Headlines
Loading...
Oleh. Rina Herlina 

SSCQMedia.Com- Ketika kita berjumpa dengan seseorang, bukan sesuatu yang kebetulan. Pasti ada tujuan dari Allah, kenapa kita dipertemukan. Entah orang tersebut menjadi ujian bagi kita atau justru kita yang menjadi ujian bagi orang lain. Sejatinya, setiap manusia akan menjadi ujian bagi manusia lainnya.

Sore ini, jadwalku mengantar si bungsu pergi tahsin. Tiba-tiba, ponselku berbunyi, tanda panggilan masuk. Saat kulihat, tertera nama guru mengajiku. Kuangkat dengan tidak lupa mengucapkan salam, seraya berkata ada apa gerangan beliau menelpon.

Ternyata, tidak ada hal penting. Beliau hanya menanyakan keberadaanku. Akhirnya, kami putuskan untuk bertemu di tempat si bungsu belajar tahsin. Singkat cerita, kami bertukar cerita terkait kondisi para sahabat kami. 

Beliau adalah salah satu sosok guru, yang kepribadiannya saya kagumi. Saya banyak belajar tentang hidup darinya. Beliau yang seorang single parent, mampu survive membesarkan tiga orang anak, tanpa meninggalkan agenda dakwah. Beliau tetap bisa memprioritaskan dakwah menjadi yang utama dalam hidupnya. Sungguh luar biasa, beliau begitu sabar dan tawakal atas ketetapan Allah.

Beliau, tidak pernah protes terkait kondisinya, yang harus jatuh bangun dalam membesarkan ke tiga buah hatinya. Padahal, salah satu dari ke tiga anaknya adalah anak yang spesial.

Tadi, beliau sempat membahas terkait adab yang masih kurang dan belum sepenuhnya ada, pada diri seorang pengemban dakwah. Meski kita semua, yang berada dalam barisan dakwah, mempunyai misi yang mulia. Yaitu, memperjuangkan tegaknya Daulah Islam demi melanjutkan kehidupan Islam. Namun, sangat disayangkan, ternyata masih ada diantara para pengemban dakwah yang tidak memiliki adab baik dalam bermajelis ataupun dalam hal lainnya. 

Hal ini, menurut beliau, seringkali dianggap sepele. Padahal, sejatinya, adab ini sangat penting dimiliki semua orang. Apalagi, para aktivis dakwah, yang notabene punya misi mulia,  memahamkan umat terkait Islam kafah.

Meski dalam Islam, menuntut ilmu adalah salah satu perkara yang wajib bagi setiap diri muslim, namun hakikatnya, ada hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum ilmu. Yakni, adab. Orang yang memiliki adab, sudah pasti berilmu. Namun, orang berilmu, belum tentu beradab. Dan adab, jauh lebih tinggi tingkatannya daripada ilmu.

Secara menyeluruh, pengertian adab yaitu meliputi segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai kebaikan, sopan santun dan kehalusan budi pekerti atau akhlak.

Menurut para ulama, penting sekali mendahulukan belajar adab, ketimbang ilmu. Ini sesuai dengan perkataan Yusuf bin Al Husain,

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Kepintaran, sejatinya tidak berarti apa-apa, apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu, pada dasarnya akan menjadi berbahaya bagi seseorang, bahkan orang lain, jika tidak ada akhlak yang menghiasinya. Maka, benarlah jika, “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).

Demikianlah, betapa pentingnya adab hingga Allah Swt. menempatkannya sebagai hal yang paling utama. Allah sangat tahu, sebuah kepintaran tidak akan berarti apa-apa, jika tidak didahului adab.

Ibnu Mubarak berkata, seseorang akan jauh lebih baik memiliki sedikit adab, ketimbang mempunyai banyak ilmu pengetahuan. Karena hakikatnya, orang berilmu belum tentu memiliki adab, namun orang beradab sudah pasti berilmu. 

Masyaallah, luar biasa pembahasan adab ini. Terima kasih, duhai guruku, sudah mengingatkanku terkait adab. Maafkan jika selama ini aku masih belum beradab, dalam berbagai aspek. Sungguh, itu semua karena kurangnya ilmu yang ada pada diriku. Insyaallah, ke depannya, aku akan memperbaiki diri dan menjadi lebih berada lagi.[]

Payakumbuh, 13 November 2024

Baca juga:

0 Comments: