Headlines
Loading...
Oleh. Siti Nur Rahma

Salah satu hal yang sangat diharap orang tua kepada anaknya, adalah menjadi anak yang saleh, hingga muslihun. Seperti yang diteladankan oleh Rasulullah Saw, bahwa beliau adalah sosok yang mulia dan mengajak kemuliaan kepada orang lain. Dengan meneladani Rasulullah lah, kebaikan menebar ke seluruh alam.

Melalui aktivitas amar ma'ruf nahi munkar, kaum muslim menjadi pribadi yang baik, lalu mendakwahkan kebaikan. Kebaikan yang bersandar kepada petunjuk hidup manusia sesuai risalah Allah Swt, kepada utusannya, Nabi Muhammad Saw.

Makna saleh dalam Islam, adalah ketakwaan kepada seluruh syariah Islam. Hanya syariah Islam. Bukan seperti makna yang diberikan pada konteks moderasi beragama yang direkonstruksi menjadi makna umum, di mana tidak kental dengan definisi Islam.

Dalam moderasi beragama, terdapat indikator kerukunan umat beragama dan indikator kesalehan sosial. Indeks kerukunan umat beragama, adalah toleransi, kesetaraan dan kerja sama. Sedangkan indeks kesalehan sosial, adalah kepedulian sosial, relasi antar manusia, menjaga etika, melestarikan lingkungan serta relasi dengan negara dan pemerintah (kompas.com, 10-10-2024).

Makna kesalehan dalam moderasi beragama, disandingkan dengan kata “sosial”, mengarah kepada saleh yang netral dari nilai-nilai Islam. Artinya, tidak merujuk sepenuhnya kepada ajaran Islam. Hal ini menunjukkan, bahwa makna saleh direduksi dengan parameter moderasi yang berkelindan dengan pandangan moderat ala Barat. Agar kaum muslim, memiliki karakter moderat ala Barat.

Moderasi beragama merupakan cara pandang beragama, yang mengedepankan jalan tengah atau seimbang dalam menjalankan ajaran agama. Adapun pokok moderasi beragama, adalah toleransi, keadilan (adil dalam interaksi sosial dan menghindari diskriminasi agama), keseimbangan, dialog, dan penghindaran ekstrimisme.

Makna Saleh dalam Islam

Terdapat makna saleh dalam Al Quran, surah An Nisa, ayat 69, yang artinya, “Siapa saja yang menaati (ketentuan) Allah dan rasulNya, niscaya mereka kelak akan bersama orang-orang yang diberi nikmat olehNya, yakni para Nabi, kalangan shiddiq, syuhada’ dan orang-orang saleh. Mereka adalah sebaik-baik sahabat.”

Menurut tafsir Ibnu Katsir, sebab turunnya ayat yang mulia ini, adalah Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sa'ad bin Jubair r.a, ia menceritakan bahwa ada seorang laki-laki Anshar, yang datang kepada Rasulullah dengan wajah tampak sedih. Setelah Rasulullah menanyakan perihal kesedihannya, laki-laki itu menjelaskan, bahwa dia datang dan pergi menemui Rasul dengan melihat wajah beliau dan ber-majelis dengan beliau. Namun, suatu saat kelak (di surga) Rasulullah akan naik bersama para Nabi, sedangkan dia tidak bisa mencapai kedudukan itu. Nabi tidak membalas perkataannya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi Muhammad Saw membawa ayat tersebut, lantas menyampaikan kabar gembira itu kepada laki-laki tersebut.

Dalam ayat tersebut, derajat orang-orang saleh dapat diupayakan dengan menaati (ketentuan) Allah dan Rasulullah dalam syariahNya.

Proyek Moderasi Beragama

Sejatinya, proyek moderasi beragama, adalah untuk menghambat kebangkitan Islam. Melalui degradasi makna saleh, yang disandingkan dengan sekularisme (pemisahan agama dengan kehidupan dunia), diharapkan umat Islam tidak terlalu fanatik dalam beragama, hingga beragama Islam hanya mengambil sebagian ajarannya saja, bahkan tidak menaati syariah Allah dan Rasul-Nya, secara utuh dan menyeluruh. Padahal, ketakwaan kaum muslim berdasarkan keimanannya akan membawa kebangkitan umat.

Merupakan upaya Barat, dalam mereduksi Islam sebagai ideologi kaum muslim. Artinya, kaum muslim yang taat betul terhadap seluruh syariah islam, dianggap sebagai fundamentalis atau radikal, dan berbahaya bagi keberlangsungan paham Kapitalisme yang sedang diadopsi negeri ini. Padahal, Islam sebagai ideologi, harusnya menjadi azas kebangkitan umat, agar terlepas dari keterpurukannya.

Islam adalah Rahmat bagi Semesta Alam

Kesalehan di tengah-tengah umat, bisa diupayakan dengan adanya pembinaan pemahaman dan perilaku yang benar, sesuai Islam. Sehingga, menjadi pribadi saleh ala Rasulullah Saw. Pribadi yang akan menjalankan segenap syariah-Nya, dalam seluruh aspek kehidupan, hingga terwujud Islam rahmatan lil ‘alamin.

Hanya dengan meneladani Rasulullah saw, kesalehan kaum muslim akan terbentuk. Yakni, kesalehan dengan niat beribadah hanya kepada Allah Swt. semata, sesuai dengan akidah Islam dan caranya sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Dalam Islam diajarkan toleransi beragama, seperti dalam Al Qur'an, surah Al Kafirun, ayat 6, yang berbunyi, “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” Bukan pencampur adukan ritual agama dengan agama lain atau paham-paham selain Islam. Seperti, dalam moderasi beragama. Standar toleransi dalam Islam, ialah merujuk pada apa yang diajarkan di Al-Qur'an dan Sunnah. Ketika Islam melarang L68T, maka tidak ada toleransi dengannya. 

Sebagai umat Islam, kita bisa meneladani Rasulullah saw, para sahabat dan generasi penerusnya. Termasuk dalam toleransi antar agama. Selama 13 abad Islam berkuasa, hingga dua pertiga dunia, kekhalifahan memberikan rasa aman kepada pemeluk agama lain, yakni Yahudi dan Kristen. Di Spanyol, umat Islam dengan agama selain Islam, hidup rukun berdampingan, sekitar lebih 800 tahun lamanya. Di Mesir, umat Islam dan Kristen, hidup rukun ratusan tahun sejak masa Khulafaur Rasyidin (Al-Waie, 14-10-2021).

Demikianlah, kerukunan yang terjadi dalam sejarah Islam. Tak perlu berkiblat pada moderasi beragama ala Barat, yang hanya untuk menghalangi umat taat secara hakiki kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Serta hanya untuk menghalangi kebangkitan umat Islam.

Sejarah telah membuktikan, bahwa toleransi dalam Islam membawa stabilitas dunia dan terwujud dalam bingkai institusi negara Khilafah. Marilah kita berjuang untuk mengembalikannya. 

Wallahualam bissawab. [US]

Baca juga:

0 Comments: