OPINI
Selfharm Bukan Solusi
Oleh. D’Safira
Hingga kini, fenomena “selfharm” terjadi di tengah masyarakat. Secara umum, selfharm dapat diartikan sebagai perbuatan menyakiti diri sendiri secara sengaja, baik secara fisik maupun emosional. Biasanya perilaku ini terjadi karena tekanan stres yang berlebihan dan tidak bisa menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya.
Sayangnya hal ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari, diperparah dengan fakta bahwa selfharm ini bahkan menimpa kaum muda yang masih belia. Pertanyaannya apakah selfharm dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh remaja saat ini? Mengapa banyak remaja sekarang memilih untuk melakukan selfharm?
Kehidupan di dunia ini memanglah tidak selalu mulus. Akan selalu ada ujian yang menimpa seseorang, ujian kehidupan tersebut dapat berbentuk kebahagiaan maupun kesengsaraan. Terutama ketika kita hidup di zaman sekarang yang penuh dengan persaingan dan kebencian, seringkali kita merasakan sesak ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Apalagi, saat ini kita hidup berlandaskan sistem yang tidak mampu mengatasi permasalahan yang ada, malah semakin merusak.
Saat ini kita hidup di dalam sistem kapitalisme yang sangat mengagungkan uang dan materi. Kebahagiaan distandarkan dengan seberapa banyak materi yang dimiliki. Terutama pada remaja sekarang banyak yang terjangkit penyakit FOMO atau fear of missing out, yang berarti takut ketika ketinggalan dengan temannya, baik ketinggalan berita terkini, kurang update makanan yang sedang kekinian, dan yang lain sebagainya. Pada akhirnya banyak sekali di kalangan remaja kita merasa harus memenuhi keinginan-keinginannya untuk dapat memenuhi hasrat FOMOnya.
Bagi remaja yang memiliki keluarga yang berkecukupan mungkin mampu untuk membeli semua keinginannya, seperti membeli baju, minum kopi mahal, atau datang ke konser. Akan tetapi bagi keluarga yang tidak mampu, ketika dia tidak mampu untuk mengendalikan hawa nafsunya maka ia akan berusaha melakukan apapun untuk memenuhi hasratnya, salah satunya adalah dengan melakukan pinjam online. Sehingga banyak dari remaja ketika tidak mampu membayar hutang dari pinjam onlinenya terkadang remaja akan melampiaskannya kepada hal-hal yang negatif seperti menyalahkan dirinya, melukai diri sendiri, bahkan melakukan tindakan bunuh diri. Seperti kejadian pada tanggal 12 Desember 2023 terdapat kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 23 tahun dikarenakan tidak mampu membayar pinjaman online (liputan6.com, 19/12/2023)
Bila kita kritisi, kondisi ini merupakan kerusakan yang sistematis terjadi di tengah masyarakat. Orientasi hidup masyarakat sekarang terlalu fokus hanya pada materi semata, sehingga hal-hal yang lebih penting, seperti perbaikan kondisi umat tidak tersentuh dan tidak terpikirkan oleh remaja saat ini. Kondisi remaja yang semakin individualis menyebabkan tingkat stres yang ada pada remaja juga semakin meningkat. Belum lagi apabila remaja memiliki masalah dengan teman atau keluarganya, atau karena putus dengan pacarnya, menjadikan remaja tersebut memiliki pikiran untuk melakukan selfharm karena berpikir bahwa permasalahan akan segera terlupakan apabila melakukan tindakan selfharm.
Padahal kita sendiri mengetahui bahwasannya melakukan kezaliman terhadap diri sendiri merupakan dosa besar di hadapan Allah, apalagi sampai melakukan tindakan bunuh diri. Karena itu penting sekali peran negara sebagai periayah urusan umat harus segera turun tangan dalam mengatasi kondisi masalah selfharm yang ada.
Akan tetapi, sangat tidak mungkin kita mengharapkan pemerintah akan segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini. Sistem yang ada hanyalah menciptakan masyarakat yang apatis, tidak peduli dengan kondisi di sekitarnya.
Itulah akibatnya apabila manusia tidak menginginkan diatur oleh aturan dari Allah. Kita harus memahami bahwasannya Allah telah menciptakan peraturan hidup yang sempurna bagi umat manusia, akan tetapi manusia sekarang banyak yang lalai atau bahkan tidak mengetahui dan memahami bahwasannya Islam dapat menyelesaikan masalah yang ada.
Melukai diri sendiri merupakan kezaliman, dan Allah membenci hal tersebut, bahwasanya kebahagiaan yang hakiki hanyalah dapat didapatkan ketika umat mau dan mampu untuk menggunakan Islam sebagai peraturan kehidupannya. Wallahualam. [Rn]
0 Comments: