Headlines
Loading...
Meski para Pemimpinnya Syahid, Regenerasi Terus Berlanjut

Meski para Pemimpinnya Syahid, Regenerasi Terus Berlanjut

Oleh. Rina Herlina 

Hassan Nasrallah yang merupakan pemimpin Hizbullah, dinyatakan tewas dalam pemboman besar-besaran yang dilakukan oleh Zionis Israel di markas besar kelompok tersebut, tepatnya di pinggiran selatan Beirut. Setelah sebelumnya, Israel juga berhasil membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang terbunuh dalam serangan Israel di Gaza. Namun, meski para pemimpin gerakan Islam di Gaza, Iran dan Lebanon telah banyak yang syahid, akan tetapi kaderisasi dan regenerasi kepemimpinan terus berlanjut. Ini karena semangat juang yang dimiliki para generasinya tak pernah pupus dalam melawan Zionis (tempo.co, 14-11-2024).

Hizbullah dan Hamas adalah gerakan yang memiliki kekuatan akar rumput sangat kuat di tengah masyarakat setempat. Yang mengendalikan mereka adalah ideologi perlawanan terhadap Zionis, bukan uang apalagi kepentingan sesaat. Maka, pada saat para pemimpin mereka dibunuh Israel, para penggantinya akan selalu ada dan terus tumbuh. Persis seperti istilah "mati satu tumbuh seribu". Hal ini karena semangat juang yang mereka miliki tidak pernah memudar apalagi berhenti. Cita-cita mereka adalah bagaimana menumpas Zionis sampai ke akar-akarnya.

Para pemimpin gerakan tersebut begitu gigih dalam membela dan berjuang untuk kemerdekaan negerinya. Meski di tengah kondisi yang sangat tidak kondusif, mereka tetap bertahan dan terus memberikan motivasi kepada pasukannya untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Bagi mereka syahid adalah cita-cita yang ingin digapai. Bahkan ada hal menarik dari kematian Yahya Sinwar yang mungkin tidak semua orang ketahui. Dari hasil otopsi jenazahnya terungkap bahwa ternyata ia tidak makan apa pun dalam 72 jam terakhir sebelum mati syahid. Hal itu diketahui dari kesimpulan seorang dokter forensik pasca otopsi jenazah Yahya Sinwar. Ia berperang melawan Zionis dalam keadaan perut kosong karena tidak makan apa pun selama 72 jam terakhir sebelum akhirnya tewas akibat serangan Israel.

Sungguh luar biasa dedikasi mereka untuk kemerdekaan negerinya. Tidak ada rasa takut dalam diri mereka, hal ini tentu saja karena iman yang mengakar kuat dalam jiwa-jiwa mereka. Sebagai seorang pemimpin mereka mati dengan cara terhormat dan gagah berani. Mereka tidak bersembunyi apalagi berlari, mereka siap maju ke medan pertempuran dan menempati posisi terdepan.

Hal ini tentu saja menjadi teladan bagi para generasinya. Mereka tidak akan pernah menjadi seorang pengecut. Mereka yakin dengan pertolongan Allah. Maka, meski ribuan Sinwar mati terbunuh, bayi-bayi Sinwar lainnya akan terlahir dan menjadi penerus. Bagi mereka kematian hanya soal waktu. Pertanyaannya, mau mati dalam keadaan sebagai pejuang atau pecundang? [My]

Payakumbuh, 14 November 2024

Baca juga:

0 Comments: