Headlines
Loading...
Oleh. Marwiyah Marwa

SSCQMedia.Com- Setiap memasuki musim hujan, negeri kita belum mampu terlepas dari banjir. Seperti banjir yang terjadi di Sukabumi akibat hujan deras yang mengguyur berturut-turut mengakibatkan sungai Cimandiri meluap dan merendam puluhan rumah di Kampung Mariuk.(detikjabar.com, 8 Desember 2024)

Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan. Deden Sumpena, sebagai Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, menjelaskan bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, seperti tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah. Sebelum bencana ini terjadi Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti menemukan adanya hutan gundul tepat di atas tanah longsor di Jalan Pelabuhan Ratu. (JawaPos.com, 7 Desember 2024)

Faktor Penyebab Bencana

Banjir ataupun tanah longsor memang menjadi berita musiman yang selalu ada di musim penghujan. Kerugian tidak hanya dari materi, banyak nyawa telah hilang akibat bencana tersebut. Namun sepertinya belum ada tindakan serius dari pemerintah untuk menghentikan bencana yang terus berulang secara total. 

Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya bencana selain dari faktor alam. Seperti kerusakan dari ulah tangan-tangan manusia turut berperan, seperti penggundulan hutan, eksploitasi alam atas nama pembangunan, alih fungsi lahan, buruknya tata kelola lingkungan dsb. Hal ini terjadi karena negeri kita menganut sistem kapitalisme, yakni banyaknya harta menjadi tujuan hidup. Pemerintah dan rakyat berlomba-lomba memperbanyak harta. Deforestasi besar-besaran untuk kepentingan individu atau pemilik modal tanpa memperhatikan dampak kerusakan besar yang diakibatkan.

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS Ar-Rum ayat 41)

Solusi Islam

Islam adalah agama sempurna yang di dalamnya juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya perihal kepemimpinan bernegara. 

Islam berbeda dengan sistem demokrasi yang tugasnya penguasa hanya sebagai regulator bukan pelayan rakyat. Di tambah karena sebelum menjabat dimasa pemilu membutuhkan modal yang besar, tentu ini menjadi kesempatan yang empuk untuk para pemilik modal memberikan dana. Dengan harapan bisnis mereka akan berjalan mulus jika calon yang dibiayainya menang. 

Hal ini jauh berbeda dengan Kepemimpinan dalam Islam. Di dalam Islam, kekuasaan adalah untuk menjalankan syariat sesuai Al-Qur’an dan Sunah. Seorang pemimpin dalam Islam adalah sebagai pelindung (junnah) bagi rakyatnya. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu ibarat perisai. Ia akan menjadi perisai bagu orang-orang yang ada di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Akan tetapi, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga yang akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Di dalam sistem Islam seorang pemimpin negara, akan berusaha mengantisipasi terjadinya bencana alam dengan ikhtiar terlebih dahulu. Mereka akan membayar para insinyur untuk membuat alat dan metode peringatan dini, mendirikan bangunan tahan bencana, membangun bunker cadangan logistik, hingga menyiapkan masyarakat agar selalu tanggap darurat. Sungguh terasa tenang kiranya jika hidup di bawah naungan sistem Islam. []

Baca juga:

0 Comments: