OPINI
Kondisi Umat Islam seperti Buih di Lautan
Oleh. Rina Herlina
Ribuan penduduk Palestina yang berada di wilayah Gaza utara, kini terus berjuang untuk bisa tetap bertahan hidup di tengah kepungan pasukan Israel yang terus mengepung wilayah mereka. Hal tersebut disampaikan oleh kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurut pihak tersebut, saat ini nyaris tidak ada pengiriman makanan atau bantuan kemanusiaan. Keadaan tersebut sudah berlangsung selama lebih dari 40 hari (kompas.tv, 20-11-2024).
OCHA (United Nations Office for Coordination of Humanitarian Affairs) juga melaporkan bahwa semua upaya PBB untuk mendukung orang-orang di Beit Hanoun, Beit Lahiya dan sebagian Jabaliya – yang semuanya masih dikepung – telah ditolak bahkan dihambat. Hal ini seperti dikutip dari The Associated Press.
Menurut OCHA, di bulan November ini saja 27 dari 31 misi kemanusiaan yang direncanakan telah ditolak oleh Israel dan empat lainnya sangat terhambat. Hal tersebut mengidentifikasikan jika Israel memang mencegah pihak OCHA untuk menyelesaikan semua pekerjaan penting yang ingin dilakukan. Namun, benarkah demikian?
Kondisi penduduk Gaza semakin mengenaskan. Israel telah memblokade beragam bantuan dan menyebabkan penduduk Palestina mati kelaparan. Toko roti dan dapur di wilayah Gaza Utara juga telah tutup, bahkan dukungan nutrisi dihentikan, dan pengisian bahan bakar, fasilitas air dan sanitasi sudah diblokir total oleh pihak Israel. Israel terus melakukan serangan darat dan laut ke wilayah utara Gaza. Israel juga telah membatasi akses ke tiga rumah sakit yang berada di wilayah tersebut yang notabene sangat kekurangan pasokan medis, darah, dan bahan bakar.
Israel bahkan memblokir upaya mitra PBB untuk mengirim tim medis darurat internasional yang ingin membantu. Mengherankan rasanya, mengapa PBB sampai detik ini tidak mampu menghentikan genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Konflik ini seolah terus dipelihara dan tidak pernah ada niat untuk menghadirkan solusinya.
Maka, pertanyaannya sampai kapan umat Islam bungkam menyaksikan kekejaman yang dilakukan Israel terhadap Palestina? Harus berapa ribu nyawa lagi yang menjadi korban agar membuat umat Islam bangkit dari tidurnya panjangnya? Apakah semua yang menimpa saudara kita di sana belum cukup ampuh menyadarkan kita untuk segera bangkit dan menghimpun kekuatan guna membebaskan Palestina.
Sungguh menyedihkan keadaan umat Islam hari ini, banyak namun seperti buih di lautan. Melalui sebuah hadis yang diriwayatkan Tsauban radhiyallahu ‘anhu, beliau menyebutkan bahwa akan datang suatu masa, umat Islam itu akan mulai tergerus dan dianggap sebagai umat yang kecil bahkan lemah karena tidak memiliki perlawanan yang berarti.
Rasulullah Saw. pernah bersabda yang artinya: "Hampir tiba masanya kalian diperebutkan persis sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Seseorang kemudian bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” (Bahkan jumlah kalian sangat banyak, namun, seperti buih di lautan). Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menimpakan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn. Seseorang bertanya : ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi shallallahu ’alaih wa sallam bersabda : ”Cinta dunia dan takut akan kematian." (HR. Abu Dawud, hadist no. 4297).
Kondisi umat muslim saat ini digambarkan hanyalah sebuah kuantitas tanpa kualitas. Hal ini membuat umat lain dapat dengan bebas mengepungnya karena dangkalnya akidah dan akibat selalu dibanjiri oleh peradaban dan kebudayaan asing yang menjauhkan dari agama. Sampai-sampai seseorang hari ini dengan begitu mudahnya melepaskan nilai-nilai Islam yang dimiliki.
Lebih lanjut, kebenaran tentang hadis diatas memang telah terbukti saat ini. Karena faktanya, sebagian besar umat Islam sudah dihinggapi penyakit Al-Wahn. Padahal solusi hakiki untuk pembebasan Palestina adalah dengan jihad. Lalu bagaimana mungkin umat Islam mau berjihad jika kondisi mereka sudah dihinggapi rasa cinta dunia dan takut akan kematian? Padahal, kematian adalah sebuah keniscayaan. Datangnya tidak kita ketahui dan juga waktunya tidak bisa kita undur.
Bukankah di dalam Alquran Allah sudah menyatakan, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Maka, jika saat ini hidup kita sudah berjalan sesuai dengan apa yang Allah mau, seharusnya tidak ada kecemasan terkait perjumpaan dengan Sang Khaliq, karena hal itu merupakan sebuah kepastian. Wallahua'lam. [ry].
Payakumbuh, 20 November 2024
Baca juga:

0 Comments: