surat pembaca
Two State Solution Bukan Solusi, Khilafah Solusi Hakiki
Oleh. Rina Herlina
Dalam perbincangannya dengan Joe Biden, orang nomor satu Indonesia yakni Prabowo Subianto, membahas terkait persoalan Palestina. Dia sangat mendorong adanya two state solution atau solusi dua negara. Menurutnya, Joe Biden pun menyetujui. Kedepannya, Prabowo akan melakukan kerja sama dan berusaha agar gencatan senjata dapat dilakukan (14-11-2024).
Sejatinya bukan solusi dua negara yang dibutuhkan Palestina. Adanya sikap tegas dari kaum muslimin dalam mengusir Zionis lah yang dibutuhkan Palestina. Israel harus hengkang dari tanah Palestina. Konflik ini sudah dimulai sejak 2 November 1917, dan hingga saat ini sudah 100 tahun lebih Palestina dalam rongrongan Israel yang notabene pencaplok tanah Palestina. Bagaimana mungkin Palestina harus membagi wilayahnya dengan Israel yang jelas-jelas penjajah yang ingin menguasai negerinya. Bahkan setelah apa yang dilakukan Israel terhadap penduduk Palestina sampai saat ini, negara-negara muslim masih tidak juga mau mengirimkan pasukan militernya. Sungguh zalim sikap yang ditunjukkan para penguasa negeri muslim sampai saat ini. Mereka hanya mencukupkan dengan boikot dan retorika belaka.
Indonesia sejak lama, memang tegas mengatakan akan selalu berdiri dan mendukung Palestina. Bahkan melalui Menlu nya, Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil langkah konkret demi menyudahi impunitas Zionis Israel. Namun hanya sebatas itu, padahal Palestina butuh lebih dari itu.
Menlu Indonesia, bahkan menyerukan jika two state solution sudah saatnya dibicarakan secara lebih serius. Menurutnya, hal tersebut merupakan jalan terbaik guna menyudahi konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Menurut pandangannya, mayoritas negara-negara PBB memiliki sikap yang sama, yaitu mendukung two state solution.
Pertanyaannya, apakah konsep two state solution ini akan mampu menjadi solusi hakiki untuk permasalahan yang terjadi antara Israel-Palestina?
Menyoal persoalan yang terjadi antara Israel dan Palestina, umat Islam seharusnya memahami betul hakikatnya berdasarkan kacamata Islam. Dalam kacamata syariat, perampasan tanah hak milik umat, meski hanya sejengkal tidak boleh dibiarkan. Apalagi seperti kita ketahui bersama, status tanah Palestina merupakan tanah wakaf yang pemiliknya adalah umat Islam dunia, terutama sejak perjanjian Umariyah ditetapkan hingga akhir zaman. Maka, merebutnya kembali dari tangan penjajah merupakan perjuangan yang harus dilakukan bahkan disyariatkan.
Oleh karenanya, umat harus paham, jika satu-satunya solusi untuk permasalahan Palestina adalah dengan adanya kepemimpinan seorang khalifah. Dan untuk menghadirkannya kembali harus diperjuangkan secara serius oleh kita semua selaku umat Islam. Khalifah dengan sistem negaranya (Khilafah), sangat mampu untuk menyatukan seluruh umat Islam dunia dengan landasan akidah Islam. Ini sudah terbukti 1300 tahun yang lalu. Khilafah akan memobilisasi seluruh potensi yang dimiliki umat Islam, termasuk militernya untuk membangun kekuatan global. Dengan begitu, Khilafah akan mampu mengalahkan entitas penjajah Yahudi beserta negara-negara kafir yang menjadi pendukung dan penyokongnya. Dan dengan izin Allah, tentara-tentara muslim yang berada di bawah komando khalifah akan memerangi dan menghancurkan kekuatan kufur dengan mudah.
Sejatinya, hadirnya kembali Khilafah di tengah-tengah umat, sangat ditakuti Amerika dan sekutu-sekutunya. Maka wajar, jika ada pihak-pihak tertentu yang terus berupaya mencegah kemunculannya dengan melancarkan berbagai proyek, seperti perang global melawan teror, proyek penyesatan politik dan budaya di kalangan umat Islam, dan termasuk di antaranya, proyek-proyek deradikalisasi dan penyebaran paham moderasi Islam. Wallahualam. [Hz]
Payakumbuh, 14 November 2024
0 Comments: