Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S Leman

SSCQMedia.Com- Surga berada di telapak kaki Ibu, tapi tak semua Ibu meletakkan surga di bawah telapak kakinya. Justru, tak sengaja banyak yang memilih neraka di telapak kakinya. Tentu saja hal ini tidak sesuai fitrah manusia. Betapa pilu hati anak-anak tercinta, jika sang Ibu tidak bisa menjadi surga bagi anak-anaknya. Ibuku surgaku, seolah hanya angan-angan kosong belaka. 

Bagaimana kita bisa menjalankan peran sebagai seorang ibu dengan penuh amanah demi mencapai rida Allah, sedangkan di luar sana gemerlap tarikan dunia agar ibu keluar rumah? Wanita karier lebih dihormati dan disegani dari pada ibu rumah tangga biasa. 

Diri kita yang paham kapasitas kita. Kuatkah dengan peran ganda yang diinginkan dunia yang serba materialis seperti saat ini? Sukses di luar rumah dan di luar rumah. Ah, sepertinya itu hanya angan-angan saja. Kehadiran kita yang tak bisa selalu ada untuk anak-anak kita apakah akan menentukan kualitas yang baik? Bagaimana kita bisa bicara kualitas, jika tak ada kuantitas ? 

Mau tak mau kita harus memilih. Fokus di sektor domestik, menyamai tumbuh kembang anak-anak atau akan berkarier di sektor publik? Ingin sukses di rumah dan di luar rumah, mana mungkin kita bisa fokus di dua hal yang berbeda? Salah satunya harus dikorbankan. Ada pilihan, di mana ada yang menjadi prioritas. 

Sebagai seorang muslim, pilihan itu kita kembalikan kepada hukum asal perbuatan, yakni wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Kita tentu akan memilih yang wajib, dari pada yang sunnah, apalagi jika itu cuma mubah. Ibu sebagai 'ummu wa rabbatul bayt' wajib dilakukan. Jika tidak dilaksanakan dengan baik, maka bagaimana nasib anak keturunannya? Tentu saja terlantar dan tak bisa menjadi generasi tangguh seperti yang diharapkan. 

Bekerja di sektor publik bagi seorang wanita, adalah mubah. Dengan adanya izin dari ayah bila masih gadis atau izin suaminya jika sudah menikah. Pekerjaan mubah bisa menjadi haram, jika dalam pelaksanaannya melanggar hukum syara. Seperti pekerjaan yang berhubungan dengan riba, tidak memperbolehkan berhijab, campur baur antara pekerja laki-laki dan wanita, dan sebagainya. 

Ibu-ibu hendaknya terus memroses dirinya untuk menjadi sosok ibu yang shalihah. Generasi yang saleh, biasanya lahir dari orangtua yang saleh juga. Orang tua menjadi teladan. Kesalehan orangtua, menjadikan anak keturunannya juga saleh dan shalihah. 

Para Ibu, hendaknya senantiasa berusaha menjadi hamba yang Qonitat. Hamba yang taat tanpa henti, tanpa tapi dan tanpa nanti. Ketaatan inilah yang akan menjadikan anak keturunannya, dijaga Allah. Para ibu, hendaknya juga senantiasa berdoa agar bisa istikamah dalam ketaatan dan diberi kemudahan dalam menjalankan ketaatan.

Ibu yang bagaimanakah yang mempertahankan agar surga tetap berada di telapak kakinya? Mari kita merenungi hadis berikut: Dari Mu'awiyah bin Jahimah As-Sulami, ia datang menemui Rasulullah SAW. la berkata, "Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang dan saya sekarang memohon nasihat kepadamu?" Rasulullah SAW lalu bersabda, "Kamu masih punya ibu?" Mu'awiyah menjawab, "Ya, masih. Rasulullah SAW bersabda, "Berbaktilah kepada ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya!"

Sahabat surga, ibu seperti apa yang dirindukan anak untuk berbakti? Ibu seperti apa yang anak akan mau berkhidmat sampai akhir hayat? Ibu yang bagaimana yang menyejukkan hati anak? Ada surga di rumah Ibunya? Tentu saja, seorang ibu yang bisa menghadirkan surga di rumah kita masing-masing. 

Ibuku surgaku adalah ibu yang menentramkan hati. Rumahku surgaku adalah rumah yang adem, tenang, tenteram, dan riuh dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Hak Al-Qur'an dijalankan dengan baik.

Tahap-tahap yang bisa membentuk ibu surga adalah: 
1. Belajar membaca Al-Qur'an. 
2. Istikamah tilawah Al-Qur'an setiap hari.
3. Berusaha menghafal Al-Qur'an
4. Mentadaburi isi Al-Qur'an.
5. Melaksanakan atau mengamalkan perintah Al-Qur'an.
6. Mendakwahkan Al-Qur'an. 
4r3 DBD

Jika para Ibu telah melaksanakan hak-hak Al-Qur'an dengan baik, insya Allah surga telah beliau upayakan di rumah mereka masing-masing. 

Tunggu apa lagi? Yuk segera bergabung di SSCQ (Sahabat Surga Cinta Qur'an). Ajak pula anaknya untuk ikut ODOJ remaja. Tujuannya, agar kita bisa menciptakan surga di rumah masing-masing dan kita sebagai seorang ibu bisa menjadi surganya anak-anak kita.

Semoga surga di dunia tercipta, sehingga bisa melanjutkan institusi keluarga kita kelak di Surga Adn, seperti firman Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an surah At-Thur ayat 21 : 

ÙˆَالَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا ÙˆَاتَّبَعَتْÙ‡ُÙ…ْ Ø°ُرِّÙŠَّتُÙ‡ُÙ…ْ بِاِÙŠْÙ…َانٍ اَÙ„ْØ­َÙ‚ْÙ†َا بِÙ‡ِÙ…ْ Ø°ُرِّÙŠَّتَÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَÙ…َآ اَÙ„َتْÙ†ٰÙ‡ُÙ…ْ Ù…ِّÙ†ْ عَÙ…َÙ„ِÙ‡ِÙ…ْ Ù…ِّÙ†ْ Ø´َÙŠْØ¡ٍۗ ÙƒُÙ„ُّ امْرِئٍ ۢبِÙ…َا Ùƒَسَبَ رَÙ‡ِÙŠْÙ†ٌ

"Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."

Yuk, kita mulai dari diri sendiri (ibda bi nafsiq), lalu membina keluarga bervisi surga. Selanjutnya, jangan lupa berdakwah kepada masyarakat luas tentang pentingnya melanjutkan kehidupan Islami dalam bingkai kepemimpinan islami yang meliputi seluruh negeri. Insya Allah surga dunia dan akhirat bisa kita nikmati. Aamiin ya mujibassailin. [US]

Baca juga:

0 Comments: