OPINI
Membentuk Jiwa Ksatria dengan Keteladanan Pemimpin, Apa Bisa?
Oleh. Ummi Fatih
Seorang pemimpin negeri yang bijaksana memang harus memiliki kepedulian tinggi bagi para anggota jajaran yang dipimpinnya. Karena kepekaan terhadap kondisi bawahannya akan membangun hubungan yang lebih solid dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif. Sehingga tugas mereka untuk menjalankan amanah pemerintahan dari rakyat pun akan berjalan dengan baik.
Karenanya, dalam suatu agenda pembekalan Kabinet Merah Putih yang digelar di lapangan Pancasila Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah pada 25 Oktober 2024 lalu, presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto mengatakan bahwa pemimpin yang baik harus menjadi teladan baik bagi para jajaran yang dipimpinnya. "Jika si anak buah basah maka pimpinan juga harus basah," katanya.(Antara.com, 25/10/2024)
Sayangnya, kepedulian pemimpin untuk sama-sama merasakan kesulitan yang dialami oleh jajaran pejabatnya tampak belum cukup untuk menumbuhkan jiwa ksatria dalam diri mereka. Sebab, kebanyakan dari mereka masih terjebak pola pikir sekuler yang jauh dari unsur keagamaan. Akibatnya, meski berbagai contoh amalan terpuji telah mereka pahami, mereka tetap sulit untuk bangkit dan bergerak mengikutinya. Akhirnya dampak negatif terhadap integritas dan profesionalisme dalam menjalankan amanah pemerintahan pun semakin meningkat.
Bahkan pada faktanya, banyak di antara mereka justru menjadi pelaku akan berbagai kasus yang merugikan bangsa dan negara. Seperti korupsi, penganiayaan hingga pembunuhan warga sipil, dan lain sebagainya pun mereka lakukan.
.
Membentuk Jiwa Ksatria dengan Sistem Kepemimpinan Islam
Hal di atas berbeda dengan sistem kepemimpinan Islam yang tidak hanya menyuruh pemimpin untuk memberikan teladan kebaikan bagi para bawahannya. Islam benar-benar menyuruh pemimpin negera untuk menanamkan kebaikan tersebut dalam setiap aspek kehidupan agar para pegawai pemerintahan pun teredukasi untuk menjalani amanah dengan lebih baik.
Dalam aspek pendidikan misalnya, pola pikir Islam yang ditanamkan pada para pelajar akan membuat mereka menjadi sosok yang bertakwa dan dapat dipercaya. Sehingga apabila ada sebagian di antara mereka yang maju menjadi pegawai pemerintahan di kemudian hari, pemikiran mereka pun akan bersih dari berbagai macam pola pikir buruk yang merugikan.
Selain itu, dengan penerapan nilai-nilai Islam dalam peraturan kehidupan bernegara, maka para pejabat juga akan terbiasa dengan kebenaran yang membawa kedamaian, ketentraman, dan kemakmuran.
Alhasil, jika sistem kepemimpinan Islam diterapkan, bukan hanya suasana kerja harmonis yang akan tercipta antara pemimpin dan bawahannya, tetapi akan terbentuk juga masyarakat yang saling percaya dan mendukung satu sama lain.
Sebagaimana para pegawai pasukan militer muslim yang berpemikiran Islam kuat sejak zaman Rasulullah saw., di mana mereka terbukti berani dan rela mengikuti seruan pemimpin untuk mengorbankan nyawanya melawan para musuh yang mereka hadapi. Bahkan hingga zaman penjajahan terjadi di negeri ini pun, para pasukan beriman berhasil memberikan keteladanan bagi masyarakat. Sehingga mereka mau untuk bangkit bersama tanpa keberatan menghadapi para penjajah yang kejam.
Semua itu tak lain karena pola pikir islam yang telah tertanam dalam diri mereka bahwa kematian sudah pasti datang untuk membuat mereka bertanggung jawab menghadap Allah Swt. Sehingga proses kematian itu haruslah berjalan baik agar mendapat nilai mulia dari-Nya. Maka mereka pun tidak takut untuk berjihad, sebab mereka mengejar imbalan mulia yang telah dijanjikan-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 218 yang berbunyi :
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَا لَّذِيْنَ هَا جَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Dalam konteks ini, kita bisa melihat bahwa ketika pemikiran para pejabat masih belum terisi dengan konsep islami, maka mereka akan tetap sulit untuk bangkit meneladani kebaikan dan melaksanakan amanah pemerintahan. Sedangkan dalam penerapan sistem kepemimpinan Islam itulah karakter mulia akan terbentuk dalam diri para pejabat pemerintahan. Sehingga mereka bisa menjalankan amanah rakyat dengan benar dan kehidupan pun bisa terasa aman, tentram dan makmur bagi seluruh penghuni negeri, baik rakyat maupun pemimpin bersama para jajaran petugas pemerintahannya. [My]
0 Comments: