OPINI
Setelah Inflasi Terbitlah Deflasi, Tetap Setia dengan Kapitalis?
Oleh. Putri Uranus
Kondisi ekonomi suatu negara dapat dilihat dari ramai atau sepinya pusat perbelanjaan baik di pasar tradisional maupun mal, karena di situlah ekonomi riil terjadi.
Ketika pusat perbelanjaan ramai pembeli itu tandanya ekonomi dalam kondisi baik, namun sebaliknya ketika pusat perbelanjaan sepi pembeli pertanda kondisi ekonomi negara tersebut sedang tidak baik-baik saja, omset mereka menurun. Hal inilah yang sedang dikeluhkan oleh banyak pedagang,
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Ciputat pada Rabu (9/10/2024), terlihat pedagang yang berada di pasar ini lebih banyak menganggur alias bengong karena sepinya pembeli. Pedagang mengungkapkan bahwa terjadi penurunan penjualan setidaknya dibanding awal tahun ini. Ia mengaku bingung karena yang dijualnya merupakan bahan pokok penting (bapokting) seperti minyak goreng, telur, hingga beras. (cnbcindonesia.com, 9/10/2024)
Kondisi mal pun tak ubahnya dengan pasar tradisional, sepi pengunjung, mereka hanya mondar-mandir tanpa membeli, lebih memilih untuk menahan keinginan berbelanja yang tidak urgen.
Fakta di atas menunjukan terjadinya penurunan daya beli, ketika daya beli masyarakat turun secara otomatis harga ikut turun mengikuti konsep supply and demand. Secara awam melihat kondisi harga serba murah mampu merangsang daya beli, sayangnya pandangan seperti itu salah, karena kondisi sepi pembeli disebabkan karena nilai mata uang turun, seperti contoh: uang seratus ribu saat dulu mampu membeli kebutuhan pokok lengkap, sedangkan saat ini hanya cukup untuk membeli beberapa kilo beras, beberapa liter minyak goreng dan satu tabung gas. Nilai mata uang yang turun dan tidak dibarengi dengan kelayakan gaji membuat kehidupan rakyat semakin sempit. Rakyat harus memilih mana yang harus dibeli dan mana yang tidak. Rakyat makin cermat ketika berbelanja. Sehingga harga semurah apapun tidak mampu untuk meningkatkan daya beli. Dalam istilah ekonomi, ini disebut deflasi.
Dan naasnya deflasi tahun ini menjadi rekor terparah sejak 1998. Berdasarkan data BPS pada Agustus 2024 terjadi deflasi 0,03% secara bulanan (month-to-month). Deflasi itu sejalan dengan penurunan indeks harga konsumen atau IHK dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus 2024. Di bulan September deflasi semakin parah sebesar 0,12%, dan berlanjut hingga bulan Oktober.
Deflasi yang terus berlanjut sangat membahayakan ekonomi, negara bisa masuk ke jurang resesi, ekonomi mandek, pengusaha banyak yang gulung tikar yang akhirnya berujung pada PHK masal. Selain itu, pengangguran makin meningkat, masyarakat makin tak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara pun akan mengalami kekacauan ekonomi, politik, dan sosial.
Deflasi maupun inflasi merupakan pekerjaan rutin kapitalisme sehingga akan sulit ditemui kondisi ideal. Kenapa menjadi pekerjaan rutin? hal ini disebabkan roda perekonomian ditopang dari konsumsi dan uang, kedua hal ini saling berhubungan, sehingga ketika salah satu atau kedua hal tersebut bermasalah maka akan ambruk ekonominya.
Konsumsi berpengaruh pada produksi baik barang maupun jasa, sehingga ketersediaan barang dan jasa mempengaruhi deflasi atau inflasi. Ketika barang dan jasa melimpah maka harga akan mengalami penurunan, sebaliknya jika barang dan jasa sedikit maka harga akan naik. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperhatikan ketersediaan barang dan jasa. Kebijakan impor barang yang tidak bijak mampu merusak harga pasar, terutama barang lokal.
Uang merupakan alat tukar untuk memenuhi kebutuhan manusia baik barang maupun jasa. Nilai mata uang sangat berpengaruh pada inflasi ataupun deflasi, jika nilai mata uang suatu negara turun maka akan memberikan dampak negatif ke produsen maupun konsumen. Fluktuatifnya nilai mata uang disebabkan oleh tidak ditopangnya uang kertas ke emas, inilah yang mengakibatkan kondisi ekonomi tidak menentu.
Sehingga dari sini jelas bahwa menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh sistem kapitalis. Yang merasakan dampaknya tentu rakyat kecil. Rakyat yang sudah berkeluarga akan pusing ribuan keliling mengatur keuangan. Kondisi gaji yang kecil sedangkan kebutuhan besar, untuk makan saja susah apalagi untuk biaya pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.
Tentunya kita sebagai masyarakat tidak ingin jika kondisi ekonomi terus berlarut-larut rusak, kita sudah jengah dengan kesulitan hidup. Sudah saatnya kita berpikir solusi bukan lagi diam terpaku.
Pernahkah kita menengok solusi Islam untuk kehidupan kita? atau kita betah hidup di bawah sistem kapitalis?
Sebenarnya, Islam juga mengatur soal ekonomi. Di dalam Islam aturan yang dipakai berasal dari Sang Maha Pencipta. Hal ini bertolak belakang dengan kapitalisme yang lahir dari hasil kompromi.
Perekonomian Islam ditopang dari jual beli dan uang, namun konsepnya jauh berbeda dari kapitalisme. Di mana pemerintah berfokus untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, dengan cara memastikan bahwa tidak adanya kelangkaan di suatu daerah, atau tidak adanya penimbunan yang akan memicu inflasi. Pemerintah pun harus memastikan bahwa suatu daerah tidak berlebihan pasokannya sehingga menyebabkan deflasi. Oleh karena itu pemerintah akan membuat kebijakan yang teliti soal ekspor impor barang. Yang diprioritaskan adalah kebutuhan dalam negeri sehingga tidak mudah untuk ekspor. Jika kebutuhan dalam negeri masih kurang, pemerintah sebelum mengambil kebijakan impor harus membuat kebijakan untuk mempermudah produsen lokal untuk berproduksi. Jangan sampai di dalam negeri banjir produk luar yang akan mematikan produk lokal.
Sedangkan terkait dengan uang, di dalam Islam uang harus ditopang dengan emas dan perak, atau salah satu dari keduanya. Tujuan ditopang ini adalah agar nilai mata uang tidak fluktuatif. Kestabilan nilai mata uang inilah yang membuat ekonomi tidak bergejolak.
Selain itu pemerintah wajib memperhitungkan gaji masyarakat. Meskipun gaji sesuai dengan kesepakatan pekerja dengan pemberi kerja namun pemerintah wajib memastikan tidak ada kezaliman di kedua belah pihak sehingga gaji diberikan sesuai dengan perjanjian kerja. Selain itu pemerintah wajib memastikan kebutuhan dasar hidup masyarakatnya seperti pangan, papan dan sandang terjangkau dan terpenuhi per kepala. Sedangkan untuk kesehatan dan pendidikan diberikan gratis dan berkualitas oleh negara. Dengan begitu masyarakat tidak khawatir dengan kehidupannya, dan mereka bisa produktif untuk belajar dan berkarya.
Penerapan ekonomi Islam tentu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus ditopang dengan sistem Islam yang lainnya. Tentu ini butuh aturan secara kafah seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah yaitu Khilafah. Wallahualam. [My]
0 Comments: