OPINI
Dakwah Tugas Ulama, Bukan Mencela
Oleh. Sabikhisma
SSCQMedia.Com- Kontroversi kembali mencuat di kalangan ulama. Sosok yang kerap disapa "Gus" tersebut, menjadi perbincangan masyarakat luas akibat celotehnya di salah satu pengajian umum. Alih-alih menorehkan prestasi, justru dia mencoreng nama pemuka agama Islam dengan guyonan yang berbalut hinaan kepada seorang penjual es teh.
Ustaz Miftah Maulana Habiburrahman, alias Gus Miftah, memang kerap menjadi sorotan publik. Kali ini, dia mengumpat penjual es teh dengan sebutan "goblok".
"Kalau saya mau ya tak beli, nggak usah teriak-teriak "Gus dibeli". Kamu malah ganggu aku ngaji, goblok," ujarnya. Dia pun sesumbar akan menyantet si penjual es dengan perkataan ancaman. "Santet nggak bisa berdiri (alat kelamin terangsang) kamu," celetuk Gus Miftah. (Suara.com, 7-12-2024)
Tak hanya sekali ini, sebelumnya sudah ada sederet sensasi dari Gus Miftah. Salah satunya adalah menoyor kepala sang istri di depan umum, di saat pengajian berlangsung. Dia berdalih bahwa hal itu sebagai guyonan biasa yang kerap ia lakukan terhadap istrinya.
Selain itu, pada tahun 2021 silam, Gus Miftah membuat kejutan dengan berdakwah di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Hal ini menuai kecaman dari berbagai pihak, yang menilai seorang ulama seharusnya tidak berdakwah di tempat ibadah nonmuslim. (detik.com, 6-12-2024)
Setelah kejadian penghinaan terhadap bapak Sunhaji, Gus Miftah segera melayangkan permintaan maaf dan mendatangi langsung ke rumah yang bersangkutan.
"Saya Miftah Maulana Habiburrahman, dengan kerendahan hati, saya meminta maaf atas kekhilafan saya, saya memang sering bercanda dengan siapa pun," ujar Gus Miftah.
Permintaan maaf dari Gus Miftah, justru terkesan tidak ikhlas dari hati. Usut punya usut, Miftah baru meminta maaf setelah ditegur Presiden Prabowo Subianto, melalui Sekretaris Kabinet (Seskab) Mayor Teddy Indra Wijaya.
Tak berhenti cukup sampai di sini. Akibat ulah sang pendakwah yang tidak mengutamakan etika/adab ketika berbicara, berujung kepada pengunduran diri Gus Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Sarana Keagamaan.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, menegaskan, "Presiden sudah memberikan teguran kepada yang bersangkutan melalui Sekretaris Kabinet untuk segera meminta maaf kepada bapak Sunhaji, yang mungkin saja, dan sangat mungkin terluka perasaannya karena kejadian kemarin". (kompas.com, 5-12-2024).
Lantas, bagaimana tugas seorang pendakwah dalam masyarakat?
Ulama seharusnya berdakwah dengan cara yang baik dan benar. Menjadi suri teladan yang baik bagi masyarakat atau uswatun khasanah. Bertutur kata sopan, penuh cinta kasih, berfikir positif, serta menyampaikan dakwah dengan cara yang persuasif, tanpa kekerasan, dan dengan bahasa yang sesuai.
Ulama juga harus menghindari penyampaian kebenaran dengan cara yang salah, tidak boleh menyampaikan kebaikan dengan cara menghina, dan tidak boleh membangun masyarakat dengan cara menistakan.
Makna Dakwah dalam Islam
Dakwah dalam istilah bahasa arab, artinya adalah ajakan. Dakwah merupakan suatu kegiatan yang memiliki sifat menyerukan, mengajak serta memanggil manusia untuk beriman serta taat pada Allah Swt. Tuhan semesta alam sesuai dengan akidah, akhlak serta syariat Islam. Seperti dalam firman Allah Swt,
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya : " Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS. Ali Imran: 104)
Tuntunan berdakwah juga sudah jelas dan dicontohkan oleh Rasulullah saw, di masa-masa beliau menyebarkan risalah Islam di muka bumi. Ada beberapa pegangan dalam berdakwah, seperti sabar dan pemaaf, Rasulullah saw, bersikap lemah lembut, selalu sabar dan pemaaf dalam menyampaikan dakwahnya, meskipun menghadapi penolakan, penghinaan, ancaman, dan tidak pernah memaksakan kehendak.
Dalam hal berbicara, Rasulullah saw., menyesuaikan cara bicaranya dengan lawan bicara, tidak menebar murka, dan bersikap santun kepada siapa pun.
اُدْعُ اِلٰی سَبِیْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِیْ هِیَ اَحْسَنُ ؕ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِیْلِهٖ وَهُوَ اَعْLَمُ بِالْمُهْتَدِیْنَ
Artinya: " Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl : 125)
Berdakwah dengan hikmah (mengetahui perkara-perkara yang ada dan mengerjakan hal-hal yang baik), mauiẓah haasanah (memberikan nasihat), dan mujādalah (bertukar pikiran) juga menjadi salah satu ciri Rasulullah saw, dalam berdakwah sehingga dapat diterima dan memperoleh hasil yang maksimal.
Maka dari itu, sudah selayaknya seorang pendakwah berkaca kepada cara berdakwah Rasulullah saw. Tidak mengikuti hawa nafsu samata, untuk mencapai sebuah ketenaran. Karena segala sesuatu yang kita dapatkan, termasuk halnya ilmu, adalah titipan dari Sang Pencipta, yang suatu saat jika Allah berkehendak mengakhiri, maka nikmat itu akan tercabut.
Wallahualam bissawab. [US]
0 Comments: