Oleh. Rina Herlina
SSCQMedia.Com-
UNRWA yang merupakan Badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengumumkan terkait penghentian pengiriman bantuan yang selama ini dilakukan melalui jalur kargo utama ke Jalur Gaza yang dilanda perang. Menurut pihak terkait, keputusan tersebut terpaksa diambil akibat ancaman dari geng bersenjata yang telah menjarah konvoi bantuan baru-baru ini. Penyebab utama penghentian bantuan adalah kebijakan Israel. Pihak UNRWA menyalahkan pelanggaran hukum dan ketertiban yang terjadi di Gaza, kepada pihak Israel. Philippe Lazzarini selaku ketua UNRWA, mengungkapkan bahwa rute menuju persimpangan Kerem Shalom terlalu berbahaya (tribunnews.com, 1/12/2024).
Ada sekitar 100 truk lebih bantuan telah dijarah oleh orang-orang bersenjata di rute menuju persimpangan Kerem Shalom. Rute tersebut merupakan satu-satunya jalur pengiriman kargo antara Israel dan Gaza. Padahal, Zionis sebelumnya telah menyatakan, jika telah mengizinkan cukup banyak bantuan ke Gaza, akan tetapi setelahnya justru menyalahkan UNRWA dan lembaga lain atas kegagalan dalam pengiriman. Dampak buruk dari krisis kemanusiaan penghentian bantuan ini, tentu saja berpotensi memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, terutama saat musim dingin dan hujan yang saat ini mulai tiba.
Penduduk Palestina yang saat ini masih bertahan, terpaksa tinggal di kamp-kamp tenda yang kumuh, tidak layak dan bergantung pada bantuan pangan internasional. Beberapa ahli sudah memberi peringatan tentang kemungkinan kelaparan di wilayah utara Gaza yang sejauh ini telah terisolasi. Lazzarini menyebut jika keputusan politik untuk membatasi jumlah bantuan dan kurangnya keamanan di rute bantuan menjadi faktor utama dalam gagalnya misi operasi kemanusiaan di Gaza.
Kejahatan perang yang dilakukan Israel sejauh ini sudah membuat penduduk Palestina sangat menderita. Sementara penguasa negeri-negeri Islam juga masih bungkam. Entah apa yang mereka pikirkan, mengapa penderitaan anak-anak Palestina tak jua menghadirkan rasa empati di hati mereka. Harus berapa ribu nyawa lagi yang jadi korban kebiadaban Israel untuk dapat menyadarkan hati dan pikiran seluruh umat Islam di dunia?
Tidak pernahkah kita mencoba memosisikan diri kita di posisi rakyat Palestina yang setiap saat dibombardir? Setiap saat harus kehilangan sanak saudara, handai tolan. Setiap saat harus berpindah-pindah tempat pengungsian, berjalan berkilo-kilo berharap ada tempat aman dan sedikit makanan. Tidak tergerakkah hati kita saat melihat anak-anak Palestina terluka bermandikan keringat dan darah?
Menyaksikan semua derita mereka hingga saat ini, belum mampu jugakah semua itu menyatukan kita, wahai kaum muslimin? Bahkan mereka terus memanggil kita, mereka terus menyeru kita dengan seruan "Aynal muslimun?"
Apakah seruan itu belum mampu menggetarkan hati nurani kita? Apakah seruan itu belum mampu menyadarkan kita? Mengapa, mengapa sedemikian keras hati kita, wahai kaum muslimin?
Mari kita sudahi penderitaan mereka. Mari kita bersatu untuk menolong mereka. Mari kita dobrak sekat nasionalisme yang memisahkan kita dengan saudara di Palestina. Sudah cukup mereka menderita, sudah cukup mereka diperlakukan semena-mena.
Mengapa kita tak jua sadar, jika penjajah Barat sudah berhasil mencerai-beraikan persatuan umat Islam. Umat Islam sudah di kotak-kotakkan menjadi beberapa bagian. Padahal, total umat Islam mencapai dua miliar lebih yang tersebar di seluruh dunia. Namun nyatanya kita tercerai-berai persis anak ayam kehilangan induknya.
Tak ada cara lain untuk membebaskan Palestina kecuali dengan jihad dan hadirnya institusi Khilafah Islamiah. Persis seperti pasukan yang dikirim oleh Khalifah Umar bin Khattab kala itu atau persis seperti pasukan tempur yang dipimpin oleh Salahuddin Al-Ayyubi yang mampu memukul mundur pasukan musuh yang berusaha menguasai negeri Palestina. Sosok seperti merekalah yang saat ini kita rindukan kehadirannya agar dapat memimpin pasukan guna mengusir penjajah Israel dari negeri para Anbiya. Semoga segera hadir pemimpin yang akan menyatukan umat Islam sedunia guna menolong saudara-saudara kita yang tertindas di berbagai belahan bumi lainnya. Amin. [Ni]
Payakumbuh, 3 Desember 2024
0 Comments: