Headlines
Loading...
Oleh. Setya Kurniawati, S.Pt

Peternak sapi di beberapa daerah menghebohkan dunia maya. Bagaimana tidak, mereka membuang susu sapi hasil panen ribuan liter begitu saja. 

Salah satunya Bayu Aji Handayanto, peternak juga pengepul susu sapi asal Pasuruan Jawa Timur mengaku terpaksa membuang susu hasil panen lantaran adanya pembatasan  dan industri lebih memilih susu impor. Padahal para peternak sekaligus pengepul masih ada kontrak dengan pabrik susu tersebut.

Membuang hasil panen susu sapi ini juga merupakan bentuk protes para peternak kepada pemerintah agar lebih peduli dengan para peternak dan menutup keran impor.

Apalagi Kementerian Pertanian Amran Sulaiman mengatakan Indonesia pada 2025-2029 perlu mengimpor 1 juta ekor sapi perah untuk kebutuhan susu program Makan Bergizi Gratis dan kebutuhan susu reguler yang akan dikelola oleh perusahaan swasta.

Pernyataan ini semakin membuat para peternak kecewa. Impor apapun masih  menjadi tabiat pemerintah. Lantas apakah benar peternak lokal tidak mampu mencukupi kebutuhan susu masyarakat Indonesia selama ini sehingga impor?

Susu Lokal Melimpah

Faktanya para peternak membuang hasil panen susu ribuan liter di berbagai tempat, artinya susu tersedia melimpah di peternak lokal. Namun, pemerintahlah yang membuka keran impor dengan dalih harga susu bubuk impor lebih murah padahal belum tentu kualitas lebih bagus dibanding susu segar dari peternak lokal.

Seharusnya pemerintah peduli dan memberi perlindungan kepada para peternak lokal dengan menguatkan produksi susu dari peternak lokal tanpa impor.

Karena akibat impor maka stok susu melimpah sehingga menekan harga susu lokal padahal peternak mengeluarkan biaya operasional yang tak murah. Dan justru membuat para peternak rugi besar.

Inilah akibat diterapkan sistem kapitalisme, negara tidak serius dalam mengurus rakyat melainkan sebatas penyambung kepentingan para korporasi.

Kapitalisme telah mencabut kewajiban riayah umat oleh negara, sehingga rakyat tidak terurus. Bahkan, seakan berjuang sendiri dalam ganasnya persaingan dagang dengan industri besar yang disokong para kapital.

Periayahan Islam terhadap Peternak

Menghentikan ketergantungan terhadap impor hanya bisa dengan penerapan sistem Islam secara kafah. Negara akan mendukung penuh para peternak dengan membangunkan dan memfasilitasi kawasan yang potensial untuk peternakan.

Dan negara mengadakan industri pengolahan susu yang akan menampung dan mengolah hasil panen susu dari peternak kemudian didistribusikan kepada rakyat secara merata.

Apabila kebutuhan rakyat terhadap susu sudah terpenuhi dan stok susu berlebih, maka negara akan ekspor ke luar negeri. Sebaliknya apabila produksi susu dalam negeri sedang defisit, maka negara akan impor susu. Namun, sifatnya sementara dengan terus memperbaiki peternakan dalam negeri agar dapat memenuhi kebutuhan rakyat dalam negeri kembali.

Karena negara dalam sistem Islam sifatnya adalah mengurus rakyat bukan kepentingan korporasi. Sehingga betul-betul memperhatikan kebutuhan rakyatnya karena pemimpin dalam sistem Islam paham betul setiap kepengurusannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya.“ (HR. Bukhari).
Allahu a’lam bish-showab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: