OPINI
Suara Emas Generasi Z
Oleh. Dita S
Dunia saat ini berada di genggaman tangan Gen Z. Generasi ini merupakan generasi pemuda produktif yang tengah memegang tongkat estafet kehidupan peradaban. Dari otak, aksi, dan lisan merekalah kemajuan dunia akan dibentuk selama puluhan tahun kedepan. Salah satu peran penting Gen Z tampak pada gagasan Indonesia Emas 2045, yaitu persiapan menghadapi bonus demografi yang sebagian besar akan dialami oleh generasi yang lahir antara tahun 1995 – 2012 ini.
Tak dapat dimungkiri, peran Gen Z ini juga dibutuhkan dalam dunia perpolitikan Indonesia, terutama pada momen pesta demokrasi. Hal ini terlihat dari partisipasi Gen Z sebagai komposisi pemilih yang cukup banyak pada pemilihan umum Februari lalu, yaitu sebanyak 46,8 juta dari 204,8 juta pemilih (Antara.com, 7/11/2024).
Tak heran jika suara Gen Z seolah menjadi primadona bagi momen Pilkada serentak akhir November ini. Berbagai sosialisasi dan penyebaran informasi telah dilakukan di beberapa daerah agar para pemuda ini mau menggunakan hak pilih mereka dalam Pilkada. Salah satunya terdapat di Jawa Tengah, sosialisasi partisipasi pemilih pemula dengan konsep goes to campus dilakukan oleh KPU Jateng di salah satu universitas ternama melalui beragam acara, mulai dari talk show hingga konser musik (RRI, 9/11/2024). Beberapa calon gubernur juga menyusun berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan ketertarikan suara para pemuda untuk menggunakan hak suaranya dengan janji kehidupan yang lebih baik di bawah kepemimpinan mereka.
Janji dalam Demokasi: Sekadar Janji
Sebagai generasi yang selalu melek informasi, para pemuda seharusnya memiliki pertimbangan mendalam ketika menghadapi berbagai peristiwa, terutama dalam pemilihan pemimpin yang akan bertanggung jawab pada kehidupan daerah selama lima tahun ke depan. Trik-trik menarik yang disiapkan oleh para calon pemimpin ini tidak boleh menjadikan mereka lupa pada fakta bahwa mereka hanya dibutuhkan untuk mendulang suara tanpa realisasi janji yang nyata. Karena kenyataannya, setiap rencana dan tujuan proyek yang dilontarkan oleh calon-calon tersebut hanya menjadi bualan karena perbaikan hidup hampir tidak ada.
Dari contoh nyata berbagai kepemimpinan sebelumnya, para pemuda harus menyadari bahwa sistem di negara ini tidak akan bisa menjamin perbaikan hidup yang mereka janjikan itu. Kondisi tersebut terjadi karena dalam sistem demokrasi-kapitalisme ini, setiap individu rakyat hanya dipandang sebagai aset ekonomi. Tidak terkecuali bagi Gen Z. Simpati rakyat hanya akan dikais setiap lima tahun sekali, selebihnya mereka tidak lagi memikirkan rakyat dalam penyusunan kebijakan. Mereka akan sibuk pada pemenuhan kebutuhan diri sendiri secara material.
Sistem kapitalisme yang menjadikan materi sebagai dasar kehidupan seolah membolehkan tindakan penumpukan kekayaan bagi para elit dan pejabat. Terlebih jika uang dan jabatan di sistem ini memang dapat membeli segalanya. Hal ini semakin meniadakan orientasi kemakmuran rakyat sebagai tujuan politik.
Di Bawah Naungan Islam
Kondisi ini jelas jauh berbeda dalam penerapan Islam Kafah. Islam mendefinisikan politik sebagai segala hal yang berhubungan dengan umat, sehingga para pemimpin dan wakil rakyat hanya akan bekerja sebagai pengelola urusan umat. Segala kebijakan dan proyek yang disusun selalu dikembalikan untuk umat agar setiap individu mendapatkan hak yang sama. Mulai dari pekerjaan dan nafkah yang layak, layanan kesehatan dan pendidikan yang gratis dan berkualitas, serta berbagai fasilitas yang memudahkan kehidupan rakyat. Perjalanan politik Islam bersifat murni sebagai hamba Allah Swt. dan sesuai dengan syariat Islam, tanpa superioritas bagi para pejabat negara dalam hal kedudukan dan harta. Tujuan politik tersebut akan meniadakan praktik-praktik pendulangan suara dengan trik menarik seperti sekarang ini.
Perbedaan pandangan mengenai dunia politik antara kapitalisme dan Islam tersebut seharusnya dapat mengarahkan Gen Z untuk selalu skeptis pada janji dan gimmick yang ditampilkan oleh para calon pejabat dan berpikir beribu kali sebelum menggunakan hak suara untuk calon tertentu.
Gen Z dapat berpikir lebih mendalam bahwa solusi bagi carut-marut kehidupan saat ini hanya akan dapat diselesaikan dengan penerapan Islam pada ranah pemerintahan. Aturan Islam yang lengkap dengan aqidah yang sahih dapat benar-benar menjanjikan dan merealisasikan perbaikan hidup yang fundamental bagi rakyat. Penerapan inilah yang disebut dengan Khilafah Islamiyyah.
Oleh karena itu, sudah saatnya Gen Z meninggalkan sistem demokrasi-kapitalisme yang menyengsarakan umat ini dan kembali pada naungan Islam yang hakiki dalam bingkai Khilafah. Jalan perjuangan dakwah menuju Islam Kafah ini masih panjang dan butuh tangan-tangan ajaib dari para pemuda. Wallahualam. [Rn]
0 Comments: