OPINI
Gen Z Berpotensi Rusak dalam Sistem Sekuler
Oleh. Waviza
Kompleksnya persoalan gen Z membuat mereka memilih bunuh diri sebagai solusi pintas untuk mengatasi problem yang terjadi. Persoalan yang dihadapi bukan hanya penyakit mental, namun banyak persoalan, seperti: pengangguran, perundungan, masalah karir, keluarga, tugas kuliah, dan lainnya. Semua menimbulkan berbagai dampak negatif dan pada akhirnya membuat mereka nekat mengakhiri hidupnya.
Sebagaimana dilansir dari Kompas.id pada 24 Oktober 2024, berbagai kasus bunuh diri terjadi bukan hanya sekali atau dua kali, melainkan sering terjadi. Pasalnya, baru-baru ini terjadi kasus bunuh diri seorang remaja SMP yang tidak diketahui identitasnya. Anak itu bunuh diri di Metropolitan Mall dari lantai empat parkiran. Diduga hal tersebut memang bunuh diri, karena polisi menemukan secarik kertas berisi tulisan, "Aku juga ingin bahagia dan memiliki kehidupan normal. Dunia itu indah, tapi tidak dengan duniaku”.
Gen Z merupakan generasi muda yang berpotensi menjadi pembangun peradaban yang lebih baik untuk masa yang akan datang. Sehingga sangat disayangkan jika gen Z hari ini berguguran akibat persoalan yang membelit mereka. Miris, tetapi inilah faktanya, gen Z yang seharusnya bermental baja saat menghadapi pahitnya kehidupan, harus tumbang sebab tak ada dukungan dan solusi yang menyelesaikan.
Dengan demikian, seharusnya ini menjadi perhatian penting semua pihak. Mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat hingga negara sebagai institusi yang bertanggungjawab atas rakyatnya. Sebab, permasalahan ini marak terjadi, seharusnya menjadi pelajaran, segera mengevaluasi dan menelusuri akar masalah yang terjadi agar tidak terus berulang.
Namun, solusi yang ditawarkan hingga kini hanya sekadar di luaran saja, sedangkan di dalam hingga akarnya masih tetap sama, sehingga terus menimbulkan kerusakan yang sama. Maka kita perlu mencari tahu, apa sebenarnya yang menyebabkan semua ini terjadi?
Sejatinya, kerusakan-kerusakan yang terjadi hari ini adalah buah dari sistem kapitalisme demokrasi. Sistem ini hanya mementingkan harta duniawi dan melupakan persoalan agama. Alhasil, terhadap setiap persoalan yang terjadi, kebijakan ataupun solusi yang ditawarkan, tak betul-betul menuntaskan.
Seperti kasus di atas, bunuh diri bukanlah persoalan biasa, karena ini menyangkut nyawa seseorang. Terlebih dia adalah generasi penerus yang semestinya menjadi tonggak peradaban. Mereka menyolusi kasus ini hanya dengan memperketat keamanan di area publik, mengemas kurikulum pendidikan yang diterapkan, lalu membatasi usia dalam penggunaan gawai. Selain itu, menurut mereka, pola asuh orang tua juga menjadi penyebabnya.
Seyogianya, solusi yang ditawarkan tidaklah salah. Hanya saja solusi tersebut bukanlah solusi yang menuntaskan sampai ke akar. Buktinya? Coba kita lihat kembali ke belakang. Sudah berapa kali pergantian kurikulum pendidikan? Lebih dari sekali bukan? Apakah menyelesaikan? Tidak. Karena itu hanya solusi sementara yang berjalan beberapa tahun saja.
Pembatasan usia dalam penggunaan gawai. Apakah solusi ini tuntas terlaksana? Tidak. Karena solusi ini tidak benar-benar diterapkan. Selain itu, solusi ini juga tidak dibarengi dengan pembatasan tayangan yang boleh ataupun tidak untuk diakses pada gawai mereka.
Kemudian, perketat keamanan di area publik. Sejatinya hal ini merupakan tanggung jawab negara untuk menjaga keamanan setiap rakyatnya dari berbagai ancaman yang terjadi. Bukan hanya saat terjadi kerusakan, barulah memperketat keamanan dan pengawasan.
Terakhir, pola asuh orang tua. Nah, memang benar ini menjadi peran penting dalam membentuk karakter generasi muda. Hanya saja, di sistem hari ini orang tua dituntut memenuhi kebutuhan pokok yang mengharuskan mereka untuk bekerja, bahkan menghalalkan segala cara. Hal ini diakibatkan lapangan pekerjaan yang tidak memadai, sehingga membuat orang tua harus mengorbankan waktu bersama anaknya untuk bekerja. Maka, jika solusi ini ingin diterapkan hendaknya negara memberikan kebijakan sepaket. Pekerjaan layak, gaji yang cukup, keamanan, pendidikan, dan kesehatan gratis berkualitas, sehingga saat kebutuhan dasar tercukupi, orang tua bisa mendampingi tumbuh kembang anaknya.
Namun, hal tersebut tak akan terwujud selama sistem yang diterapkan masih sekuler kapitalis, karena kebijakannya hanya menguntungkan sebagian orang saja.
Oleh sebab itu, gen Z perlu sistem yang mendukung mereka luar dalam. Baik dari segi pendidikan, kesehatan, ekonomi, keamanan, juga pola asuh orang tua. Tentu saja, hanya dengan sistem Islam generasi hari ini dapat sejahtera dalam kehidupan. Bukan hanya sejahtera di satu aspek kehidupan, tetapi semua aspek.
Karena Islam akan memberikan pendidikan berkualitas kepada umatnya dengan dasar akidah Islam, sehingga terbentuk generasi yang memiliki kepribadian Islam dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat. Selain itu, Islam juga akan mendukungnya dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan sehingga tidak ada lagi umatnya yang kekurangan bahkan kesulitan terutama dalam hal pekerjaan. Karena Islam juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi kepala keluarga (ayah) untuk mencari rezeki.
Untuk kesehatan Islam juga akan memberikan pelayanan terbaik agar umatnya tetap pada kesehatan yang terbaik dengan fasilitas terbaik pula. Selain itu, Islam juga akan memberikan lingkungan yang mendukung setiap aktivitas umat melalui kebijakan-kebijakan yang diterapkan dengan landasan syariat Islam.
Wallahualam bissawab. [Ni]
0 Comments: