Headlines
Loading...
Oleh. Istiana Ayu Sri Rikmaratri

Menurut laporan Program Pembangunan PBB, lebih dari satu miliar orang di dunia hidup dalam kemiskinan ekstrem. Separuh dari jumlah tersebut adalah anak-anak yang paling parah terdampak (beritasatu.com, 17/10/2024).

Natalia Winder Rossi, direktur global kebijakan sosial dan perlindungan sosial UNICEF, mengatakan bahwa 333 juta anak di seluruh dunia hidup dalam kemiskinan ekstrem, dengan pendapatan yang lebih sedikit untuk hidup. Mereka mencoba untuk mendapatkan $2,15 (Rs. 33. 565) per hari. Akan tetapi, hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan ekstrem. Fakta menunjukkan bahwa dunia, khususnya anak-anak, tidak akan berjalan baik jika berada di tangan kapitalisme.

Mengutip kalimat Yanchun Zhang, ahli statistik senior di UNDP  bahwa MPI tahun 2024 memberikan gambaran serius tentang 1,1 miliar orang yang menghadapi kemiskinan ekstrem, 455 juta orang hidup dalam bayang-bayang konflik (beritasatu.com, 17/10/2024).

Kemiskinan juga menjadi penyakit kronis bagi bangsa Indonesia. Kemiskinan ekstrem meningkat di 75 daerah. Daerah yang terkena dampak kemiskinan ekstrem paling banyak berada di wilayah Indonesia bagian Timur. Di sisi lain, tujuan pemerintah adalah menurunkan kemiskinan ekstrem hingga nol persen dan menurunkan kemiskinan hingga 7,5 persen.
.
.
Perempuan Jadi Korban

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak (PPPA) menyebutkan pemberdayaan ekonomi perempuan berperan penting dalam memperkuat kehidupan keluarga dan mencapai pembangunan berkelanjutan. Deputi Kesetaraan Gender Lenny N. Rosalin beliau berbicara pada kesempatan Komisi Perempuan (CSW) ke-68 di markas besar PBB di New York, AS mengatakan, “Perempuan memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) jika mereka diberdayakan,” 

Benarkah kebijakan memberdayakan perempuan secara ekonomi akan berdampak baik bagi nasib perempuan dan keluarga mereka? Sudahkah terbukti nyata? Jika tidak, lalu apa yang menjadi masalah utamanya? Adakah solusi tuntasnya?

Beban berat yang ditanggung perempuan saat kini adalah fakta, kesekian kalinya bahwa berbagai program pemberdayaan perempuan dalam ekonomi telah gagal mewujudkan janji kesejahteraan perempuan. Kondisi ini juga menjadi  fakta bahwa peradaban sekuler kapitalistik memberi ruang hidup yang buruk bagi perempuan.

Ketika kapitalisme gagal memberi kesejahteraan bagi masyarakat, dibuatlah program pemberdayaan agar perempuan tidak melulu meminta nafkah kepada kaum laki-laki. Perempuan bekerja dianggap akan ada tambahan penghasilan yang bisa meningkatkan perekonomian. 

Ketika kapitalisme gagal mengentaskan kemiskinan, dibuatlah program pemberdayaan dengan melibatkan perempuan bekerja dengan janji-janji sebagai pelaku ekonomi usaha makro dan mikro. Lalu dibuatlah slogan yang seolah-olah memuji potensi dan peran perempuan dalam dunia kerja seperti “perempuan adalah tumpuan dan harapan pertumbuhan ekonomi”.

Faktanya, sistem kapitalisme menggunakan bahasa “feminisme dan kesetaraan”, serta mempromosikan narasi pemberdayaan perempuan dalam ekonomi. Ini demi keuntungan finansial murni. Narasi ini tidak lain tidak bukan adalah kebohongan kaum kapitalis dan feminis untuk menipu kaum perempuan. Pada akhirnya, perempuan  mengingkari perannya sebagai seorang ibu,  hak-hak anak-anaknya terampas, dan  dampak lainnya yang besar artinya bagi kehidupan perempuan dan masyarakat.

Kapitalisme menjerat perempuan melalui pemberdayaan dengan bekerja dan menghasilkan uang sendiri, tidak bergantung kepada laki-laki, bahkan menciptakan lapangan kerja bagi perempuan lainnya. Inilah  kelicikan kapitalisme. Biang masalah, tetapi tidak mau menyelesaikan apa yang sudah di perbuat. Cukup beri iming-iming pemberdayaan, ekonomi bisa jalan. Beri pujian setinggi langit atas potensi dan peran perempuan, gelar “strong independent woman” akan disematkan. Perempuan bekerja adalah perempuan berdaya. Begitulah kapitalisme menjadikan perempuan sebagai lumbung cuan.

Jelas pemberdayaan perembuan dalam sistem sekuler kapitalis bukan solusi menuntaskan kemiskinan melainkan eksplitasi potensi perempuan.
.
.
Cara Islam Tuntaskan Kemiskinan

Strategi utama sistem Islam dalam membangun kehidupan masyarakat, termasuk perempuan, adalah dengan menggerakkan roda pembangunan ekonomi. Hal ini tentu tidak akan pernah dan mustahil berakhir pada krisis. 

Sementara itu, sistem Islam memiliki kesempurnaan regulasi ekonomi dalam menggerakkan semua sektor produktif tanpa ada riba. Islam yang menerapkan berbagai regulasi ekonomi Islam secara menyeluruh juga memiliki keunggulan mekanisme politik yang tidak dimiliki sistem politik manapun termasuk demokrasi sekuler.

Berbagai cara digunakan sistem Islam untuk mengatasi permasalahan dunia dengan cara menyentuh akar permasalahannya. Atau  sekadar memberi “solusi” bertahan hidup ala kadarnya dengan mengorbankan perempuan. 
.
.
Pertama, Negara Islam akan segara melakukan pembayaran utang berbasis bunga (riba) dari IMF dan semua pinjaman lain. Ini karena Negara Islam adalah negara mandiri yang tidak bergantung pada bantuan asing mana pun.

Dengan banyaknya pendapatan yang dimiliki Negara Islam, maka akan memprioritaskan jaminan pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap warga negara seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal serta menggunakan sisanya untuk kebutuhan warga negara, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pertanian.

Kedua, negara Islam akan menghapus perekonomian berbasis riba, menutup bank-bank ribawi dan mengalihkannya pada akad syariah, serta menyediakan investasi bebas bunga dalam bisnis lokal, proyek-proyek infrastruktur, atau pengembangan lahan yang semuanya akan menghasilkan lapangan kerja.
Ketiga, Negara Islam akan melarang penimbunan kekayaan, memastikan bahwa kekayaan beredar di tengah masyarakat secara merata dan memberikan insentif pada pembelanjaan dan investasi dalam bisnis.

Keempat, Negara Islam akan menstabilkan pasokan uang dan harga dengan memastikan bahwa mata uang kertas sepenuhnya didukung oleh emas atau perak, mencegah inflasi yang dihasilkan dari manipulasi oleh pemerintah.

Kelima, Negara Islam akan menghilangkan segala bentuk pajak. Negara Islam akan menerapkan skema pungutan berdasar ketentuan dari syariat Islam.

Keenam, negara Islam akan mengelola seluruh sumber daya milik umum dan menggunakannya untuk kepentingan umum sehingga semua merasakan manfaatnya. Pemasukan dari sumber daya alam akan dibelanjakan untuk pendidikan, kesehatan, pertahanan, infrastruktur, dan mengentaskan rakyat keluar dari jurang kemiskinan.

Terakhir, negara Islam akan meninjau kembali lahan-lahan pertanian sehingga para pemilik lahan yang membiarkan tanahnya akan mendapat peringatan untuk segera mengelolanya. Jika dalam jangka waktu tiga tahun pemilik tanah masih menelantarkan lahannya, negara Islam akan melakukan penyitaan dan diberikan kepada mereka yang bersedia dan mampu mengelolanya. Semua ini akan meningkatkan hasil pertanian negara Islam yang bisa menjadi jalan pengentasan dari kemiskinan.

Kemudian dalam sistem Islam, ekerja bagi perempuan adalah sebuah pilihan. Dia bisa jika dia mau. Jika dia tidak mau, dia tidak perlu melakukan. Dibandingkan dengan saat ini, banyak perempuan bekerja dengan upah yang sangat rendah karena mereka tidak punya pilihan.

Di masa Islam diterapkan, tidak ada perempuan yang dipaksa bekerja mencari nafkah dan meninggalkan tugasnya sebagai istri dan ibu. Meski Islam tidak melarang perempuan bekerja, mereka bekerja semata mengamalkan ilmu untuk kemaslahatan umat, dengan tetap menjalankan tugasnya sebagai istri dan ibu. [My]

Baca juga:

0 Comments: