OPINI
Mengaktivasi Peran Gen Z untuk Perjuangan Hakiki
Oleh. Ernita S
(Pendidik)
Generasi Z atau sering yang disebut Gen Z merupakan orang yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012. Dimana generasi ini tumbuh di era digital seperti adanya internet, smartphone, dan media sosial. Namun, Gen Z saat ini sedang tidak baik-baik saja karena lebih rentan mengalami berbagai permasalahan seperti pengangguran yang tinggi jumlahnya.
Angka pengangguran di kalangan Generasi Z (Gen Z) di Indonesia telah mencapai titik kritikal, yaitu sebanyak 9,9 juta orang. Ini berarti sekitar 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun masih belum memiliki pekerjaan stabil. Fenomena ini menimbulkan perdebatan apakah mereka adalah korban ekonomi atau beban bagi negara (radarjogja.jawapos.com, 22/10/2024).
Banyaknya Gen Z yang menganggur salah satu yang menjadi penyebabnya adalah adanya ketidakseimbangan antara tenaga siap kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia setiap tahunnya. Padahal, Gen Z yang seharusnya berada di masa produktif bisa menghasilkan efektivitas yang tinggi. Selain itu, dalam penelitian dijelaskan bahwa Gen Z mengalami masalah kesehatan mental dan stres yang lebih tinggi.
Realitas mengejutkan terungkap melalui I-NAMHS, survei kesehatan mental nasional pertama untuk remaja 10-17 tahun di Indonesia. Hasil survei menunjukkan satu dari tiga remaja Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental, setara dengan 15,5 juta remaja. Lebih mengkhawatirkan, satu dari 2,45 juta terdiagnosis gangguan mental, sesuai dengan panduan DSM-5 yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia (timesindonesia.com, 16/10/2024).
Ada banyak persoalan yang dihadapi Gen Z seperti pengangguran, gangguan mental, UKT mahal, dan lain-lain. Di mana pemuda banyak yang menganggur bisa menjadi masalah terhadap masyarakat karena dapat berpeluang memicu kriminalitas. Selain itu, banyaknya pemuda yang kurang produktif akan mengakibatkan perekonomian negara mengalami kemunduran.
Di sisi lain, hari ini Gen Z terjebak dalam gaya hidup rusak, mulai dari FOMO, konsumerisme, dan hedonisme. Sehingga potensi dari Gen Z seakan-akan terbuang percuma karena tidak mempunyai kesempatan untuk mengasah kemampuannya. Padahal mereka sedang dalam fase puncak produktivitas yang bisa mendayagunakan potensinya untuk menunaikan kebutuhan dirinya sendiri, orang tua, terutama bagi umat.
Sangat disayangkan, sekarang potensi yang dimilikinya seakan-akan terbuang secara percuma disebabkan tidak adanya efektivitas peran Gen Z. Adapun dampak yang diperoleh tidak hanya sekedar hanya pada dirinya namun kepada orang tua yang masih menanggung nafkah. Padahal dari sisi usia, mereka sudah dianggap dewasa dan bisa hidup secara mandiri.
Hal ini bisa terjadi karena dampak dari sistem demokrasi kapitalisme yang banyak melahirkan aturan rusak. Di mana permasalahan yang sistematis pada generasi tidak boleh dibiarkan terus menerus terjadi. Dampak yang akan ditimbulkan adalah kondisi Gen Z secara umum akan menjadi rapuh dan mengalami masalah kesehatan mental.
Dari berbagai kerusakan yang terjadi setidaknya bisa dipotret dari sistem pendidikan yang diterapkan. Di mana mereka berada dalam kurikulum liberal yang menjadikan generasi semakin kehilangan ruh pendidikan yaitu aspek mencari ilmu agar dapat memperoleh berkahnya. Namun, kondisi seperti ini diperparah oleh pengaruh konten liberal di media yang semakin masif.
Pada hakikatnya Gen Z memiliki modal besar sebagai agen perubahan, termasuk membangun sistem kehidupan yang sahih. Namun, demokrasi menjauhkan Gen Z dari perubahan hakiki dengan Islam kafah. Padahal, hanya dengan sistem Islam generasi dan umat manusia akan selamat.
Generasi muda merupakan kunci dari kebangkitan yang akan membawa perubahan yang besar bagi negara. Oleh sebab itu, potensi yang dimiliki Gen Z harus diaktivasi agar tidak terpendam ataupun hilang. Sehingga Islam memberikan tujuan yang jelas agar generasi muda memiliki arah yang benar.
Dari sinilah Gen Z membutuhkan adanya partai politik Islam yang akan membina Gen Z secara benar. Selain itu, adanya partai politik yang akan mendorong terbentuknya Gen Z berkepribadian Islam. Tentunya partai ini yang akan turut berkontribusi dalam membela dan membangun peradaban mulia.
Adapun salah satu fungsi partai politik dalam Islam adalah mengedukasi kepada umat tentang politik yang sesuai dengan syariat sehingga pemuda akan bergabung untuk berpartisipasi dalam membangun kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Terlebih lagi bisa mewujudkan tata dunia baru yang tentunya berbeda dengan politik demokrasi.
Sesungguhnya negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidik kepada umat termasuk pada Gen Z. Karena negara yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan umat termasuk pada kebutuhan pendidikan politik. Mengapa umat butuh pendidikan politik? Sebab kebutaan terhadap politik akan membahayakan diri yang dapat membuatnya memperjuangkan kebatilan.
Pada dasarnya pemuda Islam harus siap apabila tenaga dan kekuatannya dibutuhkan untuk berkorban memperjuangkan apa yang sudah diperintahkan oleh Rabb-nya. Jika peradaban tidak mempunyai generasi muda maka peradaban tersebut akan mengalami kepunahan bahkan mati. Oleh karena itu, pemuda harus melakukan perubahan politik di tengah-tengah umat menuju politik Islam.
Wallahualam bissawab. [An]
0 Comments: