Headlines
Loading...
Oleh. Rina Herlina 

Israel terus melakukan kekejaman terhadap penduduk Palestina. Serangan mematikan terus dilancarkan di Gaza Utara. Sepertinya Israel memang berniat menghancurkan Palestina melalui pembunuhan massal penduduknya. 

Padahal, Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) terus memberi peringatan dan mendesak Israel agar mengikuti perintah pengadilan tinggi PBB untuk mencegah genosida di daerah kantung tersebut. Saat ini, operasi militer Israel semakin meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Setelah setahun lamanya Zionis Israel memborbardir wilayah Palestina, namun sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa Israel akan menghentikan operasi militernya. Padahal, jumlah korban tewas oleh kekejaman Israel dalam setahun ini sudah mencapai kurang lebih 42.000 orang, yang sebagiannya merupakan anak-anak dan perempuan (cnbcindonesia.com, 21-10-2024).

Kini, kondisi penduduk Palestina begitu memprihatinkan, bahkan semakin hari semakin memprihatinkan. Tiada lagi yang tersisa kecuali reruntuhan dan trauma yang dialami warganya terutama anak-anak. Itulah efek besar dari sebuah peperangan, apalagi perang yang terjadi antara Israel dan Palestina sungguh tidak seimbang. Israel dengan kekuatan penuh dan dukungan dari para sekutunya terutama Amerika Serikat, sementara Palestina hanya dengan persenjataan seadanya yang sama sekali tidak memadai.

Bahkan, sejak 6 Oktober 2024, pasukan militer Israel sudah membuat kehidupan di Gaza utara mustahil bagi penduduk Palestina. Sudah banyak dari mereka yang mengalami kelaparan dan harus pergi mencari pengungsian hingga berulang kali. Di samping itu, Israel juga menuntut semua warga sipil agar meninggalkan Gaza Utara dengan segera. Israel terus tanpa henti melakukan pengeboman dan menyerang daerah tersebut, terutama di dalam dan sekitar Kamp Jabalya.

Setelah semua yang dilakukan Israel terhadap Palestina, mengapa sampai hari ini dunia masih bungkam, bahkan PBB sendiri seperti kehilangan taji? Ada apa ini, kenapa jika menyangkut urusan umat Islam semua terasa sulit dan memang dipersulit? Palestina tidak pernah mendapatkan keadilan setelah apa yang dilakukan Israel sejak 1948 sampai tahun 2024 ini. Ke mana perginya negara-negara yang mengusung slogan HAM, kenapa saat penduduk Palestina butuh realitas dari slogan HAM tersebut? Sementara mayoritas pemimpin dunia diam saja. Apakah mereka buta dan tuli, sehingga tidak bisa melihat mayat-mayat yang terus bergelimpangan dan seruan minta tolong dari warga Palestina yang setiap hari dibantai tanpa ampun oleh militer Israel?

Memang mustahil mendapat keadilan jika berharap pada PBB yang notabene bentukan Amerika dan antek-anteknya. Keadilan dan kebebasan untuk Palestina hanya bisa diraih jika umat Islam bersatu dalam satu komando yang dipimpin seorang Khalifah. Khalifahlah yang akan mengirim pasukan terbaik untuk memerangi penjajah dan merebut kembali Baitul Maqdis ke pangkuan kaum muslimin. Sejarah mencatat bagaimana saat Khalifah Umar bin Khattab mengirim pasukan untuk membebaskan Palestina, atau Shalahuddin Al Ayyubi yang saat itu juga merupakan seorang khalifah, pemimpin, sekaligus pendiri dari Dinasti Ayyubiyah.

Shalahuddin Al Ayyubi dan pasukannya berhasil mengalahkan Tentara Salib yang saat itu menguasai Baitul Maqdis. Umat Islam saat itu, juga mendapat perlakuan buruk dan begitu menderita dalam kekuasaan Godfey, persis seperti yang terjadi pada penduduk Palestina sekarang. Hampir 90 tahun lamanya, umat Islam yang tinggal di Baitul Maqdis kala itu, mengalami perlakuan buruk dari kaum nasrani. Bahkan kaum nasrani juga melanggar perjanjian dan kesepakatan yang sudah ditetapkan, dan menjadikan masjid Al Aqsa sebagai peternakan babi. Hal itu akhirnya memicu kemarahan khalifah Shalahuddin Al Ayyubi, sehingga akhirnya dia memimpin pasukan untuk membebaskan umat Islam yang tertindas sekaligus mengembalikan fungsi masjid Al Aqsa seperti sedia kala. Demikianlah, solusi untuk persoalan Palestina adalah jihad dan harus adanya seorang khalifah di bawah naungan sistem Islam (Khilafah). Wallahualam bissawab. [My]

Payakumbuh, 21 Oktober 2024

Baca juga:

0 Comments: