupa bahwa kehidupan selanjutnya, kelak di akhirat akan dihisab.
Perilaku dan eksistensi diri mereka menunjukkan betapa rendahnya pola pikir dan sikap pemuda dalam sistem kapitalisme saat ini. Sistem kehidupan sekuler-liberal membuat generasi muda memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya, agama sudah tidak lagi dijadikan pedoman dalam berpikir dan bertingkah laku. Generasi muda sudah tidak peduli dengan halal dan haram. Kehidupan mereka sibuk dengan popularitas, kesenangan, dan nilai-nilai materialistik.
FOMO tidak lebih dari fenomena yang menunjukkan krisis jati diri di kalangan generasi muda. Melalui fenomena FOMO ini, generasi muda begitu mudah diarahkan untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak mereka butuhkan. Prinsip hidup sekuler-kapitalisme ini telah menciptakan gaya hidup minus faedah seperti FOMO. Maka, mengkritik fenomena ini harus dilakukan secara mendasar. Sistem kapitalisme lah yang menciptakan generasi menjadi sasaran empuk tren-tren yang tidak berfaedah. Bahkan sistem ini tidak memberi perlindungan pada generasi muda dari gaya hidup hedonisme yang liberal. Justru, sistem ini menjerumuskan generasi muda pada lingkaran materialistik. Mirisnya, negara malah memfasilitasi berbagai media yang menawarkan gaya hidup instan dan penuh ilusi di kalangan generasi muda.
.
.
Pandangan Islam
Pandangan Islam dalam hal ini adalah bahwa generasi muda merupakan potensi besar dan kekuatan yang dibutuhkan umat sebagai agen perubahan. Usia muda adalah masa yang sangat produktif, di mana generasi muda memegang peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang tidak hanya sibuk dengan perkara duniawi saja. Peranan ini tegak bukan semata-mata atas dasar tuntutan sosial, tetapi juga berpijak pada tuntutan keimanan sehingga kukuh dan kuat pada diri generasi muda. Rasulullah saw. bersabda:
"Tidak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat dari sisi Rabbnya, sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya, dalam apa ia gunakan; tentang masa mudanya, dalam apa ia habiskan; tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan; dan tentang apa yang ia amalkan dari apa yang ia ketahui (ilmu)." (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menegaskan bahwa Allah menuntut segala perbuatan di dunia untuk dipertanggungjawabkan, terutama di masa muda kita.
Islam menegaskan bahwa usia muda adalah fase di mana manusia seharusnya memberikan amal terbaik. Negara berperan penting dalam menumbuhkan cita-cita, membangun jati diri, dan membentuk mentalitas keimanan pada diri generasi muda. Ini adalah kekuatan besar yang tiada bandingnya. Pemahaman generasi muda mengenai tujuan hidup yang lebih baik dan untuk beribadah kepada Allah Swt. membuat pemuda mampu menunjukkan potensi dan membuat karya terbaik semata-mata untuk menjaga nama baik Islam.
Untuk itu, negara sangat berperan penting dalam mengarahkan potensi generasi muda. Negara bertugas melaksanakan sistem pendidikan dengan kurikulum yang fokus pada pembentukan kepribadian Islam. Islam memiliki sistem terbaik untuk melejitkan potensi Gen Z, mengarahkan kehidupannya sesuai dengan tujuan penciptaan, dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat Islam. Potensi ini sangat dibutuhkan untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahualam bissawab. [Hz]
0 Comments: