Headlines
Loading...
Oleh. Novi Ummu Mafa

Nasihat dalam Islam adalah instrumen yang membantu setiap muslim menyadari kekurangan dan memperbaiki diri. Namun, dalam masyarakat yang semakin terpengaruh oleh sekularisme, nasihat dan dakwah sering kali ditolak atau bahkan dianggap sebagai serangan pribadi. Hal ini menjadi hambatan serius bagi umat Islam untuk kembali pada ajaran agamanya dengan benar. Fenomena ini bukan hanya masalah interpersonal, melainkan juga dampak dari ideologi sekularisme dan kapitalisme yang mengikis pemahaman agama dalam kehidupan publik.

Sekularisme dan Kapitalisme: Akar dari Penolakan Terhadap Dakwah

Kapitalisme dan sekularisme memainkan peran besar dalam menjauhkan umat dari nilai-nilai agama. Dengan menempatkan agama hanya dalam ranah privat, sekularisme membuat banyak individu kehilangan kepekaan terhadap ajaran agama, khususnya dalam menerima dakwah dan nasihat. Padahal, seperti dikatakan Abu Hurairah RA, “Seorang itu cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat ada kekurangan, maka ia memperbaikinya.” Bahkan Rasulullah SAW, sebagai manusia pilihan, menerima nasihat dari para sahabatnya. Namun, dalam tatanan sekuler, kebenaran sering kali diabaikan hanya karena pribadi pemberi nasihat dianggap tidak memenuhi standar tertentu.

Allah Swt. berfirman: "Dan apabila dikatakan kepadanya, 'Bertakwalah kepada Allah,' bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal." (QS. Al-Baqarah: 206).

Ayat ini menunjukkan bahwa kesombongan dalam menolak kebenaran dan merendahkan nasihat hanya akan membawa seseorang pada kehancuran. Sikap seperti ini merupakan manifestasi dari pemikiran sekuler yang sering kali menomorduakan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Menolak Sekularisme Melalui Penerimaan Dakwah

Salah satu cara untuk terlepas dari sekularisme adalah dengan menerima dakwah Islam secara terbuka dan sungguh-sungguh. Untuk bisa memahami Islam secara benar dan mendalam, umat Islam harus mendalami ajaran agamanya, tidak hanya sebagai pengetahuan tetapi juga sebagai pedoman hidup. Proses ini tidak cukup hanya dilakukan secara individual, tetapi membutuhkan pembinaan terstruktur seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat. Islam harus dipelajari untuk kemudian diamalkan dan didakwahkan.

Namun, pembelajaran individu saja tidak cukup untuk menghilangkan efek kesesatan berpikir akibat sekularisme yang telah tertanam kuat. Dibutuhkan peran negara yang mendukung penerapan Islam secara menyeluruh, yaitu melalui sistem Khilafah. Sebagai sistem yang berdiri di atas nilai-nilai Islam, Khilafah memberikan landasan kuat bagi pembentukan kepribadian islami pada setiap Muslim, terutama para pemuda. Pendidikan yang berbasis akidah Islam dalam Khilafah akan memastikan setiap individu memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami.

Pendidikan dan Media: Mengarahkan Pemikiran Umat pada Kebenaran

Dalam Khilafah, pendidikan berfungsi sebagai pilar utama dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada setiap peserta didik. Melalui pendidikan yang berbasis pada akidah Islam, setiap muslim diajarkan untuk memahami bahwa dakwah adalah bentuk kasih sayang dari seorang Muslim kepada saudaranya, bukan serangan atau hujatan. Mendengarkan nasihat dan dakwah adalah nikmat yang harus disyukuri, karena itu menunjukkan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan meraih ridha-Nya.

Selain pendidikan, media juga memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir umat. Khilafah akan melakukan kontrol ketat terhadap media agar hanya menyajikan konten yang mendidik dan sejalan dengan dakwah Islam. Media hanya boleh menayangkan konten yang mengedukasi dan memperkuat nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat mendapatkan pemahaman Islam yang benar. Ini sangat penting agar umat Islam terhindar dari pemikiran sekuler yang merusak dan semakin jauh dari kebenaran.

Perjuangan Menuju Islam sebagai Sistem Kehidupan yang Menyeluruh

Kembalinya sistem Islam yang menyeluruh adalah kebutuhan mendesak dalam menghadapi tantangan zaman. Kita harus berjuang bersama kelompok dakwah Islam ideologis untuk mewujudkan Islam sebagai pedoman dalam konsep bernegara. Sebagai Muslim, kita wajib memahami Islam sebagai way of life dan mengamalkannya dalam segala aspek kehidupan. Untuk itu, kita harus secara aktif mengikuti pembinaan Islam atau tasqif, agar pemahaman Islam kita tidak hanya kuat tetapi juga berkelanjutan.

Pembinaan ini tidak dapat dilakukan secara individu. Setiap Muslim membutuhkan bimbingan dari guru yang memahami Islam secara komprehensif. Oleh karena itu, sangat penting untuk melibatkan diri dalam kegiatan pengkajian Islam secara mendalam dan membina diri agar lebih siap menghadapi pengaruh negatif dari sekularisme. Seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib RA, “Lihatlah apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan.” Hal ini menjadi pengingat bahwa dalam menerima dakwah, kita harus lebih mengutamakan kebenaran daripada menilai pribadi yang menyampaikan.

Khilafah sebagai Solusi untuk Menghadapi Kesesatan Berpikir Sekuler

Penolakan terhadap nasihat dan dakwah adalah gambaran dari kesesatan berpikir yang muncul karena pengaruh sekularisme. Untuk menghilangkan pengaruh ini, umat Islam harus kembali kepada sistem Khilafah yang menerapkan Islam secara menyeluruh. Khilafah tidak hanya menjaga pemikiran umat melalui pendidikan dan media, tetapi juga membentuk pribadi Muslim yang kokoh dalam keislaman. Dengan sistem yang islami, masyarakat akan lebih terbuka terhadap nasihat dan dakwah, melihatnya sebagai bagian dari kasih sayang dan upaya mencapai kebaikan.

Perjuangan menuju penerapan Islam yang sempurna ini membutuhkan kesadaran kolektif dan tekad yang kuat dari seluruh umat. Kita semua memiliki kewajiban untuk mengkaji Islam secara mendalam, melibatkan diri dalam pembinaan, dan memperjuangkan Islam sebagai sistem yang komprehensif dalam kehidupan. Dengan pemahaman dan pengamalan Islam yang kafah, kita akan terhindar dari kesesatan berpikir yang dihasilkan oleh kapitalisme dan sekularisme, dan mampu membangun masyarakat yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan ketakwaan. [Rn]

Baca juga:

0 Comments: